aku pun berjalan dengan langkah pelan dari kamar menuju ruang depan dengan sedikit deg deg an rasa nya jantung ku berdebar dengan cepat dan kencang seperti akan copot, aah aku benar benar takut untuk menemui dendi tapi aku harus tetap menemui dendi di depan rumah, tidak mungkin dendi sudah di depan rumah ku tapi aku tidak keluar untuk menemui dendi kan. nantik apa yang akan di fikirkan dendi terhadap ku, dan jatuhnya seperti aku tidak sopan ada tamu datang untuk menemui ku tapi malah aku tidak keluar menemui tamu itu. kebetulan hari ini ibu ku sedang tidak ada dirumah, ya ibu ku sedang pergi bekerja dan masih belum pulang jadi aku tidak berani membawa dendi untuk masuk duduk di dalam rumah, aku dan dendi hanya duduk di teras depan rumah saja, aku masih memakai baju tidur saat itu aku juga masih belum mandi padahal sudah malam, perlu mengumpul kan niat yang super untuk aku mandi di hari libur ku. hehe kalau tidak untuk pergi nongkrong atau kegiatan lain di luar rumah aku memang jarang sekali mandi paling mandinya tengah malam itu pun hanya satu kali sehari dan aku akan mandi kalau aku sudah merasa sangat gerah. tapi kalau aku lagi rajin di hari libur ku tetap mandi dua kali sehari kok hehe.
memang ya kalau udah mager itu susah nya luar biasa.
aku menemui dendi dengan baju yang lecet karna habis golek golek seharian penuh di kamar ku dan juga pasti nya dengan rambut ku yang super duper berantakan sama sekali seharian ini belum ku sisir. aaahhh aku baru sadar ternyata aku seorang wanita yang berantakan kalau di rumah persis seperti seorang rakyat jelata. dengan percaya diri nya aku menemui dendi tanpa bedak dan lipstik. tapi aku tidak takut bertemu dengan dendi dengan penampilan ku yang seperti ini penampilan ku yang super berantakan, karna memang biasanya dendi sering melihat muka bantal ku saat baru bangun tidur, itulah dendi dia suka menelvon ku melalui panggilan video tiap pagi hari bahkan seperti sudah menjadi kebiasaan untuk dendi menelvon ku pagi pagi, dendi itu seperti alarm pagi bagi ku. Dia akan terus terusan menelvon ku tanpa henti kalau aku tidak mengangkat panggilan video nya seperti nya pagi nya tidak sempurna dan tidak menyenangkan kalau tidak menggangu tidur ku.
saat aku di depan pintu aku melihat dendi sudah duduk di kursi dan sedang memegang smartphone nya, aku tidak tau dia sedang apa di smartphone nya entah sedang membuka aplikasi chatting nya dan sedang chatting dengan seseorang atau apa lah, aku memang sangat jarang memegang HP dendi. bahkan aku tidak pernah memeriksa dan mengecek hp dendi apa lagi membaca isi isi chat nya di smartphone nya. aku memang seperti membebaskan dendi, entah kenapa yang jelas aku sama sekali tidak tertarik tentang hp dendi dan juga isi nya.
Tapi itu berbanding terbalik dengan dendi, sepertinya dendi melihat hp ku sangat luar biasa menarik sehingga setiap kami bertemu dendi pasti akan memeriksa hp ku mulai dari aplikasi chatting ku isi chatiing, riwayat panggilan hp ku kontak ku galeri ku dan juga akun sosial media ku semua akan diperiksa dendi, dan juga dendi tau semua password sosial media ku bahkan semua akun sosial media ku login juga di smartphone Dendi. ya begitulah dendi.
aku kadang merasa risih terhadap sikap dendi yang seperti itu. tapi mungkin lama kelamaan aku seperti nya mulai terbiasa dan ya sudah lah biarkan saja. aneh rasanya aku tidak pernah memeriksa hp dendi aku menjaga privasi nya tapi tidak dengan dendi terhadap ku, aku mulai terbiasa karna kata dendi tidak ada yang harus di sembunyikan satu sama lain. dendi memang tidak pernah melarang ku memeriksa hp nya tapi memang aku yang tidak mau memeriksa hp dendi ntah kenapa aku tidak tertarik sama sekali tidak tertarik.
dendi duduk dengan pakaian yang rapi, dia menggunakan baju favorit nya kaos warna hitam dan menggunakan celana warna mocca, aku memang sangat suka melihat dendi memakai baju dan celana itu karna itu dia sering memakai setelan itu.
sepertinya dendi baru selesai potong rambut. rambut dendi terlihat sangat rapi. Ya dendi manis dia sangat keren kalau sudah memakai kaos hitam dan juga celana mocca. Aku mulai melangkah keluar pintu rumah untuk menghampiri dendi. dendi langsung bergegas melihat ku dan langsung menyerbu ku dengan bertubi tubi pertanyaan nya. saking banyak nya yang di tanya dendi aku sampai bingung harus menjawab pertanyaan nya yang mana.
dendi memang seseorang yang sangat detail.
"Dari mana saja?"
"kenapa nomor hp ku sibuk dari siang sampai magrib?"
"mana hp mu?"
"jujur kamu nelvon siapa?"
"dimana HP mu?"
berkali kali dendi menanyakan dimana keberadaan hp ku dan dendi juga bertanya dengan raut wajah yang sangat jutek dan seperti kesal dan tak lupa dengan tatapan yang mengintimidasi ku. hih tatapan dendi sangat mengerikan ketika dia mulai jutek dan kesal.
aku bingung bagaimana aku harus menjawab semua pertanyaan dendi, aku juga tidak berani menatap mata dendi dengan tatapan nya yang mengintimidasi seperti itu, pupil mata nya membesar dan dia hanya menatap ku lewat sudut mata. dendi seperti seorang yang dingin bagi ku.
sepertinya dendi sangat marah kali ini dengan ku, aku pun duduk di bangku tepat di samping dendi, aku mulai berbicara dengan dendi dengan intonasi nada yang pelan dan lembut. pada hal sejujurnya aku sangat takut untuk berbicara apa lagi menatap mata dendi.
"kamu kenapa, kok marah marah?" tanya ku kepada dendi, aku mencoba untuk menenagkan dendi agar dendi tidak marah lagi dan tidak menatap ku seperti seorang pesikopat aku tetap memberanikan diri ku. aku tetap berbicara dengan nada yang rendah dan akhirnya dendi pun mulai merendahkan nada bicaranya dan tidak lagi menatap ku dengan tatapan intimidasi.
"iya kamu sedari siang sampai magrib wa kamu ceklis di tambah nomor kamu sibuk, kamu nelvon siapa emng?"tanya dendi dengan wajah bete nya.
aku pun mulai berbohong pada dendi, aku bilang bahwa aku seharian tadi sibuk beresin rumah sehingga aku tidak bisa mengabarinya, setelah beresin rumah aku lanjut baca novel di hp ku ujar ku pada dendi.
aku fikir dendi akan percaya ternyata tidak dia meminta aku untuk mengambil hp ku di kamar. dia mau liat sendiri katanya aah aku memang tidak terlalu pandai dalam Hal Membohongi dan berbohong