webnovel

Chapter 52 The Worked Hard

"Bilang ahh..." Yechan terlihat menyuapinya sarapan.

"Kau tak perlu melakukan itu," Neko menatap ekstrem.

"Tidak apa apa, tangan mu terluka karena kayu tajam, jadi aku akan menyuapimu," Yechan menatap dengan tatapan beruang manis.

"Aku bisa makan sendiri, tanganku baik baik saja, yang terluka itu bukan yang kanan tapi yang kiri...."

"Tapi tetap saja kamu harus aku suapi," ia menatap membalas membuat Neko terdiam dan menghela napas panjang. Lalu membuka mulutnya. Yechan tersenyum senang dan menyuapinya.

Neko terdiam menutup mulutnya setelah menerima suapan pertama membuat Yechan terkejut. "Ada apa? Kamu ingin muntah?"

". . . Aku tidak suka...." Neko melirik makanan itu.

"E... Em.... Tapi, ini yang di sediakan di klinik ini," Yechan menatap khawatir.

Neko kembali terdiam, dia lalu menelan suapan tadi dan menghela napas panjang. Ia lalu kembali membuka mulutnya membuat Yechan berwajah merah dengan senyum senang, ia lalu menyuapi Neko lagi.

". . . Kau pernah menyuapi sebelumnya?" Neko menatap sambil mengunyah.

"Hehe... Aku suka jika menyuapi anak anak yang minta di suapi, ketika aku diminta bertugas sama seperti kemarin," kata Yechan membuat Neko terdiam menatap nya, tapi dia membuang wajahnya.

"Oh iya, apa kamu masih tidak enak?" Yechan menatap.

". . . Kepalaku, masih begitu sakit," Neko memegang kepalanya.

"Eh, bukankah yang terluka bagian kening mu kenapa yang sakit kepala?" Yechan bingung.

"Kau tidak percaya? Ini aku tunjukan," Neko mengambil tangan Yechan dan meletakan nya di kepala Neko.

"Oh benar, ada sedikit luka... Benjolan..." Yechan menatap.

Tapi ia terkejut melihat wajah Neko yang dekat, ia langsung menarik tangan nya dengan wajah merah. "Ehem... Em... Itu tidak apa apa, itu akan sembuh karena hanya luka sedikit," kata Yechan dengan wajah malu membuat Neko terdiam dingin menatapnya. "Sikap mu aneh."

"Apa?!" Yechan langsung terkejut.

2 hari setelah itu Neko di hampiri dokter yang masuk. "Nona Akai," dia menatap membawa papan kertas.

Neko hanya terdiam menatap dari duduknya di ranjangnya.

"Jadi, bisa katakan padaku, apa yang masih sakit?" Dokter menatap.

Neko awalnya masih terdiam, dia menoleh ke Yechan yang berdiri agak jauh menatapnya dengan khawatir.

Lalu Neko membalas. "Aku sudah lebih baik..."

"Kamu yakin, bagaimana dengan luka dalam mu? Bisa aku cek?" Dokter itu mendekat, dia membaringkan Neko dan terdiam menatap baju Neko.

"Permisi...." tatap nya, Neko hanya terdiam membiarkan nya, lalu dokter itu menyentuh bagian bawah dada Neko, dia menekan nya sambil melihat ekspresi Neko.

"(Shit.... Ini sedikit sakit, jangan menekan nya,)" Neko langsung memegang tangan dokter itu dengan tangan yang gemetar.

"Nona Akai, apa ini sakit?" Dokter menatap.

"Dimana kau menyentuh!" Neko melirik suram membuat dokter itu terkejut.

"Singkirkan tangan mu," dia menampar tangan dokter, Yechan dan dokter itu terkejut.

"Ah... Ahaha... Akai... E... Dia hanya memeriksa... Jadi..." Yechan mencoba menenangkan nya.

"Aku tak peduli, aku bilang aku sudah baik baik saja," Neko masih melirik dokter itu membuat dokter itu tidak nyaman berkeringat.

"(Dia cantik tapi sifatnya... E...) Ehem... Baiklah jika begitu, dia bisa dipulangkan," kata Dokter.

"Apa itu benar benar sudah yakin?" Yechan menatap ragu.

"Ya, dia sudah lebih baik, luka di tangan nya maupun di keningnya bisa di obati di rumah," balas Dokter lalu dia berjalan pergi.

"Baiklah, kemarilah Akai, aku akan mengantarmu ke mobil," Yechan membuka tangan membuat Neko terdiam masih di ranjang.

"Apa yang kau maksudkan?" dia melirik membuat Yechan tidak nyaman.

"Emmm..... Kamu mungkin kesusahan jika berjalan sendiri... Ingat, aku menggendong mu di dada ketika aku menemukan mu--

"Siapa yang bertanya soal itu!" Neko langsung menyela membuat Yechan terkejut dan menutup mulutnya.

Neko benar benar mengeluarkan aura dingin dan kemarahan itu.

"Aku bisa jalan sendiri," kata Neko, dia lalu turun dari ranjang.

"Ah, pakai ini," Yechan mengambil kain hitam dan rupanya itu jaket besar miliknya, dia memakaikan nya di pundak Neko karena Neko memakai pakaian pendeknya, yakni celana levis dan kaus putihnya membuat Neko terdiam menatap jaket itu lalu kembali akan berjalan.

Ketika ia akan berjalan, tiba tiba saja ia terkejut langsung memegang perut atasnya, ia akan jatuh tapi Yechan langsung menangkapnya dengan panik. "Akai!" ia menahan punggung dan bahu Neko agar tidak jatuh ke belakang.

"(Sialan.... Kenapa masih sakit,)" Neko menekan perutnya.

"Akai, sebaiknya kita di sini saja dulu, kondisi mu akan semakin buruk jika--

"Aku tidak suka di sini.... Aku ingin pulang," Neko langsung mengatakan itu dengan wajah agak kesakitan membuat Yechan terdiam.

"(Apa yang harus aku lakukan, aku bingung... Tunggu, tidak, jangan bingung... Aku harus menjadi lelaki....)" Yechan berwajah serius, tiba tiba ia memegang paha Neko dan langsung mengangkat Neko, membawa nya di dada membuat Neko membuka mata lebar.

"Sialan... Turunkan aku," Neko menatap tajam.

"Akai, kamu ingin pulang kan, aku harus mengantar mu begini, jangan khawatir.... Hanya sampai mobil saja," kata Yechan dengan wajah lembut membuat Neko terdiam dan menghela napas panjang pasrah.

Tapi ia terdiam ketika melihat banyak barang di mobil Yechan.

"(E... Kenapa ada banyak barang?)" Neko bingung, lalu Yechan memasukan nya.

"(Perasaan ku tidak enak,)" pikirnya sekali lagi.

"Baiklah, ayo," Yechan mengemudi dan menjalankan mobilnya ke Villa Neko.

Sesampainya dirumah. Neko ke luar dari mobil dan ia terpaku ketika melihat Yechan membawa barang barang tadi dan berjalan duluan, ia lalu menoleh. "Apa yang kamu tunggu Akai, ayo masuk... Hehe," tatapnya tanpa berdosa, dari sana Neko tahu dengan wajah suramnya bahwa Yechan akan di tempatnya karena barang barang tadi milik Yechan dan diletakan di villa Neko.

Setelah itu tampak Neko duduk di sofa sambil menatap ponselnya. Yechan dari tadi menatapnya dengan imut. "(Cih...)" Neko terlihat kesal melihat sebuah pesan dari Jun.

==Boss, apa anda sudah menemukanya?==Boss anda harus cepat pulang, Boss....==

"Grr... Berhenti menggangguku..." Neko berteriak dan membanting hpnya di sofa samping membuat Yechan terkejut. Lalu Neko menoleh dingin padanya.

"E... Akai, um.... Apa ada sesuatu?" Yechan menatap.

"Ha.... Sial.... Ini hanya soal pekerjaan ku, jika aku tak segera ke sana, pekerjaan ku akan semakin banyak," kata Neko.

"Kamu sudah bekerja, kenapa mau di kampus?"

". . . Bukan urusan mu," Neko langsung membalas begitu membuat Yechan terpaku.

"Apa kamu marah, karena aku ada di sini Akai... Aku sedang merawat mu, kamu di sini juga sendiri kan," Yechan menatap memelas.

"Ha, terserah..." Neko hanya pasrah.

Lalu Yechan kembali tersenyum senang. "Aku senang kamu mengizinkan ku merawatmu, oh benar, aku ada barang yang harus aku ambil di rumah, aku lupa tadi, aku tinggal sebentar ya," Yechan berdiri dan memakai sepatunya berjalan pergi sambil melambai membuat Neko masih terdiam.

Ia lalu melihat sekitar di tempatnya lalu berdiri.

Neko terdiam melihat kamar mandi. "(Aku akan mandi saja,)" ia melepas bajunya, seketika terlihat tubuhnya yang begitu menawan dan masuk ke kamar mandi. Tubuh telanjang dan hanya ada kalung yang ia pakai itu di lehernya.

Tak lama kemudian. "Akai, aku kembali..." Yechan memasuki ruangan tapi Neko tidak ada. Ia bingung melihat sekitar.

"What The Fuck....!!!..." Neko berteriak dari kamar mandi membuat terkejut mendengar itu tadi lalu Yechan langsung menuju kesana. "Akai, kau baik baik saj... Gyaaaaah!!" ia terkejut melihat Neko tersambar air selang dengan telanjang baju, tapi dia masih memakai pakaian dalam, tetap saja dia dilihat tubuhnya oleh Yechan.

--

"Umh...." Yechan duduk dengan wajah merahnya di sofa, dia masih mengingat yang tadi. Lalu Neko berjalan melewatinya agak jauh, ia hanya pakai celana pendek dan spot bra sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Akai... E... Akai, kau harus pakai bajumu," tatap Yechan dengan polos membuat Neko menoleh.

"Apa aku terlihat aneh?" Neko menatap dirinya sendiri.

"E... Tidak, aku hanya berpikir... E..." Yechan menjadi bingung sendiri. Tapi ia melihat kalung Neko itu.

"(Kalung itu? Cantik, berwarna hijau kristal... Apa itu sesuatu yang penting... Sebaiknya aku tidak bertanya sama sekali...)" Yechan sudah melihat kalung milik Neko.

Lalu Neko memakai bajunya.

"Jadi kau ingin disini dan membantuku? Jika ingin membantu ku, jangan se enaknya masuk ke kamar mandi ketika aku telanjang seperti tadi."

"Em.... I... Iya, aku akan membantumu sampai kau sembuh, kata dokter kau harus rutin memeriksakan kesehatan mu kesana, aku yang akan mengantarmu nantinya."

"Baiklah, terserah kau," Neko membalas dengan dingin lalu melihat barang barang Yechan.

"Masukan saja itu di kamar ku, maafkan aku karena kamar di sini hanya satu, karena dulu, aku meminta satu kamar hanya untuk ku, tapi jika kau ingin tidur, tak apa di sana," kata Neko.

"(Dia sangat baik....) Baiklah, permisi dulu, aku harus membawa barang ku hehe," Yechan langsung membawa barang barangnya di kamar.

Hingga ada pesan masuk di ponsel Neko yang ada di meja sofa, ia berjalan mendekat dan melihat itu dari Kim.

== Nona Akai, sepertinya ada masalah.... Soal Tuan Beum==

Neko menjadi berwajah kesal. "(Sialan.... Apa aku tak bisa menikmati ini....)"

Sementara itu di kota, Beum Jyoun berjalan masuk menemui Ketua. "Ada apa, kau memanggilku ketua?"

"Kudengar kau sering bertemu dengan putra Tuan besar."

"Ya, aku sering mengajaknya minum dan membahas soal kerja sama kita."

"Tapi kau tahu kan Beum, aku memintamu kemari untuk menanyakan sesuatu, putra seorang yakuza tidak bisa menjadi salah satu bagian dari sindikat ini."

". . . Bagaimana kau tahu?" Beum terkaku.

"Hm... Aku selalu terdepan mendapatkan informasi, kau pikir aku hanya duduk menunggu penghasilan. Dengar, kau tidak bisa bergabung disini lagi."

"Apa? Kau pikir aku susah susah membujuk putra pertama tuan besar hanya untuk ini. Projek itu sudah kudapatkan dan akan menjadi milikku."

"Apa kau lupa, projek itu juga punya sindikat ini. Kau tidak bisa mengaku itu milikmu!!"

"Ada apa? Yang mendapatkan dana itu aku, sudah jelas itu milikku."

"Beum Jyoun, kau sudah melanggar aturan disini, seharusnya kau tidak bekerja sama untuk mendapatkan uang!! (Neko saja tidak melakukan hal itu.)"

"Hmp... Terserah Ketua, baiklah jika kau membuatku keluar paling tidak projek itu sudah menjadi milikku," Beum berjalan pergi.

"Cih... (Lelaki itu...)" Ketua memukul meja dengan kesal.