"(Saat aku kecil, aku ingat bagaimana aku menangis, aku ingat bagaimana aku terluka, aku ingat bagaimana aku jatuh sendirian dan aku ingat bagaimana hidup tanpa sebuah tujuan... Takdir mencoba membantu ku, dia membuat ku berpikir bahwa mungkin uang bisa memecahkan segala masalah termasuk kata sendirian, tapi takdir yang salah yang melakukan itu, dia berbohong padaku bahwa uang tidak bisa memecahkan segalanya... Aku hidup dalam kebosanan yang begitu panjang, aku tak tahu apa yang aku butuhkan hingga aku kembali mengingat masa lalu, bahwa yang aku butuhkan hanyalah seseorang yang dapat menerima sikap ku, seseorang yang dapat mengadapi ku dengan pikiran dan hatinya secara menyatu agar dia juga bisa menangkap sikap ku, layaknya bunga mawar yang menjadi hitam, bunga mawar merah pasti akan menjadi hitam, tapi tidak dengan bunga mawar putih....)"
--
"Akai, kapan kamu akan bangun, ini sudah pagi," kata seseorang lelaki yang duduk di samping ranjang sebuah klinik dan di depan nya ada ranjang yang di isi oleh tubuh Neko yang terbaring.
Dengan lengan kirinya yang terperban, keningnya tertutup menutup luka dan masih banyak luka gores yang di tutupi penutup luka.
"(Dia benar benar berusaha keras melindungi gadis itu,)" pikir Yechan, dia mengingat sesuatu, itu ketika gadis itu bertemu dengan Yechan bersama ibunya.
"Yechan, aku benar benar berterima kasih," tatap ibu gadis itu.
"Ini baik baik saja."
"Tuan Yechan, apa yang terjadi dengan kakak itu?" gadis itu menatap khawatir.
Lalu Yechan menundukan badan mendekat. "Dia akan baik baik saja, kamu ingin meninggalkan pesan?"
"Ya, terima kasih sudah menyelamatkan ku, aku harap dia tidak mati," tatap gadis itu, Yechan hanya tersenyum dan mengangguk. "Akan aku sampaikan ketika dia bangun..."
Hingga Yechan bertemu dengan dokter klinik. "Yechan?" Dokter pria paruh baya itu memanggil membuat Yechan mendekat.
"Ya, di sini, bagaimana kondisi Akai?"
"Sangat buruk," kata dokter itu.
"Apa maksud anda?"
"Ketika dia jatuh, luka di luar ada di lengan nya dan kepalanya saja, tapi luka dalamnya terjadi ketika dia terbentur keras jatuh dengan posisi yang begitu buruk.
Salah satu tulang rusuknya bergeser mengenai paru parunya membuat luka di paru parunya, tapi aku bertanya tanya tulang rusuk itu seharusnya kuat, ketika aku menyadari bahwa hanya ada satu yang bergeser, aku sadar, salah satu tulang rusuk miliknya itu dari dulu terluka sebelum dia jatuh di jurang itu, jadi intinya, dia sudah memiliki luka di tulang rusuknya, mungkin retak," kata Dokter, Yechan yang mendengar itu benar benar terkejut.
Itu terjadi ketika Neko mengunjungi keluarga Ezekiel, dia lari dari putra pertama Tuan Ezekiel dan tertabrak truk yang besar.
"Apa maksud anda? Lalu, apa dia masih bisa bertahan?"
"Aku agak ragu, setelah melakukan operasi, harap saja dia tidak akan koma," balas dokter itu, lalu dia berjalan pergi begitu saja membuat Yechan masih terdiam cemas pada Neko.
Dan setelah operasi, dia mendekat ke tempat Neko sampai saat ini menunggu.
Dia menatap tangan Neko yang terluka itu. "Tangan itu... Benar benar sangat manis," dia menatap dan menyentuhnya pelan.
"(Tangan ini berbeda dari banyak nya wanita... Tak ada tulang yang terlihat dan tampak sehat... Memang agak aneh dengan kulitnya yang putih, aku penasaran, apakah mawar putih berwarna seperti ini juga...)" pikir Yechan.
Lalu ia menatap wajah Neko, bibir Neko agak terbuka kecil ketika Neko tertidur seperti itu. "Paling tidak dokter tidak mengatakan kamu tidur selamanya..." gumam Yechan.
Ia terus menunggu Neko hingga ada tanda tanda Neko bangun. Ia membuka matanya langsung menatap langit langit dan Yechan terkejut melihatnya.
"Akai, kau sudah bangun?" Yechan menatapnya.
Tapi seketika Neko melirik ke arahnya dengan wajah yang suram.
"A.... Apa... Aku tidak menyentuh apapun, aku tidak melakukan apapun," Yechan panik dengan tatapan itu.
Tapi Neko masih melirik.
"Oh, sebentar, aku panggil perawat... Apa kamu masih sakit.... Akai.... Akai..." Yechan menatap, tapi pandangan Neko perlahan mengecil lagi, dia seperti akan menutup mata.
"Akai!" Yechan kembali memanggil membuat Neko benar benar tak jadi menutup mata menatap nya sangat dekat, Yechan menatap sangat dekat membuat Neko terdiam melirik.
"Jangan...." dia membuang wajah dengan ekspresi yang agak sakit.
"Apa? Apa yang kamu katakan?" Yechan mendekatkan telinga nya.
"Jangan.... Menangis...." kata Neko.
Yechan terdiam bingung. "Tapi... Aku tidak menangis...."
Tapi Neko menoleh ke arahnya dengan tatapan itu membuat Yechan kembali terdiam melihatnya. "(Dia sangat cantik bahkan ketika bangun tadi, tapi... Kenapa dia melihatku begitu?)"
Tapi Neko bangun dari ranjang klinik kecil. Neko terbangun duduk, tapi ia terkejut memegang bawah perutnya.
"Ah... Kau masih terluka, jangan bangun dulu," Yechan terkejut sekaligus panik.
Neko menahan sakitnya, dia menekan bawah dada nya, tepat bagian rusuknya. "(Sialan.... Apa yang terjadi...?)" dia langsung menarik bajunya ke atas membuat Yechan terkejut langsung menutup matanya.
Terlihat perban melingkari tubuh Neko. "Apa yang terjadi?"
". . . Um... Kamu baru saja operasi di tulang rusuk... Itu tidak parah, hanya sebatas pergeseran," kata Yechan.
"Sial.... Kenapa ini lebih sakit dari pada luka luar, kepala ku juga sakit," dia memegang kepalanya padahal yang terluka kening nya.
"Kamu harus beristirahat Akai," Yechan mencoba membaringkan Neko tapi Neko malah melemparkan tatapan tajam, dia lebih suka duduk, tidak berbaring.
"Sudah berapa lama aku terbaring?" Neko menatap datar.
". . . Um... Sekitar 2 hari..."
"Ha... Bagaimana dengan kampus?"
"Beberapa dosen mencari mu, tapi aku sudah mengatakan nya pada mereka, jangan khawatir, kamu di berikan libur," kata Yechan.
"Ha... Sangat sial," Neko menghela napas panjang berulang kali.
Lalu ada yang masuk membuat Yechan menoleh, rupanya orang tua Yechan. "Yo, pagi," sapa mereka dengan ramah.
"Bagaimana keadaan mu nona manis?" Ayah Yechan menatap.
"Dia sudah lebih baik," Yechan mewakili membalas karena Neko hanya bisa terdiam melemparkan tatapan dari tadi.
"Kau benar benar baik baik saja?" Ibu Yechan mendekat khawatir.
"Aku baik baik saja," Neko yang membalas kali ini.
"Oh syukurlah, kami benar benar khawatir, aku meminta Yechan menunggu mu sampai kamu bangun agar jika kamu bangun, dia sudah siap siaga," tambah Ibu Yechan membuat Neko terdiam dan menatap ke Yechan yang hanya tersenyum lembut.
"Istirahatlah ya," dia memberikan buah di meja dekat ranjang. "Kalau begitu kami pamit," tambah ayah Yechan.
"Hati hati di jalan ayah, ibu," tatap Yechan.
Setelah mereka pergi, Neko masih terdiam, dia lalu menatap ke Yechan kembali melemparkan tatapan pada nya membuat Yechan tidak enak.
"Um... Ah, kamu mau buahnya, aku akan kupaskan," Yechan mengambil apel merah dan mengupas dengan pisau.
"Yechan...." Neko memanggil, seketika Yechan terkejut. "I... Iya... (Dia baru saja memanggil nama ku!? Rasanya sangat aneh, aku ingin mendengarnya memanggil nama ku lagi...)" ia menoleh menatap dengan gemetar dan wajah yang merah, di saat itu juga jantungnya berdegup kencang.
"Ugh..." dia terkejut memegang dadanya membuat Neko bingung.
"E... Apa yang mau kamu katakan, Akai?" Yechan menatap.
". . . Soal kau menunggu ku, terima kasih," kata Neko, seketika jantung Yechan kembali berdegup sangat kencang.
"(Oh astaga.... Jantung ku berdegup sangat kencang... Apa yang terjadi... Kenapa....)"
"Bagaimana dengan anak itu?" Neko menatap dengan pertanyaan lain, dia bahkan langsung mengganti topik dengan tatapan dingin tanpa ada ekspresi sakit lagi.
"Dia terselamatkan berkat dirimu," Yechan membalas. Tiba tiba Neko terkejut sambil kesakitan memegang perutnya.
"Akai, ada apa, kau kesakitan, aku akan panggil dokter," Yechan berbalik tapi Neko menahannya.
"Berikan padaku," Neko menunduk gemetar.
"Apa...?" Yechan mendekat bingung. Seketika Neko menangkap kerahnya dan menariknya. Yechan terkejut Neko akan menggigit lehernya. Tapi Neko terdiam berhenti, ia tersadar dan melepas kerah Yechan. "(Apa yang baru saja aku hampir lakukan, aku hampir kehilangan kendali... Kenapa aku tadi melakukan itu?)"
"A... Apa yang terjadi?" ia memegang lehernya sambil terkejut.
"Minta maafku Yechan, aku ingin istirahat, bisa kau tinggalkan aku?" kata Neko.
"Ah baiklah, istirahat saja Akai," balas Yechan, tapi suasana terdiam membuat Neko melirik Yechan.
"Apa kau tidak ada rencana pergi?"
"E... Aku menunggu mu di sini, Akai."
"Keluar saja, aku ingin istirahat sendiri," Neko menatap kesal.
"E... Baik, aku pergi... Jika ada perlu panggil aku, aku tetap akan kemari," Yechan menatap lalu berjalan pergi.
Neko melambai hingga Yechan menutup pintu, ia menurunkan lambaian tangan nya dan melihat tanganya sendiri. seketika Neko menggigit tangan nya sendiri hingga berdarah.
"(Aku... Lapar.)"
Sorenya Yechan membuka pintu perlahan, dia melihat Neko terbaring.
"(Apa ini baik baik saja jika aku masuk?)" ia berjalan mendekat dengan pelan pelan, berusaha menyembunyikan suara lalu berhasil mendekat melihat wajah Neko yang begitu pulas tertidur.
Seketika Yechan terkesan melihatnya. "(Kenapa dia begitu cantik bahkan ketika tidur, bangun tidur dan yang lain nya...)" ia terdiam.
Tapi mendadak, Neko membuka mata dan langsung melirik ke Yechan membuat Yechan sendiri terkejut.
"A... Akai... Apa aku membangunkan mu?!"
"Aku sudah bilang biarkan aku istirahat sendiri," Neko menatap tajam.
"Em.... Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu, ponselmu, aku melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dari orang yang bernama Cheong," kata Yechan memberikan ponselnya.
Mendengar kata Yechan tadi, Neko terkejut dan langsung mengambil ponselnya, dia melihat ada 23 panggilan dari Cheong dan 11 panggilan dari Jun.
"(Sial....)" Neko menatap kesal.
Hingga malamnya, "Ada apa?" kata Neko yang berbicara melalui telepon di malam hari saat rumah sakit sepi dan gelap. Tak ada Yechan juga.
"Boss Akai, Aku sudah tahu soal Tuan Beum," kata Kim yang menghubunginya. "Dia adalah Tuan pertama, atau putra pertama dari keluarga Yakuza terpengaruh di sini. Dia memiliki satu saudara laki laki sekandung dan aku belum dapat infonya sama sekali."
"(Yakuza, kenapa jadi keluarga seperti itu yang diangkat Chairwoman.) Bagaimana soal kerja sama nya dengan putra pertama Tuan Besar?"
"Sejauh ini mereka hanya berbicara soal bisnis kerjasama itu," Kim membalas. Lalu Neko terdiam berpikir.