Hari selanjutnya Suzune duduk disamping Matthew yang menggambar sesuatu di meja.
"Matthew, selamat pagi, apa yang sedang kau gambar?" Ia menyapa tapi ia terdiam menatap dan terkejut karena Matthew menggambar wajah Neko dengan sangat sempurna.
"Aku menggambar Neko..."
"(Matthew, kenapa dia menyukai gadis yang seperti itu, itu sangat aneh, aku tidak boleh kalah!)" Suzune meliriknya dengan kesal.
Tapi Matthew punya pemikiran lain sendiri.
"(Untuk mengganti pekerjaanku... Aku harus bekerja di mana?)" ia terdiam khawatir akan pekerjaan nya, tentunya bekerja di supermarket yang kawasan nya hanya ada gangster itu juga akan susah, dia juga akan tertindas.
--
"Apa ini, kau bisa bekerja atau tidak..." Seorang pria melempar sebuah rokok, ujung bungkus rokok itu mengenai pipi Matthew hingga membuat luka gores. Tapi wajah Matthew tampak biasa saja dan tidak menunjukkan wajah takut nya sama sekali.
"(Sekali lagi, pemikiran ku benar.)"
"Apa kau bercanda, kau mendengarkan tidak, bukan rokok itu yang kumaksud..."
"Maafkan aku, aku akan mengambilnya..." Matthew mengambil rokok lain.
"Lain kali, kau harus mendengarkan..." kata pria itu dan berjalan pergi.
Beberapa menit kemudian Manajer datang. "Kerja bagus Matthew kau bisa pulang... Hm Ada apa dengan wajahmu?"
"Bukan apa apa, aku pergi Manajer" Matthew berjalan pergi membuat Manajer supermarket itu terdiam.
"(Aku tidak bisa berpikir hari ini akan seperti ini...)" Matthew berjalan sambil memikirkan sesuatu, dia masih berjalan pulang dari bekerja di supermarket nya, namun tak disangka ia melihat Neko duduk dibangku jalan dengan Jun yang berdiri disampingnya.
Neko menoleh padanya, ia sudah tidak lagi mengenakan pakaian ngetrend itu.
"Matthew, apa kau selesai bekerja?"
"Ya, aku akan ke kafe," kata Matthew.
Lalu Neko menoleh ke Jun. "Pergilah..."
"Baik Boss," Jun menundukan badan lalu berjalan pergi.
Matthew duduk di samping Neko. "(Kenapa dia ada di tempat seperti ini?)" dia menatap belakang bangkunya yang merupakan tempat parkiran dan Ia menjadi sedikit terkejut ketika Hyun dan Jun menyeret sebuah mayat disana. Sudah jelas yang melakukan itu adalah Neko.
"(Kadang aku berpikir dia gadis yang memiliki kekuatan yang kuat, membunuh dengan berani dan berteriak kesal tanpa berpikir. Aku penasaran dia masuk ke dunia kriminal mana?) Kenapa kau tidak datang ke toko?" Matthew menatap.
". . . Aku hanya duduk baru saja, aku ingin mampir tapi aku sudah melihatmu disini.... Ada apa dengan wajahmu?" Neko memegang pipi Matthew yang tergores.
Matthew menatap Neko lalu ia memegang kedua pipi Neko yang bingung.
"Neko... Wajahmu," ia mencubit dan menarik pelan wajah Neko sehingga dia punya wajah yang lucu dan imut.
"Hoi, kau pikir ini karet?!" kata Neko. Lalu Matthew mendekat dan menciumnya. Neko menjadi menatap dingin.
". . . Maaf..." kata Matthew.
Tapi Neko menempelkan sesuatu di wajah Matthew, ia merabanya seperti penutup luka.
"Itu pleaster, setidaknya bisa menghindari infeksi," kata Neko. Hal itu membuat Matthew terdiam.
"(Dia langsung menutupi luka ku begitu saja.... Aku benar benar tak tahu apa apa di sini....) Neko... Apa kau... Suka pada ku?" Matthew menatap membuat Neko terdiam.
Ia lalu mengalihkan pandangan sambil menghela napas panjang. "Ha... Siapa yang bilang begitu, dari awal aku mengenal mu karena kau yang meminta ku sendiri untuk menjadi model mu, jangan salahkan takdir jika aku menganggap ini hanyalah sebuah permintaan mu semata," balas nya.
"(Aku tahu itu... Mendapatkan hati seseorang mungkin memang butuh waktu, tapi Neko sangat sulit karena dia tidak bisa teraih hati nya, kosong dan terlalu banyak menerima keadaan... Aku tidak akan berhenti sampai sini saja...)"
Lalu ponsel Neko berbunyi. "Maaf, aku harus pergi.... Kapan kapan bertemu lagi, mungkin besok juga bisa," kata Neko berdiri, ia menoleh dengan senyum kecilnya lalu melambai berjalan pergi membuat Matthew masih terdiam.
"(Yeah.... Besok...)"
Hari selanjutnya Matthew menghitung barang yang di beli Neko.
"(Dia benar benar datang,)" pikir Matthew, ia lalu berhenti dan menatap permen yang ia bawa.
"(Dulu, ketika aku belum bekerja di supermarket ini, kami selalu bertemu lama, mungkin menunggu jumat malam tapi ketika aku bekerja di sini, tak di sangka sangka dia suka membeli barang di sini... Entah ini keberuntungan ku untuk selalu bertemu dengan nya atau bukan....)"
Neko terdiam menatap Matthew. Ia melihat sekitar tak ada orang lalu kembali menoleh ke Matthew.
"Kau masih bekerja di konstruksi bukan?" Neko menatap dingin.
"Aku hanya membantu jika ada waktu disana," Matthew membalas.
Tapi tiba tiba ada seseorang. "Hoi, Kau pekerja paruh waktu, kau harus menyambut kami disini sekarang..." Kata Orang itu yang rupanya adalah pria yang saat itu masa depannya di hancurkan Neko di supermarket.
"Kau..." Tiba tiba dia menoleh ke Neko dan menjadi ingat, ia langsung memegang selangkangan nya.
"Kau gadis kurang ajar yang waktu itu..." ia mendekat dengan aura marah. Ia mendekat membuat Neko menengadah menatapnya.
"Huh, gadis kecil cuma berani segitu, kecil juga tubuhmu huh..."
"Neko..." Matthew menatap khawatir. Tapi Neko mengangkat tangan kanan nya mengupas permen nya dan memakan nya sambil menatap tajam.
"Ya, kau bisa mengatakan itu semau mu saat aku sedang ada disini, karena aku juga sekalian membalasmu," kata Neko, seketika ada aura hitam membuat pria itu terkejut, di pandangan pria itu, aura hitam tersebut menekan tubuhnya karena ada tekanan turun dipundaknya dan membuatnya terjatuh duduk.
Neko lah yang menekan pria itu dengan sekali tatapan aura penuh dendam. Pria itu nampak terkejut melihat Neko dari bawah.
"(Kenapa gadis ini begitu berani, dia tidak memiliki rasa takut, dan itu tadi... Auranya sangat kuat menekan ku ke bawah hanya dengan tatapan tajam itu, padahal dia tidak menyentuh ku sama sekali tapi kenapa aku bisa terbawah begini.) ....Cih aku akan kembali..." dia berdiri dan berjalan pergi di ikuti rekan nya yang ia bawa tadi.
"Neko... Kau baik baik saja?" Matthew mendekat memegang pipinya.
"Aku baik baik saja, lain kali kau harus menunjukan harga dirimu Matthew," kata Neko yang berjalan pergi keluar.
Malamnya di kantor pertemuan. "Kau terlihat baik baik saja," kata Neko.
"Apakah kamu mencoba mengatakan bahwa aku masih secantik biasanya?" seorang wanita berpakaian pendek Bos menatap padanya.
"Jangan bertele tele..." Neko menyela dengan mencuekinya.
"Kau sungguh gadis penggugah nafsu," wanita itu memberikan dokumennya.
Lalu Neko membuka dan membacanya tapi hanphone nya berbunyi. Ia melihat ada pesan dan memberikanya pada Jun yang berdiri di sampingnya.
Jun membaca pesan itu yang rupanya dari ketua. "(Sepertinya ketua meminta Boss untuk bertemu dengannya.)"
"Baiklah, setuju," kata Neko sambil meletakan dokumen itu di meja.
"Disini aku akan memberikan uangnya sesuai janji, tapi..." wanita itu mendekat dan memegang pipi Neko.
"Aku ingin merasakan sekali saja," ia mendekat dan menjilat pipi kanan Neko.
"Aku harus pergi," Neko membuang muka tak peduli tanpa ekspresi apapun.
"Apa??" wanita itu terkejut dan Neko berjalan meninggalkanya. "(Uh... Gadis manis,)" bahkan wanita seperti nya tertarik pada tubuh gadis Neko.
Neko berjalan keluar dari ruangan itu, tadi Jun dan Hyun menunggu berjaga di luar pintu, ketika melihat Neko keluar, mereka menyusul dan mengikutinya.
Langkah kaki mereka berbeda dengan langkah kaki Neko membuat suara yang membuat Neko kesal.
"Berhenti mengikutiku!!" Neko berhenti sambil menoleh ke belakang, seketika Hyun dan Jun berhenti dari mengikuti nya.
"Boss, disana hampir hujan, anda tidak mungkin keluar bukan?" kata Hyun.
"Aku hanya pergi sebentar, akan kuhubungi nanti."
"Kemana anda akan pergi?"
"Hanya, keluar," Neko berjalan pergi. Hyun dan Jun menjadi bingung.
"(Apa yang sedang terjadi, kenapa aku bertingkah seperti ini. Rasanya seperti tertusuk duri landak saja,)" Neko menengadah menatap langit di tengah kota luas.
Ia bahkan juga mengingat sesuatu soal kehidupan lamanya.
Ketika mengingat sesuatu soal hal yang terjadi di masa lalu, tiba tiba wajah Matthew muncul di kepalanya membuatnya terkejut bingung.
"(....Apa yang kupikirkan?)" ia langsung terkejut dalam pemikiran nya.
Mendadak hujan deras, untungnya Neko berteduh di halte bus. Hanya ia sendiri di sana. "(Aku akan meminta mereka untuk menjemput,)" ia mengeluarkan ponsel.
Tapi ia terdiam saat melihat kaki seseorang yang berdiri didepanya. Ia menengadah dan melihat bahwa itu Matthew. Kebetulan sekali bertemu dengan nya.
"Apa yang kau lakukan disini?"
". . . Entahlah, aku tidak tahu, bisa kau duduk," Neko menatap lalu Matthew melingkupkan payungnya dan duduk disampingnya.
"Sepertinya kau memiliki beban terlalu banyak Neko.."
"(Kenapa dia tahu?) Haa... Aku hanya ingin keluar itu saja."
"Kalau begitu kenapa kau tidak mengundurkan diri? Meskipun aku tidak tahu pasti soal pekerjaanmu tapi aku yakin kau juga butuh sebuah liburan yang santai."
"Kau tahu, aku ini sudah di kunci oleh wanita itu, jika aku keluar, dia akan mengurungku di sel besi dan akan membocorkan semua kejahatan yang telah kulakukan, itu sama saja masuk ke kandang harimau," kata Neko.
"(Dia bahkan tidak terlihat baik, dari perkataan nya barusan aku sama sekali tidak mengerti apapun,)" Matthew menatapnya kecil.
"Hm...Matthew, bisa kau ceritakan tentang dirimu sepertinya aku mulai penasaran."
". . . Ini cerita yang membosankan."
"Semua cerita tentang kehidupan orang lain, itu jelas membosankan, aku bertanya untuk tahu bukan untuk mendengar cerita yang bosan," kata Neko.
Matthew terdiam sebentar hingga ia berbicara. "Aku terlahir di orang tua yang aneh, mungkin bisa disebut yakuza, Aku putra kedua disana."
"Hah?? Kupikir kau tunggal, karena kau bilang tidak ada keluarga."
"Aku memang ingin begitu, jadi aku keluar dari rumah dan mulai menjalani hidup sendiri mulai dari umur muda," kata Matthew, mendengar itu Neko menjadi terdiam.
"(Sepertinya... Dia sama denganku, tapi lebih berbeda.)"
"Neko, aku ingin selalu bersamamu, aku ingin tidur denganmu lagi."
". . . Kenapa, sejauh ini kita tidak melakukan hubungan yang terlalu dalam, kau hanya beberapa kali mengecup tubuhku."
"Karena tubuhmu sangat manis, aku menyukai tubuhmu..." kata Matthew.
Seketika Neko menjadi terkejut dan berdiri, Matthew menatap bingung.
"Hmp, semua lelaki sama saja, hanya memandang fisik rupanya."
"Apa? Apa maksudmu... Aku tidak bermaksud begitu," Matthew ikut berdiri. Lalu muncul mobil di belakang Neko. Jun turun membawa payung meneduhi Neko. Karena saat itu masih hujan begitu deras.
"Neko, aku tidak bermaksud mengatakanya," Matthew menatap.
"Yah, aku mengerti, aku sangat lelah, kita akan bertemu lagi..." Neko berbalik akan masuk mobil.
Tapi Matthew menahan tangan nya membuat suasana diam dan Neko menatap nya dengan dingin.
"Bisa kau berikan aku ciuman?" tatap Matthew, kini dia terlihat seperti anak anjing yang sedang sedih menatap Neko.
". . ." Neko terdiam lalu menghela napas dan menarik kerah Matthew untuk menundukan tubuh nya lalu mencium bibirnya. Jun yang melihat itu tentu saja terkejut apalagi Hyun yang berwajah pucat melihatnya.
Setelah itu Neko melepas ciuman itu dan melepas memegang kerah Matthew membuat Matthew terdiam.
Neko menatap nya dengan tatapan datar, ia lalu menghela napas panjang dan berbalik masuk ke dalam mobil. Matthew terdiam melihat mobil itu pergi begitu saja.