webnovel

Dimples (BTS - Bahasa Indonesia)

[complete] “Sora ... ayo kita pergi ke fansign bersama?!”, ajak Sunmi sambil tersenyum “Haruskah aku pergi? Aku bukan seorang ARMY sejati sepertimu, Sunmi. Aku hanya menikmati lagu-lagu mereka, aku bahkan tidak hapal nama anggota Bangtan Sonyeondan ini”, jawabku Tapi, setelah bertatap muka langsung dengan Bangtan Boys, Kim Sora tidak bisa melepaskan pesona dari pria tinggi berlesung pipi itu. Dan hal itulah yang membuat Sora semakin ingin mengenal dan bahkan dekat dengannya. Namun, merangkul orang yang kau cintai bukan berarti akan selalu membawa kebahagiaan. Ketika semuanya terasa sempurna, insiden dua tahun lalu kembali terulang pada Sora. Dan hubungannya dengan Kim Namjoon menjadi taruhannya... 13 Feb - 03 Jun 2021

Ditabell · Combinación de músicas
Sin suficientes valoraciones
55 Chs

Ia Mengabaikanku?

Kim Sora POV,

25 Juni 2020,

"Oemma, bisa tolong ambilkan kompres es?", pintaku pada ibuku

"Ye, apa terasa sakit lagi?", tanya ibuku dari dapur

"Ye ... aduh ...", gumamku sambil memegangi tulang rusuk di sebelah kiriku

Aku merebahkan diriku dengan perlahan di kasur, mencoba untuk tidak melakukan gerakan yang berlebihan.

"Ini sayang ... biar oemma bantu", kata ibuku menghampiri dan membantuku meletakkan kompres es di bagian bawah dadaku

"Kau sudah meminum obat penghilang rasa sakit?", tanya ibuku lagi

"Ye, sudah", jawabku memejamkan mata

"Apa yang terjadi?", tanya ibuku memandang diriku yang kesakitan

"Aku tersedak ketika minum sehingga aku terbatuk", jawabku pelan

"Aigooo ... lakukanlah dengan perlahan, batuk dan bersin bisa membuat gesekan pada tulangmu sehingga akan terasa sakit, kau harus lebih berhati-hati", kata ibuku cemas

"Yeee", jawabku

"Kau butuh sesuatu lagi? Oemma sedang memasak makan malam, bila tidak ada lagi yang kau perlukan, oemma akan kembali ke dapur", kata ibuku sambil membelai rambutku

"Ye, aku baik-baik saja, gomawo oemma", kataku tersenyum padanya

Ibuku membalas senyumku dan kemudian beranjak kembali menuju dapur.

Aku meraba-raba tempat tidurku untuk menemukan dimana ponselku berada. "Tadi ada disini", gumamku sambil meraba sekitar kepalaku.

"Ini dia!", kataku senang ketika menemukannya berada di bawah bantalku

Aku menyalakan layar ponselku dan membuka kotak masuk. Ada sebuah pesan dari Sunmi 5 menit yang lalu.

"Sora~aah, mianhae aku tidak bisa makan malam di apartemenmu. Ada pekerjaan yang tertunda di workshop, dan harus diselesaikan malam ini juga. Sampaikan permohonan maafku pada ayah dan ibumu ya", isi pesannya

"Ye", balasku sambil memencet tombol suara dan merekam suaraku untuk kemudian ku kirimkan padanya

Saat ini aku tidak bisa mengetik pesan karena tangan kiriku masih mengenakan penyangga (gendongan). Sehingga aku masih kesulitan untuk melakukan aktivitas seperti biasanya.

Sudah 4 hari aku kembali ke rumah, sebelumnya hampir satu bulan lebih aku berada di rumah sakit. Masa pemulihanku cukup cepat menurut para dokter, sehingga aku diperbolehkan pulang lebih cepat dari seharusnya. Aku merasa sangat bersyukur akan hal itu, mengingat luka-luka yang kualami sangat parah.

Ketika terbangun dari koma, aku hanya merasa seperti baru saja terbangun dari tidur yg sangat panjang. Aku tidak mengingat apapun setelah aku tertabrak, aku hanya ingat suara Namjoon yang terus menerus memanggil namaku hingga aku terlelap.

Dokter mengatakan bahwa aku dapat bangun tanpa mengalami cedera pada otakku merupakan sebuah keajaiban. Mereka sempat khawatir aku akan mengalami kelumpuhan atau amnesia ringan, tapi setelah beberapa hari di observasi, mereka mengatakan kondisi ku sangat baik.

Ketiga tulang rusukku saat ini sudah mulai membaik, menurut dokter diperlukan waktu sekitar 1 sampai 2 bulan agar dapat pulih seperti sedia kala. Keretakan di tulang pinggul ku pun telah pulih. Sedangkan pergelangan tanganku masih memerlukan waktu sekitar 3-4 minggu untuk dapat pulih. Setelah itu aku masih harus menjalani terapi agar tanganku dapat berfungsi seperti semula.

*dingdong

Aku mendengar suara bel pintu apartemenku berdering. Pasti appa pulang, batinku. Ayah dan ibuku tinggal di apartemenku sejak aku masuk rumah sakit. Ayahku bahkan mengalihkan beberapa pekerjaannya pada rekan kerjanya agar dapat menemaniku selama di rumah sakit.

"Aku pulang", terdengar suara ayahku dari pintu masuk

"Ye, selamat datang. Terima kasih", jawab ibuku

Ayahku baru saja pulang setelah berbelanja kebutuhan pokok di supermarket. Aku sangat beruntung memiliki orang tua yang menyayangiku dan perhatian padaku. Mereka betul-berul memastikan bahwa aku dapat beristirahat dan pulih dengan baik.

Seketika senyum di wajahku memudar, aku teringat kegetiran dalam suara Aeri ketika ia menceritakan mengenai keluarganya. Aku mungkin juga akan frustasi bila memiliki ayah yang menelantarkan aku dan adik-adikku. Pantas saja ia menganggap bahwa hidupku sangat beruntung memiliki kedua orangtua yang sangat menyanyangiku. Namun aku tidak membenarkan semua perbuatan yang telah ia lakukan padaku.

Aku memejamkan mata dan menghela napas dalam. Aku merasa sangat kehilangan Aeri, walaupun ia selama ini menyimpan rasa benci padaku, tapi aku tetap menganggapnya sebagai adikku. Aku sangat terpukul ketika mengetahui semua perbuatannya padaku, aku tak pernah menyangka bahwa ia adalah pelaku teror selama ini.

Aku tak tau bahwa seseorang dapat memiliki perasaan benci yang sangat besar dalam dirinya hingga bisa membuatnya mampu melakukan hal-hal gila. Karena hal gila itulah aku, Namjoon dan dirinya sendiri jadi mengalami hal buruk, bahkan ia pun sampai harus kehilangan nyawanya.

Aku menghela napas dan mengusap pelan perutku. Aku juga harus kehilangan bayiku karena dia. Ketika ibuku memberitauku bahwa aku mengalami keguguran, aku terlalu lemah untuk dapat marah dan sedih. Akupun tak dapat menangis dengan lantang karena rasa sakit yang kualami pada paru-paru dan tulang rusukku semakin menjadi-jadi bila aku terisak.

Sangat menyakitkan, jiwa dan ragaku terasa sakit mengetahui bayiku telah pergi. Aku hanya dapat berdiam diri selama beberapa hari, karena merasakan kehilangan yang amat sangat. Aku tau bukan hanya diriku yang merasa kehilangan bayi ini, kedua orangtuaku pun terlihat sangat terpukul. Aku merasa sangat bersalah karena belum memberitau mereka mengenai kehamilanku. Dan Namjoon, walaupun aku belum bertemu lagi dengannya, aku yakin ia pun merasa sangat sedih akan hal ini.

Ya, sejak insiden itu, aku belum pernah bertemu Namjoon lagi. Sunmi mengatakan bahwa ia pernah mengunjungi ku beberapa kali ketika aku terbaring di ICU. Ayah dan ibuku pun mengatakan bahwa Namjoon datang ke rumah sakit dihari aku sadar dari koma. Tapi karena ia memiliki jadwal lain ia tidak sempat menemuiku. Ia hanya memberikan sebuah balon berisi bunga dengan ucapan "semoga cepat pulih Jagiya" pada ayahku.

Saat itu aku merasa sedikit sedih, aku sangat berharap dapat bertemu dengannya tapi aku paham bahwa pekerjaannya memang sangat penting, mengingat BTS akan mengadakan konser online dan juga meluncurkan album bahasa Jepang mereka pada bulan ini.

Beberapa kali Namjoon mengirimkan bunga dan hadiah padaku selama aku berada di rumah sakit, namun tetap saja, aku menginginkan ia datang langsung menemuiku. Sampai saat ini pun ia tidak menelpon ataupun mengirimkan pesan padaku. Ia hanya menuliskan pada hadiah terakhirnya bahwa ia sedang sangat sibuk saat ini sehingga akan sangat sulit untuk dihubungi. Tapi aku tak menyangka bahwa ia benar-benar tidak bisa di hubungi sama sekali.

Aku merasa kecewa, tentu saja. Tapi aku berusaha untuk tetap tegar dan selalu mendukungnya. Setiap hari aku selalu mengirimkan sebuah pesan yang memberitahunya bagaimana keadaanku hari ini dan memintanya untuk selalu semangat dan sehat.

"Sora~aah ... ayo kita makan", kata ayahku menghampiri tempat tidurku

"Ye", aku bangun dengan perlahan dan meletakkan kompres dan ponselku di meja samping tempat tidurku.

"Perlahan saja sayang ...", katanya sambil membantuku mengangkat tubuhku ke posisi duduk

"Gomawo", ucapku tersenyum padanya

Kami berjalan perlahan menuju ruang makan, tercium harum masakan yang membuat perutku keroncongan.

"Oemma, harum sekali", kataku sambil duduk di meja makan

"Jinjja? Aku membuat tangsuyuk (babi asam manis) dan kimchi jiggae (sup rebusan kimchi) kesukaan mu", kata ibuku tersenyum sambil menaruh beberapa piring berisi makanan pendamping ke atas meja makan

"Oya, Sunmi tidak bisa makan malam bersama kita, ia masih ada pekerjaan. Ia memintaku menyampaikan permintaan maaf pada kalian", kataku pada kedua orangtua ku

"Arasso, dia pasti sangat sibuk sekali ya", jawab ibuku sambil diduduk di sampingku

"Woaah, daebak", kata ayahku memandang makanan di hadapannya

"Terima kasih makan malam nya oemma", kataku sebelum mengambil sumpit dan mencicipi tangsuyuk

"Kau perlu bantuan?", tanya ibuku melihat ke arahku

"Ani, aku bisa .... waah mashigetta (enak)", , jawabku sambil mengunyah

"Besok appa akan kembali ke Gwangju, Sora~aah. Sedangkan Oemma akan tetap disini menemanimu hingga kau pulih", kata ayahku sambil menyuap sesendok nasi ke dalam mulutnya

"Besok? Ku kira appa akan tinggal disini hingga awal bulan depan", jawabku

"Ani, appa banyak pekerjaan, appa merasa tidak enak pada teman appa bila terus menerus membebaninya dengan pekerjaan", kata ayahku

"Arasso, gomawo yo appa", kataku tersenyum padanya

"Bagaimana dengan Minerva? Apa kau akan membukanya lagi dalam waktu dekat ini?", tanya ibuku

"Para pegawaiku telah membersihkan dan melakukan renovasi pada Minerva, mungkin dalam 2 atau 3 hari ke depan Minerva akan mulai beroperasi kembali", jawabku menganggukkan kepalaku

"2 atau 3 hari? Apa itu tidak terlalu cepat?", tanya ayahku mengerutkan dahi nya

"Tidak. Keadaan sudah normal saat ini di sekitar Minerva, lagi pula polisi sudah menutup kasus nya. Aku harap semua akan kembali normal seperti biasanya", jawabku menatap ayahku

"Apa kau yakin kau bisa melanjutkannya? Pasti akan terasa buruk bagimu berada di kantormu mengingat apa yang pernah terjadi disana", tanya ibuku dengan wajah cemas

"Gwaenchana, aku akan baik-baik saja. Lagipula semua sudah berakhir. Cepat atau lambat aku pasti akan melupakannya, gwaenchana", kataku lagi meyakinkan mereka

"Lalu bagaimana dengan hubunganmu dengan Kim Namjoon ssi?", tanya ayahku setelah meneguk segelas air

"Huh? ... tidak ada apa-apa, hubungan ku dengan Namjoon masih sama seperti biasanya", jawabku bingung

"Apa kau yakin dengan hal itu? Bagaimana kau bisa bilang bahwa hubungan kalian masih sama seperti biasanya bila ia bahkan tak pernah mengunjungi ataupun menghubungimu?", tanya ayahku tenang sambil bertukar pandang dengan ibuku

Aku menelan ludah, akhirnya topik ini disinggung oleh orang tuaku. Selama ini kami selalu menghindari membicarakan tentang hubunganku dengan Namjoon.

"Namjoon sedang sibuk, appa. Kalian lihat kan di berita bahwa BTS baru saja melakukan konser online. Dan beberapa hari yang lalu mereka juga merilis single lagu bahasa jepang mereka. Belum lagi syuting untuk perform Dear Class 2020, kemudian Run BTS, dan iklan-iklan lainnya. Mereka sangat sibuk, aku tau itu", jawabku cepat hingga sedikit kehabisan napas

"Kalau kau tau, mengapa kau terlihat kesal? Aku selalu memperhatikanmu memandangi ponselmu dan mendengus", tanya ibuku mencondongkan tubuhnya ke arahku

"Aku sedih, aku hanya sedih ... dan sedikit kesal. Aku merindukannya, sangat merindukannya tapi aku tak bisa bertemu dengannya. Tapi aku mengerti! aku mengerti bahwa pekerjaannya adalah yang utama, apalagi karena kejadian ini, ia pasti tak ingin dikaitkan dengan hal ini", jawabku menaruh sumpitku dan menundukkan wajahku

"Apa kau yakin ia melakukan ini hanya karena ia sibuk? Bukan karena ia telah menyerah terhadapmu??", tanya ayahku lagi

"APA??! tidak, tidak ... ia mencintaiku, kami saling mencintai. Ia tak mungkin menyerah pada hubungan kami", jawabku kesal sambil menggelengkan kepalaku berkali-kali

Aku menggigit bibirku dan berusaha mengendalikan emosiku. Sementara ibuku terlihat cemas dan saling bertukar pandang dengan ayahku.

"Sora~aah, sebetulnya appa tidak mengatakan semua hal tentang Namjoon padamu", kata ayahku dengan wajah lelah

"Apa maksud appa?", tanyaku memandangnya lekat-lekat

"Appa minta maaf karena menyembunyikan ini dari mu", kata ayahku lagi

"Ye, tapi apa? Tentang apa?", tanyaku bingung menolehkan wajahku kepada ayah dan ibuku secara bergantian

"Pada saat kau baru sadar dari koma, sebetulnya appa sempat berbicara dengan Namjoon", kata ibu ku dengan wajah sendu

"Jinjja? Appa membicarakan sesuatu dengannya? Tentang apa?", tanyaku semakin bingung

Ayahku meletakkan sendoknya dan menghela napas panjang.

"Ayah telah meminta Namjoon untuk mengakhiri hubungan kalian", kata ayahku dengan wajah simpati

"Huh? Apa?? Wae??", tanyaku dengan nada tinggi

"Sora~aah tenangkan dirimu ...", tegur ibuku

Aku menggigit bibirku sambil memandang ayahku dengan lekat.

"Appa rasa hubungan kalian tidak akan berhasil. Kehidupan kalian bertolak belakang satu sama lain. Aku tak ingin kau semakin terluka bila harus hidup bersamanya", kata ayahku dengan wajah serius

"Appa, hubungan kami memang tidak selalu berjalan mulus, tapi kami selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik. Kami selalu menemukan jalan keluar dari setiap masalah yang kami hadapi. Aku mencintainya, dan Namjoon juga mencintaiku. Ia bahkan memintaku menikah dengannya sebelum hal gila ini terjadi. Ia tak mungkin meninggalkanku", jawabku dengan suara bergetar

"Sadarlah Sora, hidupmu di sisi nya tidak akan pernah aman. Kau tau kan bagaimana ARMY sangat menjaga mereka, aku tak ingin hidupmu menderita dipenuhi komentar-komentar jahat tentang kalian. Manusia bisa sangat kejam terhadap manusia lainnya. Kau sudah merasakan itu kan?!", kata ayahku lantang

"Yeobo ...", tegur ibuku sambil menatap tajam pada suaminya

"Ani. Tidak semua ARMY seperti itu. Aku pun seorang ARMY. Kami hanya menginginkan kebahagiaan dan kesuksesan untuk mereka. Aku tau banyak fans yang terobsesi pada mereka diluar sana. Tapi, tapi itulah kehidupan, tidak semua orang akan suka dan mendukung kami", jawabku dengan mata berkaca-kaca

"Sora~aah, oemma dan appa hanya ingin kau bahagia, kami mengininkan yang terbaik bagi mu. Bila kau melanjutkan hubunganmu dengannya, kau pasti akan menderita. Bagaimana bila orang-orang seperti Aeri bermunculan? Bukan hanya satu atau dua orang ... bagaimana bila puluhan, bahkan ratusan orang seperti itu muncul, apa yang akan kau lakukan? Aku tak ingin kehilangan dirimu", kata ayahku dengan wajah memerah

"Bila memang orang-orang seperti itu muncul maka biarlah! Aku dan Namjoon pasti bisa menghadapi mereka, aku akan membuktikan bahwa aku layak untuk Namjoon. Aku akan berjuang bersama nya walaupun seluruh dunia mengucilkan kami", kataku sambil terisak

"Aigoo Sora~aah, tenangkan dirimu. Yeobo ... kumohon hentikanlah", pinta ibuku

"Kau akan menderita bila hal itu terjadi, kau pikir akan mudah menjalani kehidupan bila seluruh dunia menentangmu?!", teriak ayahku

"Aku tak peduli! Apa yang appa tau mengenai kebahagiaanku?? Ini adalah hidupku, aku yang menentukaan akan seperti apa hidupku, bukan appa, oemma ataupun orang lain!!", pekik ku frustasi

"Hentikan!", ibuku berdiri dan menatap tajam kami berdua

Aku terisak sambil memegangi tulang rusukku yang terasa seperti tertusuk-tusuk. Sakit sekali. Tapi aku sangat marah saat ini. Aku tak percaya ayahku mengatakan hal itu pada Namjoon. Ia pasti merasa bersalah atas apa yang terjadi padaku, ditambah lagi kami baru saja kehilangan bayi kami.

Kulihat ayahku tersengal-sengal menahan amarahnya. Ia mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas meja.

"Aku tak percaya ayah mengatakan itu pada Namjoon. Aku sangat kecewa, aku pikir kalian akan mendukung hubungan kami setelah apa yang terjadi pada kami. Aku hanya ingin bahagia, dan kebahagiaan ku adalah bersama Namjoon. Aku harap kalian mengerti ...", kataku terisak dan perlahan berjalan menuju kamar

"Sora~aah ...", ibuku datang menghampiriku ingin membantuku berjalan

Tapi aku tepis bantuannya dan terus berjalan seorang diri.

"Yeobo ..", panggil ibuku

"Biarkan saja, biarkan dulu ia sendiri", kata ayahku pada ibuku

Aku langsung menutup pintu kamarku dan menguncinya. Dadaku sakit dan sesak dalam arti yang sebenarnya. Terasa ada ratusan jarum yang menusukku secara bersamaan.

Aku mencoba mengatur nafasku untuk menghentikan tangisanku. Tapi itu semua sia-sia, aku telah berusaha menahan segala emosi yang ada dalam diriku selama ini. Kecewa, marah, frustasi, kesal, bingung, tak berdaya, sedih dan lainnya. Aku menahannya selama ini, bertanya-tanya mengapa Namjoon tak pernah menghubungi ku. Dan ketika aku mengetahui alasannya, semua emosi tersebut meledak dan tak dapat kuhentikan.

Benarkah Namjoon perlahan mengabaikanku karena permintaan ayahku? Mengapa ia melakukan ini? Kami selalu mendiskusikan setiap masalah yang kami temui dan mencari jalan keluarnya. Tapi mengapa ia tak membicarakan ini dengan ku??.

Aku berjalan perlahan menuju tempat tidur ku, mengambil ponselku dan menekan nomer telpon Namjoon. Terdengar dering di telingaku. Satu kali, dua kali, tiga kali, .... angkatlah, batinku.

Ketika tidak ada jawaban, aku terus menerus mengulang panggilanku. Memohon agar ia mengangkatnya. Aku ingin mendengar suaranya, ingin mendengar dirinya memanggil namaku. Ingin tahu apa alasannya mengabaikanku selama ini.

"Angkatlah!! Kumohon angkatlah!! Bicaralah padaku!!", pekikku sambil terisak

"Kumohon .... jawablah jagi", pintaku dengan memelas sambil mencengkram tubuhku

Ketika sudah puluhan kali tidak ada jawaban, aku berteriak frustasi dan melemparkan ponselku ke ujung ruangan. Tubuhku sakit sekali, dadaku semakin sesak. Aku tak bisa bernapas, dadaku terasa terbakar ... mengapa sesakit ini?

"Sora~aah ... ya tuhan, apa kau baik-baik saja? Yeobo lakukanlah sesuatu", panggil ibuku yang terdengar hampir menangis mengetuk-ngetuk pintu kamarku

"Sora~aah, buka pintunya nak? Maafkan appa ... Sora~aah ... ", panggil ayahku dari balik pintu

"Jagiya, benarkah kau meninggalkanku?

Benarkah kau menyerah padaku?

Mengapa harus seperti ini?

Kita akan mencari jalan keluarnya jagi ...

kita selalu dapat menemukan jalan keluar ....", batinku

Kurasakan tubuhku merosot jatuh dari tempat tidur.

"Ya tuhan, Sora ... oemma mohon buka pintu nya", isak ibuku sambil terus mengetuk

"Seperti yang kau pernah bilang, jagiya ...

Bila kita tidak menemukan jalan,

Maka kita akan menggambar peta yang baru,

Jalan yang baru ..... ", batin ku

Ketukan berubah menjadi pukulan bertubi-tubi di pintu kamarku.

Sesak, aku tak dapat bernapas, mengapa sakit sekali ... apa rasanya sesakit ini bila orang yang kau cintai meninggalkanmu?

*brak

Kulihat samar-samar pintu terbanting terbuka dengan suara yang memekakkan telinga, kemudian ayah dan ibuku berlari menghambur ke dalam kamar dengan teriakan histeris.

"Ya tuhan, Sora!! Bangunlah, nak! Oemma mohon bangunlah!?", pekik ibuku

"Sora~aah, bangunlah! Appa minta maaf ... bangunlah nak ...", suara ayahku

Aku tersengal-sengal berusaha bernapas, dan kemudian aku merasakan kesadaranku perlahan hilang.

————————————————————

Stay save and stay gold as always,

Borahae 💜💜💜