webnovel

bagian 14

Yera mengerjapkan matanya ketika ia menangkap suara Mami, dan benar saja ketika ia membuat matanya ia melihat Mami tengah menyimpan buah-buahan di dalam kulkas sembari mengobrol bersama Arka.

"Mami," panggil Yera membuat Mami menoleh lantas berjalan kearah anak bungsunya itu.

"Mami dikabarin Arka tadi subuh," ucapnya sembari mengusap kepala Yera dengan sayang. "Mau makan sayang? Mami bawain bubur buatan bi Ijah loh," tawar Mami yang dibalas dengan anggukan sang anak membuat Mami tersenyum.

Setiap Yera sakit Mami tidak pernah mengkhawatirkan nafsu makannya karna bubur buatan bi Ijah selalu saja lolos untuk masuk kedalam mulut gadis itu membuat Mami tidak pernah khawatir selama ada bi Ijah.

"Nanti siang Papi kesini karna sekarang lagi ads urusan, tadi aja Papi cuman anterin sama lobby," jelas Mami sembari meniup satu sendok bubur lantas menyuapi Yera.

"Aku bisa makan sendiri Mami," ucap Yera hendak mengambil mangkok berisi bubur namun Mami segera menjauhkannya.

"Biar Mami yang suapin," perintah Mami tak mau ada tolakan membuat Yera pasrah.

"Saya pulang dulu Mi, mau ambil beberapa barang keperluan Yera," ucap Arka sembari berdiri.

Mami mengangguk. "Nak Arka Mami boleh minta tolong ambilin teh herbal dirumah Mami? nanti minta tolong sama bi Ijah aja," pinta Mami.

"Iya, Mi," balas Arka mengerti.

Pria itu melangkah keluar dari kamar inap Yera. Sesekali ia memijit lehernya yang terasa pegal karna semalaman ia tidur diatas sofa tanpa bantal.

Arka bahkan meminta Kenzo untuk mengosongkan jadwalnya selama beberapa hari kedepan karna Arka ingin fokus menemani Yera sampai gadis itu membaik.

Arka membeli satu kopi kaleng di mesin minuman yang ada disamping lift ketika ia hendak turun.

'Arka mau ceraiin aku?' pertanyaan Yera tersebut masih saja terngiang dalam benaknya bahkan sampai terbawa mimpi.

Seseorang secara tiba-tiba menarik ujung baju Arka membuatnya terperenjat.

"Papah," ucap seorang anak kecil berusia dua tahun dengan empeng ditangan kanannya membuat Arka berjongkok.

"Orangtua kamu mana?" tanya Arka ketika tak melihat orang dewasa lainnya selain dirinya disana.

"Papah," ulang anak laki-laki tersebut membuat Arka tersenyum.

"Aduh mas maaf ya," seorang wanita berlari menghampiri Arka sembari menggendong anak laki-laki tadi.

"Lain kali lebih diperhatikan ya Mbak anaknya, bahaya," ucap Arka membuat wanita itu membungkuk meminta maaf.

"Permisi ya mas, sekali lagi makasih dan maaf," ucap wanita itu lantas melangkah menjauh dari Arka menghampiri seorang pria yang tampak khawatir menatap anak kecil tadi.

Senyum kecil terukir diwajah Arka, apakah ia bisa merasakan untuk menggendong seorang anak dan menyaksikannya sampai menikah dikemudian hari?

Arka menggeleng, ini bukan saatnya untuk memikirkan hal sejauh itu.

—[]—

Yera menatap langit-langit kamar yang berwarna putih pucat tersebut, ia merasa bosan.

Beberapa menit lalu Papi mampir dan mengatakan kepada Mami bahwa pabrim yang berada di Bandung tengah mengalami masalah membuat mereka mau tak mau harus datang untuk memeriksanya.

Ditambah Popi tidak boleh dibawa kerumah sakit alhasil Popi harus dititipkan dirumah Mami agar bi Ijah dapat mengurusnya.

Suara pintu terbuka membuat Yera menoleh dan mendapati Arka dengan hoodie navy dan celana jeans membuatnya berbeda dari biasanya yang selalu mengenakan jas setelan setiap hari untuk pergi ke kantor dari pagi sampai malam.

"Ini titipan dari Kenzo, katanya cepat pulih," ucap Arka menyimpan bingkisan diatas meja yang berada disamping kasur Yera.

"Makasih," ucap Yera sembari melirik sekilas.

Seseorang mengetuk pintu kamar inap Yera membuat Arka melangkah untuk membukanya. Begitu membuka pintu Arka tampak terkejut ketika mendapati beberapa remaja dengan seragam sekolah tersenyum kearah Arka.

Sepertinya mereka teman-teman Yera.

"Eh ini kita gak salah kamar?" salah satu siswi berbisik kepada temannya.

"Bener kok, ini abangnya Yera," ucap salah satu pria yang Arka kenal karna ia pernah menjemput Yera untuk sekolah waktu itu.

"Silahkan masuk," ucap Arka mundur beberapa langkah mempesilahkan teman-teman Yera untuk masuk.

"Buset luas banget kamarnya, lebih luas ini ketimbang rumah gue," ucap Frendi heboh ketika masuk.

"Yera astaga my baby oh my angel kenapa bisa sakit?" Melisa bertanya dengan nada sok imut membuat Cika menoyor kepalanya.

"Kalo Yera sakit bearti dia manusia normal ege," ketus Cika sembari menyimpan keranjang berisi berbagai jenis buah-buahan dipangkuan Yera.

"Gak papa Yera kita bisa balikan kok kalo kamu jadi sakit gini semenjak putus sama aku," Samuel menatap Yera sedih membuat Frendi ingin muntah.

"Makin sakit yang ada kalo gue sama lo," sarkas Yera membuat Samuel sukses memegangi dadanya.

"Agak ngilu dihati ya," ucapnya.

Suasana menjadi ramai dan Yera tampak senang melihat kehadiran teman-temannya membuat Arka lega, setidaknya Yera mendapatkan hiburan.

"Kalian sudah makan?" tanya Arka mengingat sepertinya mereka langsung kesini setelah pulang sekolah.

"Belum sih bang, uangnya abis pake iuran buat beliin Yera buah," ucap Adam membuat Arka tersenyum.

"Ya sudah saya pesankan makanan untuk kalian, tunggu disini." Arka beranjak dari duduknya. Di samping rumah sakit terdapat restoran cepat saji dan Arka hendak membeli beberapa bungkus untuk teman-temannya Yera.

"Abang lo ganteng banget Ra, udah punya cewek dia?" Cika menjadi heboh ketika Arka sudah meninggalkan ruangan itu.

"Kalaupun dia gak punya pacar, dia gak suka sama cewek tomboy apalagi kasar kayak lo," canda Yera membuat Melisa tertawa puas.

"Iyalah keliatan banget kalo tipe abangnya Yera itu kayak cewek manis, anggun ya kayak gue lah contohnya," bangga Melisa dengan percaya dirinya.

"Pret," Adam bersuara membuat yang lain tertawa.

"Ra ini sofanya nganggur disini? Gue bawa pulang aja ya," ucap Samuel ketika cowok itu duduk diatas sofa berwarna abu tua.

"Ngaco lo miskin," balas Frendi yang ikut mendudukan bokongnya disana.

Arka kembali dengan empat kantong paperbag dan dua box pizza membuat teman-teman Yera kegirangan. Lantas Arka menyimpannya diatas meja dekat sofa.

"Saya beli burger dan Pizza, untuk minumnya saja belikan boba. Maaf saya tidak tahu selera kalian, semoga kalian suka," ucap Arka.

"Wih bang makasih banyak loh ya, kita seneng ini," ucap Frendi yang diangguki oleh yang lain.

"Ya sudah kalian boleh makan, dan saya titip Yera sebentar karna saya ada urusan," ujar Arka lantas ia beralih pada Yera.

"Saya ke kantor sebentar, ada klien yang ingin bertemu," katanya. "Kalau ada apa-apa kamu bisa hubungi saya," tambah Arka.

Yera menatap teman-temannya yang tengah menyantap makanan. "Aku boleh makan itu gak?" tunjuknya.

"Hanya boleh sedikit, tapi kamu tidak boleh minum boba. Mengerti?" tegas Arka membuat gadis itu merasa senang.