webnovel

DIAM-DIAM CINTA

Selena, seorang gadis miskin dengan sikapnya yang penuh kasih sayang dan sifat lembut yang dimilikinya. Karena sosoknya yang demikian, dia mampu menjerat kedua orang pria tampan yang diincar para gadis di sekolahnya. Dihadapkan dengan pilihan antara dua orang pria di hidupnya, Selena tidak dapat memilih. Antara Lucas; seniornya yang dingin tapi baik, atau Andre; sahabat kecilnya yang baik tapi pencemburu? Harapan, kekecewaan, patah hati dan keputusasaan, merupakan jalan terjal yang akan mengiringi setiap langkah gadis itu. Mampukah Selena bertahan dengan kerasnya kehidupan yang akan dia temui? Mampukah Selena menggenggam harapannya untuk orang-orang yang dia percayai? Mampukah Selena mempertahankan cintanya pada salah satu pria yang berhasil memenangkan hatinya?

Angela_Ann · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
230 Chs

Kau Berkencan?

Keesokan harinya di hari senin yang terik, setiap sekolah memiliki kegiatan wajib yang dilakukan setiap pagi yaitu melakukan upacara bendera.

Selena yang berdiri di bagian paling depan barisan di kelasnya, bisa dengan jelas melihat penampilan Lucas sebagai pembina upacara. Pemuda itu tampak tampan dan sangat beriwiba. Meskipun usianya masih tergolong muda, Lucas membawa aura dominan yang mengelilingi pria itu.

Satu jam dijemur di bawah sinar matahari pagi, siswa-siswi SMA 01 Cempaka tampak loyo dan lesu seperti orang dehidrasi. Beberapa dari murid yang tidak tahan panas pun pingsan di tengah-tengah kegiatan upacara bendera tersebut.

Selena menyeka keringat di dahinya, "Panas sekali..." gumamnya di tempatnya duduk.

Sambil menunggu guru matematika datang ke kelas dan memulai pelajaran pertamanya, Selena menghabiskan waktu beberapa menit itu dengan berseloroh kaki dan mengipas-ngipasi kerah lehernya dengan buku di tangan.

Helmi melirik pada teman barunya itu dengan alis di naikkan. Tatapannya lalu tertuju pada sepatu Selena yang terangkat di atas kursi. Dia cukup terkejut melihat kelakuan temannya yang pemalu dan pendiam itu bertingkah seperti ini. Yang menurutnya, sangat imut.

Selena yang menyadari kedatangan Helmi, buru-buru menurunkan kakinya, "Maaf, kupikir kamu akan lama ke luar." Ucapnya dengan malu. Dia cukup berani untuk melakukan hal itu dikarenakan di dalam kelas sekarang, jarang sekali ada teman-teman sekelasnya.

Helmi bergumam pelan, lalu duduk di bangkunya. Gadis itu tidak mengatakan apapun atau berkomentar pada Selena yang tak sopan. Justru, gadis itu mendorong sebuah botol berisi teh manis yang dingin ke depan meja Selena.

Selena menatap dengan bingung pada teh botol di depannya, lalu menoleh ke samping ke arah Helmi, "Untukku?" tanyanya sambil menunjuk pada dirinya sendiri.

"Ya." Jawab Helmi singkat.

Selena yang berniat menolak jadi urung begitu Helmi sudah kembali ke kebiasaan lamanya. Tidur di dalam kelas.

"Terima kasih." Ucap Selena malu-malu. Meski begitu dia tetap meminum pemberian dari teman sekelasnya. Sebuah senyuman muncul di bibir Selena saat dia menerima pemberian dari orang lain selain Cristine dan juga Andre.

Bersamaan dengan teman-temannya yang tadi menyelinap keluar kantin kemudian kembali ke dalam kelas dan duduk di banku masing-masing, guru yang mengajarkan mata pelajaran matematika sudah datang.

"Selamat pagi, murid-murid." Sapa guru itu dengan ramah. Meskipun guru itu tersenyum, para siswa itu tidak bisa menahan kegelisahan yang dirasakan. Pelajaran matematika selalu menjadi hal rumit yang tidak bisa di mengerti dan dipecahkan dengan mudah oleh para murid.

"Selamat pagi, Pak." Ucap para murid itu dengan serempak.

"Buka buku LKS di halaman sebelumnya, kita akan membahas pelajaran itu lagi, lalu mengoreksi pekerjaan rumah kalian bersama-sama. Seperti biasa, setiap murid yang tidak mengumpulkan pekerjaan rumahnya ataupun yang memiliki nilai di bawah standar, akan mendapatkan hukuman." Setelah guru itu selesai berbicara, terdengar nada merajuk dari para murid yang keberatan dan takut.

***

Brak!

Selena mendongak ke arah sumber suara gaduh di dalam kelas. Alvin, kakak senior yang sejak pertemuan pertama mereka sudah mengantarkan surat cinta kepadanya. Namun dia tolak karena alasan yang menurutnya konyol.

Alvin bersama dengan gang-nya masuk ke dalam kelas Selena. Kedatangan mereka menimbulkan gaduh dan otomatis beberapa siswa yang ada di dalam kelas langsung melihat ke arah Selena.

Alvin menarik kursi di depan meja Selena, dan mendudukkan dirinya disana. Tanpa basa-basi pemuda itu langsung bertanya pada Selena, "Kemarin, aku melihatmu pergi kencan bersama Andre. Apakah itu alasannya kamu menolakku. Diam-diam kalian berpacaran kan, Selena?"

Atas ucapan Alvin itu baru saja, menyebakan seisi kelas mengeluarkan suara terkesiap. Meskipun ketenaran Andre tidak sepopuler Lucas, namun Andre juga merupakan seorang pemuda tampan yang memiliki penggemarnya sendiri di lingkungan sekolah.

Bisik-bisik dari siswa kemudian terdengar. Selena tidak menyangka bahwa Alvin akan memiliki pemikiran seperti itu terhadap hubungannya dengan Andre.

"Tidak, kakak salah paham!" Selena mencoba menjelaskan. Alvin menganggukkan kepala saja seakan meremehkan setiap penjelasan yang coba Selena utarakan.

"Tak perlu malu. Meskipun aku suka padamu, bukan berarti aku akan menyebabkan dirimu masalah. Kalau kamu memang pacaran dengan Andre, jangan malu untuk memberitahukannya padaku." Ucap Alvi dengan nada bangganya.

Kamu sudah menyebabkan masalah padaku, Alvin! Batin Selena kesal. Tidak lihat kah kamu bagaimana tatapan gadis-gadis itu padaku sekarang?

Berbanding terbalik dengan ekspresi wajah Selena yang pucat, Alvin masih memasang senyum lima jarinya pada Selena. Pemuda itu benar-benar tidak menyadari ucapan ngawurnya yang akan membuat Selena kembali di gosipkan para siswa.

"Sepertinya kamu sangat menganggur sampai-sampai memiliki waktu untuk merayu juniormu, Alvin."

Alvin menoleh, terlalu terkejut karena panggilan dari belakangnya.

"Lucas?" panggilnya sambil mengernyit, "Apa yang kamu lakukan disini?"

"Seharusnya aku yang bertanya padamu. Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Lucas balik dengan wajah tak acuh.

Salah satu teman Alvin kemudian berbisik di telinga pemuda itu, memberitahu bahwa Lucas datang bersama dengan para OSIS lainnya. Dibalik punggung Lucas, dia melihat Byanca juga ikut serta.

"Ayo kita pergi." Alvin bangkit tanpa mengucapkan sepatah katapun, lalu pergi dari kelas itu dibawah tatapan para siswa yang berada di dalam kelas.

***

Don't forget support for this novel. Please vote, review and comment if you like this story. Thank you, guys.