webnovel

Bab 3

"Kamu di sini aja ya sapu. Jangan ke mana-mana." Ucap ku ke sapu dan ku letakan di belakang pintu kamar ku.

Aku pun ke belakang untuk mengambil air wudhu. Di tengah sholat dzuhur ku yang hampir ketinggalan, bunyi sapu gdebag gdebug membuyarkan kekhusukan sholat dzuhur ku. Sapu itu tepat berada di belakang tempat ku sholat.

"Astaghfirullah." Aku pun sedikit memburu-burukan sholat ku. Usai salam, tanpa membaca wirid. Aku segera mengalihkan badan ku ke belakang.

Aneh, sungguh aneh. Tidak ada yang berubah sedikit pun dari sapu tersebut. Lalu, tadi bunyi apa?.

"Ah.... Sudahlah." Aku pun melanjutkan membaca wirid sehabis sholat. Setelah itu ku lanjutkan dengan membuka kitab suci Al-qur'an yang sudah lama tidak ku baca. Maklum, biasanya aku membaca Al-qur'an melalui aplikasi di gawai ku.

******

Hari sudah beranjak sore. Usai sholat ashar, aku segera menelpon adik ku, Mala.

(La, pulangnya jangan kemalaman lagi ya.)

(Kalau bisa pulangnya sebelum tiba waktu magrib)

(Iya, A) balas Mala.

(Emang ada apa sih, A?) Tanyanya.

(Sudahlah, nanti ku ceritakan kalau kamu sudah di rumah)

(Pokoknya pulang sebelum magrib)

(Siap....!!!!)

******

Tepat jam 5 lewat 10 menit, Mala sudah tiba di rumah. Aku segera menghampirinya di kamarnya. Aku pun menceritakan semua yang telah diceritakan oleh mama Rara ke pada Mala. Mala ketakutan dan dia memilih untuk tidur bersama ku di kamar ku.

Akhirnya kami bertiga tidur di satu kamar. Belum juga waktu magrib berlalu, kami sudah berkumpul di dalam kamar ku. Kami berwudhu cuma di waktu jelang magrib, sedangkan di waktu isya kami tidak berwudhu lagi. Sebisa mungkin kami menahan wudhu kami agar tidak batal.

"A, sapunya tidak di ke luarkan?" Tanya Ima.

"Emang kenapa sapunya, Im?" Tanya Mala

"Ini, tadi loh kak. Sapu ini padahal sudah kami buang ke TPS tapi sapunya balik lagi." Jelas Ima ke pada Mala.

"Hah? Serius?" Mala terkejut.

"Iya." Jawab Ima.

"A, buruan sapunya keluarin." Suruh Mala.

"Apa-apa juga Aa ini bawa-bawa sapu ke dalam kamar. Sudah tahu sapunya aneh, masih aja dibawa masuk ke dalam kamar." Mala ngomel-ngomel.

"Iya, iya. Aku keluarin sapunya."

Ketika ingin mengeluarin sapu twrsebut.

"Loh, sapunya mana, Im?"

"Hah? Sapunya nggak ada? Bukannya tadi masih di situ, A?"

"Iya, tadi kalian kan lihat sendiri kalau sapunya tadi masih di situ."

"Lalu sapunya ke mana?" Tanya Mala.

"Nggak tahu." Jawabku.

"Ah sudahlah, mungkin sapunya sudah berpindah tempat."

Kami bertiga semakin ketakutan setelah mengetahui sapu tersebut sudah tidak ada di kamar ku. Usai sholat isya, kami bertiga memutuskan untuk segera tidur. Dan benar-benar hari ini tidak ada satu bab pun yang ku tulis untuk novel-novel ku.

*******

Jam 02:45 menit waktu dini hari. Malam ini kami tidak mendengar suara ketukan dan gedoran pintu lagi. Tapi, tiba-tiba kaki ku seperti di sentuh seseorang.

"Irma...."

"Irma..."

"Irma...."

Aku terkejut dan langsung terbangun.

"Astaghfirullah." Aku langsung duduk.

"Siapa sih yang membangunkan aku?"

"Nggak ada siapa-siapa."

"Ah.... Aku tidur aja lagi." Ketika ingin kembali merebahkan badanku. Aku mendengar suara orang memanggil ku seraya meminta pertolongan ku.

"Irma, tolong aku."

"Hiks hiks hiks." Suara rintihan dari tangisan seseorang yang memanggil ku.

"Siapa ya?" Tanyaku. Tapi tak ada jawaban.

"Irma..... Toloooonnnngggg akuuuuu....." Terdengar kembali suara itu.

"Iya, tapi kamu siapa?"

Lagi-lagi tak ada jawaban.

"Irmaaaaaa....."

"Tolooooonngggg akuuuuu...." Suara itu semakin jelas dan nyaring terdengar oleh telinga ku.

Tanpa bertanya lagi, aku segera membuka pintu kamar ku dan ke luar dari kamar ku.

"Tolong ya, jika memang kamu membutuhkan pertolongan ku. Tolong tunjukan wujud mu dan tunjunkan di mana kamu berada saat ini." Ucapku sedikit berteriak.

Tiba-tiba pintu kamar Mala terbuka lebar

"Dbaaakkkk...."

Aku terkejut. Setelah melihat pintu kamar Mala terbuka, aku pun jadi ketakutan.

"Oke, oke, sudah, jangan kamu lanjutkan lagi."

"Aku sudah cukup tahu bahwa kamu sedang ada di sana."

"Ceritakan saja melalui mimpi ku apa yang kamu alami selama ini. Dan katakan apa saja yang harus aku lakukan?"

"Tapi, semua kamu sampaikan hanya lewat mimpi ku saja, jangan lewat nyata."

"Oke? Fix?"

Dan tiba-tiba pintu kamar Mala kembali tertutup. Mungkin pertanda bahwa ia menyetujui permintaan ku.

"Aduh, aku kebelet pipis." Ada rasa takut-takutnya untuk pipis ke wc, di mana letak wc di rumah ini sangat jauh dari kamar tidur kami. Untuk ke wc, kami harus melewati mini bar, gudang dan dapur, barulah kamar mandi dan wc.

"Im, Im, Im...." Ku bangunkan Ima.

"Hmmmm.... Apa?" Tanya Ima yang setengah sadar dari tidurnya.

"Aku mau pipis. Temanin aku ke wc ya, Im."

"Ihhhhh...." Ima sedikit jengkel.

"Ya sudah, Ima temanin." Dengan terpaksa.

Aku masuk ke wc, dan Ima menunggu di depan Wc.

Sedang menikmati pipis, tiba-tiba Ima juga masuk ke dalam wc.

"Gila kamu, Im. Belum selesai aku pipis. Ngagetin aja..."

"Buruan alihkan pandang mu. Aku mau selesaiin pipis ku." 

Ima pun mengalihkan pandangannya.

"Sudah, ada apa sih, Im?"

"Anu, anu, A."

"Anu apa????"

"Ada perempuan pegang sapu."

"Hah? Kamu lihat di mana?"

"Di gudang, A."

"Owalah, pantes saja wajah mu pucat pasi seperti ketakutan."

"Ah nggak apa-apa, selama dia tidak mengganggu masih aman-aman saja."

"Aman-aman gimana sih? Serem gitu bentukannya." Cetus Ima.

"Ya sudahlah, ayok kita ke kamar." Ajak ku.

"Ima takut, A."

"Sudah tenang, kan ada aku." Padahal aku juga takut. Xixixixiiii....

Ku buka pintu wc. Selangkah dua langkah masih aman-aman saja aku berjalan. Ketika dilangkah yang ke tiga, aku segera melajukan lari ku tanpa mengingat Ima yang sedang tertinggal di wc.

"Aaaaaa..... Tungguuuuuu...." Teriak Ima yang juga lari terbirit-birit.

Sesampainya di kamar tidur ku.

"Aa curang, aku ditinggalin."

"Xixixixiiiii.... Maaf, aku juga takut."

"Ah, Ima nggak mau lagi nemanin aa ke wc."

"Idiiiihhh.... Jangan gitah adik ku sayang."

"Habisnya aa ninggalin aku sih di wc."

"Emang aa tadi melihat sosok perempuan itu?" Tanya Ima penasaran.

"Hmmmm.... Tidak sih."

"Aku mana berani melihat-lihat di sekitaran. Hahaaa...."

Mendengar kebisingan aku dan Ima, Mala pun terbangun dari tidurnya.

"Ada apa sih? Kok kalian ribut?" Tanya Mala yang masih mengantuk.

Ku ceritakan semuanya ke pada mereka  tentang apa yang ku alami sewaktu sebelum aku kebelet pipis.

"Mulai detik ini, aku tidak mau lagi tidur di kamar ku." Tegas Mala.

"Pokoknya aku tidur sama Aa aja, titik....!!!!"

"Ima juga. Ima nggak mau tidur di kamar Ima. Ima mau tidur di kamar Aa aja, titik....!!!"

"Loh? Bukannya kamar kamu aman-aman aja, Im."

"Tetap aja Ima takut, A."

"Xxixixiixiiii...." Suara tawa dari seseorang yang tak nampak.

Mendengar itu, kami bertiga langsung berpelukan. Saking ketakutannya, kami bertiga tak terasa tertidur dalam keadaan berpelukan.

Lagi-lagi aku terbangun. Tapi kali ini suasananya sungguh berbeda. Aku seperti memasuki masa 10 tahun silam. Dan aku juga sedang berada di halaman rumah yang kami huni.

Terlihat di lingkungan sekitar hanya terdapat beberapa buah rumah saja. Tidak sebanyak yang sekarang, hampir penuh satu gang dengan bangunan rumah warga.

Rumah yang kami tempati ini berada di jejeran no ke 3 dari depan gang. Tidak terlalu jauh jika ingin ke depan jalan raya. Tapi, mereka penduduk di sini lebih memilih lewat jalan memutar ketimbang harus melewati rumah yang kami huni jika malam hari. Kalau siang hari sih tidak masalah

"Aarrrrrrkkkkkkk...." Terdengar suara teriakan seorang perempuan dari dalam rumah kami.

"Hah?" Aku terkejut dan segera masuk ke dalam rumah. Tapi, rumahnya terkunci.

Aku sudah berusaha mengetuk-ngetuk pintu rumah ini, tapi tidak satu pun yang mau membukain pintu rumahnya.