Vian menatap sedih wajah istrinya, ia tidak menyangka hal ini akan terjadi. Bahkan Vian ingin menyangkal hasil pemeriksaannya.
"Kenapa ini yang terjadi? Astaga, aku semakin merasa bersalah terhadapmu" gumam Vian.
Perlahan Monika membuka matanya, menatap samar bayang-bayang gambaran suaminya di hadapan. Monika tersenyum, mulutnya membuka hendak berbicara. Ah tidak ada suara yang terkeluar, mungkin tenggorokannya terlalu kering karena ia cukup lama tidak sadarkan diri.
"Sayang, syukurlah kamu sudah bangun" ucapa Vian. Ia meraih tangan istrinya yang terulur untuknya.
Monika nampak khawatir, ia menunjukkan ekspresi yang takut sendirian. Ia menatap Vian dengan cemas, Monika menuntut penjelasan atas apa yang terjadi pada tubuhnya.
"Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja. Aku ada di dekatmu. Aku akan selalu menemanimu. Kamu harus semangat untuk sembuh" kata Vian menenangkan.
Monika tanpa sadar menitikan air mata, membuat Vian merasa bersalah.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com