webnovel

Mimpi

Lovita sudah terbiasa tinggal sendiri di rumah. Kedua orang tuanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ayahnya langsung terbang ke Surabaya setelah datang di acara peresmian gedung sekolah. Bahkan Arga tidak mencoba untuk minta maaf setelah membentak Lovita di depan umum. Lelaki itu langsung pergi begitu saja tanpa berpamitan pada anak gadisnya. Sedangkan Rania, ia menelepon tidak akan pulang karena masih menyiapkan launching brand baru di butiknya.

Seperti biasa Lovita sama sekali tidak peduli. Ia memilih asik dengan laptop dan membuat video hingga larut. Bahkan ia sama sekali belum makan dengan alasan malas. Ia menghabiskan waktu di dalam kamar untuk membuat video dan langsung mengeditnya. Semua terasa menyenangkan bagi Lovita untuk menghilangkan rasa kesalnya.

"Done! Tinggal upload besok pagi dan baca komentar mereka."

Setelah merasa lelah, Lovita memilih melihat beberapa video yang berseliweran di aplikasi konten berwarna merah.Ia melihat salah satu channel yang ia subscribe karena tertarik dengan konten yang lucu. Lovita langsung tertarik saat mereka membahas tentang ciuman pertama.

"Wah, ini bener-bener sangat menarik. Aku tidak boleh melewatkannya!"

Lovita langsung memasang headphone untuk mendengarnya lebih jelas. Apa lagi saat mereka mengatakan ciuman pertama sangat berkesan. Mereka tidak bisa melupakannya meskipun bertahun-tahun telah berlalu. Mereka menunjukkan seolah hal itu sangat special.

Lovita menggigit ujung kuku. Ia merasa penasaran dengan apa yang mereka katakan. Hingga akhirnya gadis itu terlelap di meja belajarnya karena tidak bisa menahan kantuk.

"Bagaimana kabarmu?" Suara lembut seorang lelaki membuat Lovita merasa sangat nyaman.

Gadis ABG itu bersama seorang lelaki yang sangat mirip dengan Desta. Mereka duduk berhadapan dan saling melempar pandangan. Lovita hanya bisa tersipu malu saat sang lelaki mengusap lembut pipinya. Tatapannya menunjukkan bahwa lelaki itu memiliki perasaan khusus untuk Lovita.

"Lovi, apakah kamu senang sekarang bisa bertemu denganku?"

"Sangat senang."

Senyum Lovita semakin lebar saat lelaki di depannya mendekatkan tubuhnya. Matanya terus menatap hangat sosok Lovita yang berjarak begitu dekat. Mereka terlihat memiliki hubungan dekat dan ikatan emosi yang tidak terlihat.

"Lovi, jika suatu saat kita bertemu apa yang ingin kamu lakukan?" tanya sang lelaki dengan nada begitu lembut.

Tangannya masih memegang pipi Lovi dan pandangannya begitu hangat. Lovita merasa nyaman memiliki seseorang yang menyayanginya.

"Aku akan memelukmu erat dan tidak akan membiarkanmu pergi."

"Kenapa harus nanti, kamu bisa memelukku sekarang kalau kamu memang mau."

Mata Lovita terlihat berbinar. Spontan Lovita langsung memeluk erat lelaki di depannya. Ia begitu senang melakukannya. Ada rasa kuat yang mendorong Lovita tidak segan melakukannya. Bahkan saking senangnya, Lovita tidak sadar jika yang dilakukannya hanyalah sebuah mimpi. Ia begitu terobsesi pada sosok Desta hingga membuatnya bermimpi bertemu Desta.

Kenyataannya, Lovita hanya memeluk guling miliknya. Ia tersenyum sepanjang malam bermimpi bertemu lelaki pujaannya.

***

Jam mapel ketiga membuat Lovita tersenyum. Angel merasa aneh melihat temannya itu. Senyum Lovita seolah tidak ada habisnya. Sejak pagi Lovita terus saja tersenyum tidak jelas. Angel merasa benar-benar ada yang berbeda dari Lovita. Padahal kemarin ada kejadian yang tidak mengenakkan, tetapi Lovita masih bisa terlihat begitu santai. Angel sendiri pun kaget, terbuat dari apa hati Lovita sehingga tidak begitu memedulikannya.

"Lov, kamu ngapain senyum-senyum. Abis ini Pak Thomas masuk kelas, jangan sampai kena hukuman lagi gegara tingkah konyolmu itu."

Angel menyenggol lengan Lovita keras. Ia hanya ingin mengingatkan Lovita mapel yang seolah menjadi musuh bebuyutannya.

"Eh, kok, Pak Thomas? Bukannya Mas Desta yang gantiin?"

Angel malah menggeleng mendengar sebutan Lovita yang masih sama pada Desta. Ia langsung menjitak kepala Lovita hingga membuat gadis ABG itu berteriak.

"Aww! Sakit tahu!! Bukannya jawab malah jitak."

"Kamu, sih, kebanyakan mimpi. Pak Desta itu hanya guru magang. Pak Thomas tetep guru kita."

"Lha terus apa bedanya?"

"Bedanya itu, kamu kebanyakan hayal!"

Suasana kelas mendadak hening saat Pak Thomas masuk dengan aura seperti biasa. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Lelaki itu terlihat jelas memeriksa anak didiknya satu per satu di dalam kelas. Pandangannya terhenti melihat Lovita yang duduk di barisan ke tiga.

Lelaki itu membuka kacamatanya mengingat kejadian memalukan kemarin. Gadis seperti Lovita ternyata memiliki hubungan yang buruk dengan ayahnya. Ia langsung mengalihkan pandangannya dan beralih menulis materi di papan tulis.

Lovita merasa sangat aneh dengan sikap Pak Thomas yang berbeda dari biasanya. Ia biasanya selalu menjadi sasaran kemarahan guru tersebut. Ada saja hal yang membuatnya marah. Namun, guru matematika itu tidak mengatakan hal apa pun saat melihat Lovita.

"Kamu merasa ada yang aneh, gak, sih?" Lovita sedikit berbisik pada Angel. Selagi Pak Thomas menulis di papan tulis akan terasa lebih aman.

"Pak Thomas lagi bahagia kali, makanya kamu lolos."

"Eggak penting bahagia atau tidak. Kenapa enggak Mas Desta yang masuk kelas?"

"Mana aku tahu? Tanya aja ama Pak Thomas."

Jawaban Angel membuat Lovita berpikir. Ia merasa malas jika harus memgikuti pelajaran yang menurutnya sangat membosankan. Apa lagi gurunya begitu kaku dan galak.

"Baiklah, sepertinya tidak ada salahnya kalau aku mencari Mas Desta. Pelajaran ini bikin ngantuk."

"Lovi, jangan buat masalah, deh."

"Jangan lupa catat, ntar aku pinjem. Baik-baik di kelas. Aku mau keluar nyari Mas Desta.

Lovita langsung memilih beranjak dari tempatnya dan langsung minta izin Pak Thomas untuk ke pergi ke kamar mandi. Sang guru menelisik sikap Lovita sebelum keluar hingga pada akhirnya mengizinkan Lovita ke kamar mandi. Padahal tujuan sebenarnya hanya ingin mencari tahu tentang Desta. Kenapa bukan Desta yang mengajar di kelasnya.

Angel yang melihat kepergian Lovita hanya bisa mengurut dada. Temannya itu sama sekali tidak kapok mendapat hukuman. Apa lagi nama Lovita sempat menjadi bahan omongan kemarin di kalangan guru.

Merasa bebas, Lovita langsung menyusuri koridor menuju ruang guru. Misinya hanyalah ingin menemukan Desta. Gadis itu ingin menuntaskan mimpinya semalam. Ia ingin menanyakan apakah Desta mengalami mimpi yang sama.

"Mas Desta enggak ada di ruang guru. Ke mana dia? Apa perlu aku tanyakan pada guru piket?"

Lovita berbalik dan melihat Desta di halaman perpustakaan bersama beberapa siswi yang terlihat mengerumuninya. Ia merasa kesal karena Desta tidak masuk kelasnya dan malah berada di perpustakaan.

"Itu kenapa pada genit, sih, sama Mas Desta. Enggak tahu apa Mas Desta milikku seorang."

Lovita langsung berjalan menyusul. Ia juga tidak akan peduli jika Pak Thomas akan menghukumnya karena tidak kembali ke kelas. Yang terpenting urusannya dengan Desta kelar dan Lovita harus mengusir beberapa siswa yang mencoba menggoda Desta.

"Ehem … ehem …"

Lovita melipat tangan berdiri di depan Desta. Beberapa siswi yang tengah berbicara dengan Desta merasa aneh. Harusnya Lovita berada di kelas karena masih jam pelajaran. Namun, gadis itu bebas berkeliaran.

"Kenapa lihatin aku? Kalian enggak tahu ini masih jam pelajaran?!" Lovita berbicara ketus pada beberapa siswi yang menurutnya sedang menggoda Desta.

Desta memberi kode pada beberapa siswi di depannya untuk masuk ke dalam perpustakaan. Sepertinya ia memang harus mengatasi Lovita sebelum berdiskusi dengan beberapa siswa yang akan maju dalam olimpiade tingkat kabupaten.

"Mas Desta kenapa enggak masuk kelas?" Lovita bertanya langsung tanpa basa-basi. Ia tidak suka melihat Desta terlalu akrab dengan siswi lain.

Bukannya menjawab, Desta malah menarik telinga Lovita dan membawanya pergi. Lovita malah meringis kesakitan karena Desta menarik telinganya.

"Aduh, Mas. Sakit!" Lovita langsung melepas tangan Desta. Gadis itu tidak mengira jika Desta malah menjewernya.

"Ngapain kamu ada di sini? Bukannya harusnya kamu di kelas?"

"Siapa suruh bukan Mas Desta yang ngajar." Dengan santainya Lovita menjawab.

"Kamu ini! Berhenti panggil Mas, Aku bukan masmu!"

"Anggap aja mulai sekarang kamu masku." Lovita tersenyum. Ia tidak kapok Desta menjewernya.

Desta hanya bisa mengusap wajahnya. Ia bingung menghadapi tingkah Lovita yang selalu menggodanya. Ia merasa risih dengan sikap Lovita yang terlalu agresif.

"Mas Desta kenapa harus sama mereka, sih. Bukannya semalam Mas Desta bilang Cuma sayang sama aku."

"Hah?! Semalam?"

"Iya, semalam. Kita semalam bertemu."

"Ya ampun …!!! Petaka apa lagi ini? Kapan kita bertemu semalam? Aku sama mereka hanya membahas soal olimpiade. Kamu pikir aku guru mesum apa?" Desta mulai bingung menanggapi Lovita. Ia sama sekali tidak merasa menemui Lovita. Ia memilih tidur di tempat kost dari ada keluar rumah. Namun, Lovita malah mencari gara-gara dengan mengatakan bertemu dengannya tadi malam. Terlebih tanggapan Lovita tentang kedekatakannya dengan peserta olimpiade.

"Kita itu semalam bertemu lewat mimpi. Masa Mas Desta enggak ingat, sih!"

"Kamu ngawur!"

"Ih, beneran!"

Lovita masih saja ngeyel. Bahkan gadis itu semakin kekeh jika bertemu dengan Desta semalam. Hal itu membuat perhatian guru BK yang baru saja keluar lab Bahasa. Wanita itu melihat jelas Lovita menarik tangan Desta saat jam pelajaran berlangsung.

"Lovita!!!"

Desta langsung menepuk dahinya. Bu Rosma sudah muncul pertanda dunia sekolah sedang tidak baik-baik saja. Apa lagi Lovita malah menarik-narik tangannya. Sepertinya Desta akan mendapat masalah karena Lovita.