webnovel

Menggoda Mas Desta

"Hai, guys! Tahu enggak kalau hari ini lagi bete banget, nih."

Lovita melakukan live di salah akun intagramnya @miss_LovitaQueen. Setelah tragedy di aula, Lovita memilih langsung pulang sebelum acara peresmian Gedung selesai. Ia juga tidak peduli jika guru BK akan memanggilnya besok karena bolos. Lovita memilih mampir ke kafe favoritnya. Ia lebih senang menghabiskan waktu bercengkrama dengan para follower yang setia mengikutinya. Ada kesenangan tersendiri saat mereka saling bertegur sapa di sosial media.

"Kenapa Miss? Aku kangen, nih, liat konten Miss Lovita lagi. Setiap hari cuma lihatin channel YT ama TT, Miss Lovita malah enggak muncul-muncul."

Salah satu follower berkomentar. Beribu tanda suka bertaburan di layar ponsel. Lovita tersenyum melihatnya. Hal itu seolah mengobati sebentar luka di dalam hatinya. Ia seperti mendapat tempat khusus di hati para follower. Padahal kedua orang tuanya sama sekali tidak peduli dengan apa yang dilakukannya.

"Aku lagi sibuk, nih. Maklum, lah, tugas sekolah bejibun. Ntar aku pasti bikin VT buat menyapa kalian."

Lovita mulai bercerita panjang lebar tentang pertemuannya dengan Desta. Hal itu sontak membuat para followernya mengirim emot hati, sebagian lagi mengirim emot tertawa. karena menurut mereka cerita Lovita sangat konyol dan lucu. Mereka penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Cerita Lovita sangat menarik bagi mereka. Kisah Lovita hanya seperti kisah-kisah di serial Televisi. Ia bertemu dengan lelaki yang sering muncul dalam mimpi yang kebetulan menjadi guru tempat Lovita sekolah. Hal yang sangat tidak masuk akal, tetapi Lovita memang mengalaminya.

"Miss Mas Desta jangan sampai lolos!"

"Miss ntar diajak live bareng, ya, Mas Desta."

"Mas Desta pasti cakep, nih, sampai buat Miss Lovita klepek-klepek."

"Spill foto Mas Desta dong."

"Salam buat Mas Desta."

"Collab Miss ama Mas Desta di sini."

"Mas Desta, I Love You!"

Puluhan komentar membanjiri layar. Lovita tersenyum membacanya satu per satu. Semuanya ternyata sangat tertarik dengan sosok Desta meskipun hanya lewat cerita. Lovita semakin bertekad untuk mengejar guru magang tersebut. Gadis itu seperti merasakan pertama kalinya jatuh cinta. Ia tidak peduli dengan status Desta. Ia berpikir para followernya pasti akan senang jika Lovita benar-benar membuktikan omongannya. Setidaknya sindiran Nana bear yang ditujukan padanya adaah nol besar. Lovita tidak memiliki pacar dan tidak ada lelaki yang tertarik dengannya.

Dua jam berlalu akhirnya Lovita mengakhiri live-nya. Gadis itu tersenyum dan tidak menyangka melihat seseorang yang sedang dalam pikirannya. Ia melihat Desta baru saja datang dan duduk. Desta langsung membuka laptopnya. Pemuda itu terlihat sangat tampan dengan kacamatanya.

"Mas Desta? Ah, sepertinya kita memang berjodoh." Lovita berujar senang.

Lovita merapikan ponselnya. Ia beranjak dan mendekati Desta yang terlihat sangat serius. Setidaknya kesempatan untuk mendekati Desta terbuka lebar.

"Halo, Mas Desta …"

Sapaan Lovita terdengar sangat mengganggu. Desta tidak mengira bertemu Lovita di luar sekolah. Gadis itu masih memakai seragam sekolah berlapis jaket dan menggendong tasnya. Gadis yang menurutnya sangat genit itu tiba-tiba saja terdengar sok akrab. Padahal Desta dan Lovita baru saja bertemu kemarin. Desta pun merasa tidak terlalu dekat dengannya. Sikap Lovita hanya membuat Desta risih. Gadis yang slengekan dan sama sekali tidak serius itu hanya bisa menggoda Desta. Apa lagi Lovita selalu bermasalah di sekolah. Seorang gadis yang sama sekali tidak akan menjadi idaman seseorang seperti Desta.

"Kamu bolos?"

"Ish, tanya yang lain kenapa? Misal kangen atau apa gitu."

Lovita langsung duduk di depan Desta tanpa disuruh. Gadis itu begitu percaya diri mendekati lelaki serius seperti Desta.

"Kamu ini enggak sopan, ya."

"Habisnya disapa kenapa malah balik nanya?"

"Harusnya jam segini kamu baru pulang. Kenapa sudah ada di tempat seperti ini?"

Lovita malah tersenyum. Gadis itu sepertinya memang tidak bisa bohong. Bukannya takut, Lovita malah melancarkan aksinya untuk mendekati Desta. Gadis yang sangat pantang menyerah untuk mendekati seorang seperti Desta.

"Itu tandanya kita berjodoh, loh. Kita ketemu di sini. Padahal baru saja aku mikirin Mas Desta."

"Ngawur Kamu! Aku memang sering ke sini. Jadi jangan nyambungin hal yang gak penting!" Desta mulai kesal dengan sikap Lovita. Gadis itu terlalu genit dan sangat agresif. Niat ingin menyusun program ajar menjadi gagal.

"Wah, kita samaan dong. Aku juga sering ke sini. Kapan-kapan kita bisa makan bareng di sini."

"Jangan berekspektasi tinggi." Desta memasang wajah kesal.

"Mas Desta ngomel melulu. Senyum, kek, tadi pagi aku nungguin loh, taunya Mas Desta malah enggak datang."

"Aku enggak nyuruh kamu buat nungguin. Lagian aku juga tidak wajib buat laporan sama kamu masuk atau tidak."

"Mas Desta ketus amat, sih. Kita tuh jodoh tau!"

"Jangan ngawur kamu!"

"Lagian sapa suruh Mas Desta selalu datang ke mimpiku. Terus main mulu ke dalam hatiku. Aku, kan jadi kepikiran terus ama Mas Desta."

Lovita menunjukkan senyum sok imut. Gadis itu benar-benar pantang menyerah. Desta hanya bisa menggeleng. Ia langsung mematikan laptop dan membatalkan pesanannya. Sepertinya ia harus mencari tempat lain agar bisa terhindar dari Lovita. Kedatangan Lovita hanya membuat konsentrasinya buyar.

Lovita yang melihat Desta beranjak langsung menahannya. Ia belum puas bertemu guru magang tersebut. Sedari pagi gadis ABG itu hanya menunggunya. Namun, Desta malah hendak pergi setelah mereka bertemu.

"Mas Desta mau ke mana? Kita baru bertemu, masa iya harus pisah lagi?" Lovita merengek manja. Rasa sedihnya menghilang. Desta seperti semangat yang membuatnya terlihat ceria.

"Bukan urusanku!" Desta melotot tajam. Ia merasa tidak suka dan nyaman. Lama -lama ia merasa gila jika terlalu lama tinggal. "Oh, iya, ingat! Aku ini bukan Masmu! Di luar sekolah mungkin kamu bisa memanggilku dengan sebutan ini, tetapi saat di sekolah, kamu harus memanggilku 'Pak' kalau sampai memanggil Mas lagi, jangan harap nilai matematimu bagus!"

Desta mengeluarkan jurus jitu. Ia merasa tidak nyaman dengan panggilan Lovita untuknya. Ia juga merasa malu jika sampai guru lainnya tahu Lovita mengejar-ngejarnya. Ia tidak ingin program magangnya justru mendapat masalah karena sikap Lovita yang genit dan tidak terkendali. Ia hanya berniat magang dan tidak tebar pesona. Jangan sampai pihak sekolah salah mengartikannya. Hal itu benar-benar membuat Desta harus berhati-hati di tahun terakhirnya sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika.

"Mas Desta menantangku? Atau kamu memang sebenarnya suka padaku?"

"Lovita!!!"

"Apa aku terlalu menggemaskan hingga Mas Desta memanggilku sangat keras?" Lovita tersenyum.

Desta tidak sengaja berteriak memanggil nama gadis ABG di depannya. Rasanya Desta benar-benar dibuat naik darah. Ia tidak bisa lagi menghindar dan menghadapi gadis genit seperti Lovita. Gadis berkulit putih itu selalu saja menggodanya. Apa yang Desta katakan seolah sama sekali tidak berpengaruh baginya.

"Kamu ingat, ya, kita akan bertemu besok. Jangan sampai aku menghukummu seperti Pak Thomas."

"Aku akan dengan senang menunggunya."

Desta menyerah, lelaki itu langsung memilih pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Menghadapi Lovita hanya membuat tenaganya habis. Ia menyesal waktu itu telah menolong Lovita dengan memberi catatan. Gadis itu malah merasa Desta memberinya perhatian dan salah mengartikannya. Padahal waktu itu Desta hanya merasa kasihan saat Lovita mendapat hukuman dari Pak Thomas.