Jalan kaki menyusuri gang tentu saja bukanlah hal yang tidak biasa Yola lakukan. Mengingat untuk sampai di jalan raya yang banyak angkot lewat membuatnya mau tak mau harus terbiasa. Lagipula jaraknya tidak sejauh Indonesia ke Korea. Perempatan depan masih bisa Yola gapai, tapi tentu saja Kim Taehyung ketidakmungkinan untuk itu.
Ini masih pagi, tapi sedari tadi dirinya merasa sedang tidak berjalan sendirian. Seperti ada orang yang berjalan di belakangnya atau mungkin membuntutinya. Tapi untuk apa?
Yola memutar tubuhnya 180° untuk mengecek, tapi tak seorang pun yang dia lihat. Gak ada siapa-siapa, pikirnya. Dengan acuh dirinya kembali berjalan, mungkin saja itu cuma halusinasinya saja. Biasa, tipe-tipe cewek penakut. Meski penakut, Yola masih suka nonton film horror kalau ada temannya. Ya paling-paling di adegan yang sekiranya membuatnya takut dia akan menutup matanya.
Lima langkah. Baru lima langkah berjalan Yola menangkap suara grasak-grusuk di belakang. Seperti suara sepatu beradu dengan aspal. Tentu saja ada dedaunan kering yang jatuh dari pohon. Karena di sekeliling gang ini banyak pepohonan.
"Kok gue jadi merinding disko gini sih," Yola mendadak kedinginan meskipun sudah memakai jaket.
Dirinya kembali memastikan bahwa di belakangnya tidak ada orang. Dan benar saja memang tidak ada orang. Hanya jalanan kosong yang di sampingnya ada beberapa pohon besar yang menjulang tinggi, sesekali bergerak kena angin.
Yola berniat membalikkan badannya lalu lari sebelum sebuah tangan dengan tiba-tiba memegang pundaknya. Spontan dia melompat dan berteriak histeris karena kaget.
"Woy.. Ini gue!"
Yola masih di posisi terkejut dan syok karena pemikirannya sendiri menganggap pemuda di depannya ini bisa saja vampir atau serigala jadi-jadian.
"Oii Laa, gue manusia." Pemuda itu memegang pundak Yola lalu menggoyang-goyangkannya sampai Yola tersadar.
Buk! "Akh!" Pemuda itu meringis setelah Yola melayangkan pukulannya pada tangannya. "Lo!" Yola melayangkan telunjuknya ke arah pemuda di depannya dengan kesal," bisa gak sih gausah ngagetin. Kalo gue kejang-kejang terus pingsan gimana coba?!"
Pemuda itu acuh, "Ya, gue tinggalin lah."
"Ih, Orion! Lo nyebelin banget sumpah." Yola berjalan mendahului pemuda itu dengan kesal.
Lalu Orion, tetangga satu rt-nya itu berlari menyusul Yola. Kemudian menarik kunciran rambut Yola dengan jail.
Tidak ingin telinganya menjadi sasaran suara toa Yola, Orion dengan cepat berlari mendahului gadia itu yang sedang mencak-mencak di tempatnya sekarang.
"Orion, awas lo di sekolah!" Yola kesal dengan tetangganya yang masih seperti anak-anak itu.
Pemuda yang bahkan lebih tua satu tahun darinya itu bahkan dengan tengilnya memutar balikkan tubuhnya lalu menjulurkan lidah untuk menggodanya. Benar-benar tidak dipercaya. Orion Beta Aldebaran terlalu kekanak-kanakan. Dan menyebalkan tentu saja.
Pemuda itu bahkan masih sempat-sempatnya tertawa. Membuat Yola dengan gemas ikut berlari setelah membereskan rambutnya. Menjitak Orion adalah tujuan mulianya saat ini. Mumpunh Orion sedang berjalan karena sepertinya kelelahan.
Satu
Dua
Buk!
Satu pukulan melayang ke belakang punggung Orion. Yola pikir lebih baik tidak memukul pemuda itu di bagian kepala, takut-takut nanti otaknya geser dan dirinya tidak bisa meminta bantuan untuk mengerjakan pr.
Anehnya Orion bahkan tidak mengaduh kesakitan seperti sebelumnya. Justru pemuda itu hanya nyengir dan mengacak rambut Yola yang membuat gadis itu kesal lagi.
Bahkan mereka berdua tidak sadar kalau dari kejauhan ada yang memperhatikan keduanya. Seorang berhoodie itu mengepalkan tangannya melihat interaksi kedua remaja itu.