webnovel

Bab 2

Hape dengan casing berwarna hitam itu sedari tadi berkedip-kedip. Banyak notifikasi masuk, tapi hanya ada satu notifikasi yang sedari 30 menit yang lalu pemuda itu tunggu.

account : Dreamcatcherrys

Gue suka semua hal dan dari semua hal yang paling berkesan buat gue ya 'hujan'.

Ah! Gadis itu suka hujan rupanya. Pemuda itu bertanya-tanya apa hal yang menarik dari hujan sampai-sampai gadis itu menyukainya.

account : Milkyway123

Kenapa?  Apa yang spesial dari hujan sampe lo sebegitu sukanya.

15 menit berlalu tanpa balasan. Gi tidak tahu apakah pesannya sudah dibaca atau belum. Aplikasi anonimus ini harusnya menyertakan fitur tanda sudah dibaca atau belum seperti di whatsapp. Merepotkan sekali jika harus menebak-nebak bahwa sang penerima pesan sedang sibuk atau bahkan mematikan data internetnya, bisa juga hapenya tiba-tiba mati karena kehabisan baterai.

Gi tidak suka menebak-nebak. Pemuda itu suka sesuatu yang jelas seperti matematika.

Sedangkan aplikasi anonimus dan perasaan gadis itu bukan matematika, itu sulit ditebak. Dan Gi membencinya. Tangannya mengusap hape yang menampilkan sebuah beranda aplikasi anonimus yang baru di instalnya satu bulan yang lalu. Mengecek apakah ada pesan balasan yang masuk. Tapi nihil!

Gi melempar hapenya ke kasur, lalu beranjak keluar kamar berniat mengambil minum. Matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah. Sepi. Lagi-lagi dia sendirian di rumah. Orang tuanya pasti masih sibuk bekerja dan akan pulang larut malam. Sedangkan kakaknya memang suka kumpul dengan teman-temannya. Dan lebih sering pulang lewat jam sepuluh malam.

Mungkin satu jam lagi karena sekarang baru saja jam sembilan. Gi melangkahkan kakinya kembali ke kamar sambil membawa segelas air putih yang masih penuh. Menebak-nebak apakah sudah ada balasan yang masuk dari gadis di seberang sana.

account : Dreamcatcherrys

Kenapa lo suka senja?

Gi mengernyit, sedikit bingung. Dia juga tidak tahu kenapa menyukai senja. Tapi heii, bukankah tadi dia yang bertanya lebih dulu kenapa gadis itu suka hujan?

account : Milkyway123

Gue kan nanya duluan.

account : Dreamcatcherrys

Gue gapunya kewajiban buat jawab kan? Atau ada.

account : Milkyway123

Gue berhak nanya kan?

Gi terperanjat dari posisi rebahannya saat pintu kamarnya dibuka dengan sangat tidak sopan. Matanya menelisik penampilan pemuda berumur satu tahun di atasnya. Sepatu converse, jins hitam yang robek dibagian lutut, kaos yang terbalut jaket yang juga berwarna hitam. Kakaknya memang tipe cowok mamba. Suka sekali dengan warna gelap.

Gi melihat jam di atas nakas, sepertinya belum tengah malam. Jam sepuluh lebih tiga puluh menit. Pantas kakaknya, Giorgino Ardavi cowok kalong itu sudah pulang.

Gi mengangkat alisnya, "Kenapa?"

Gio mendekat perlahan, sedikit malas. Tampilannya acak-acakan. Rambut yang semrawut, muka yang kucel dan terlihat sedikit putus asa.

Pemuda itu beranjak menaiki ranjang adiknya yang hanya berbeda satu tahun tanpa sedikitpun peduli dengan kehadirannya. Jaket hitam yang sudah terlepas kini hanya menyisakan kaos hitam polos. Pemuda itu memunggungi Gi. Lalu terlihat memainkan hapenya.

"Ish," Gio dengan putus asa melempar hapenya ke kasur di belakangnya. Kesal karena sedari tadi hapenya sepi notifikasi. Berbeda dengan Gi yang sedari tadi hapenya terus berbunyi. Ah! Gi lupa me- mute grup sekolah. Makanya notifikasi itu membanjiri hapenya dan membuat berisik.

"Bang geseran lah." Gi ikut merebahkan badannya di samping Gio.

"Lo punya kamar sendiri, tapi suka banget ngungsi ke kamar gue." Gi masih memainkan hapenya saat Gio berbalik ikut memandang langit-langit kamar.

"Gi.. " Panggilan Gio membuat Gi menoleh.

"Lo pernah gak sih patah hati?"