webnovel

Sesal

Ray berjalan jalan di taman sendirian malam itu. Mengunjungi tempat beberapa tahun lalu dia sering datang kesana bersama dara.

Dia teringat saat bertemu dengan gadis itu kembali beberapa waktu lalu. Baginya, wajahnya tetap sama seperti saat dia pertama dibuat jatuh hati padanya. Dia selalu cantik.

Dia lalu duduk di bangku taman sambil memandangi orang orang yang berlalu lalang dengan pasangan mereka. Pandangannya kini beralih pada langit malam itu.

Bayangan gadis itu semakin jelas dalam pikirannya. Ternyata tak semudah itu melupakan perasaannya pada dara. Kenangan yang mereka buat sudah sangat membekas di hatinya.

Namun menyesali segala hal yang sudah terjadi saat ini juga tak ada gunanya. Dia sendiri yang membiarkan gadis itu pergi. Andai saat itu dia membuang jauh keraguan itu, mungkin dia masih bersamanya saat ini.

Ray memejamkan matanya sejenak sambil menghela nafas. Hembusan angin malam yang dingin menerpa wajahnya. Dadanya terasa sedikit sesak mengingat kala dara menghindarinya saat mereka bertemu lagi.

Apa dara sudah melupakan perasaannya padanya? Apa dia benar benar benci pada dirinya? Apa tak ada kesempatan mereka untuk bersama lagi? Pertanyaan itu menggantung dikepalanya.

~ Ternyata benar, sesuatu akan terasa sangat berharga ketika kita tak lagi memilikinya ~

Memandang langit malam bertabur ribuan bintang dihadapannya, membuat dara tersenyum. Dia sedang duduk di halaman depan rumahnya sambil mengerjakan desain dilaptopnya.

Namun mendadak, terlintas wajah ray di pikirannya. Sebesar apapun usahanya untuk melupakan lelaki itu, dia tetap kembali di titik awal dimana kenangan indah yang dibuatnya bersamanya akan selalu membekas.

Dara menggelengkan kepalanya, mencoba tersadar dari angannya itu. Dia tak boleh memikirkan lelaki itu lagi. Lalu kembali fokus pada hal yang sedang dikerjakan nya.

Ting. Bunyi notifikasi membuatnya melirik pada ponsel miliknya yang dia letakkan disamping laptopnya.

Ternyata dean yang mengirim pesan. Lelaki itu mengirimkan foto dirinya sedang latihan di studio.

Dia tersenyum tipis sambil jemarinya mengetik balasan untuk lelaki itu. Lalu meletakkan kembali ponselnya diatas meja.

[Siang Hari Di Kampus]

"babeeeee" pekik mella sembari berlari kecil menyusul langkah cepat dean yang sedang menuju kekantin.

Gadis itu tak peduli dirinya saat ini diperhatikan orang orang disekitarnya. Dia terus mengikuti lelaki itu.

Begitu tiba di kantin, dean berhenti didepan pintu masuk. Kedua tangannya mengepal sempurna. Dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Berusaha menahan amarah yang saat ini sudah memenuhi rongga dadanya.

Kini gadis itu sudah berdiri disampingnya. Namun dia enggan menoleh dan hanya mengedarkan ke sekelilingnya mencari keberadaan karel.

"Babe temenin gue lagi yuk" pinta mella.

"Relll" panggil dean pada lelaki yang tengah berdiri menunggu makanan yang dia pesan.

Karel menoleh pada arah suara itu. Lelaki itu menghampirinya dan mengabaikan mella yang masih berdiri disana.

"Kenapa bro?" tanya karel.

"Ikut gue ntar" ucap dean.

Karel hanya mengangguki perkataan lelaki disampingnya itu sambil mengambil semangkok bakso yang disodorkan oleh ibu kantin padanya.

Mereka pun lalu duduk bergabung bersama teman teman yang lain. Sedangkan mella hanya berdecak kesal menatap hal itu. Dia berbalik dan berjalan meninggalkan kantin.

"Eh tadi gue liat ada tu cewek sinting di samping lo, kemana dia?" ucap karel sembari menyendokkan bakso kedalam mulutnya.

Dean mengedikkan bahunya sambil bermain ponsel. Suasana riuh di kantin siang itu membuatnya mendadak agak terganggu. Dia lalu berdiri dan beranjak pergi dari sana.

Dia lalu duduk ditaman kampus. Sejak tadi dean menggulir layar ponselnya. Melihat foto foto dara hasil jepretannya setelah beberapa kali keluar bersama gadis itu.

Dia tersenyum puas. Mau dilihat dan difoto dari sisi manapun gadis itu selalu tampak cantik.

Dara benar benar merubah susasana hatinya belakangan ini. Semenjak mengenal gadis itu lebih dekat, emosinya yang mudah meluap perlahan menjadi sedikit terkontrol dengan baik.

Namun sesekali kala mengingat kedekatan gadis itu dengan jave bisa membuat hatinya seketika panas.

Kini dia merasa tak harus mengalah pada siapapun. Lelaki itu dia anggap akan menjadi saingannya mulai saat ini.

Sore itu, keduanya kembali bertemu dan ngobrol di taman biasanya.

"zian, kalo ini temen lo bakal suka gak kira kira?" tanya dara sembari menunjukkan sebuah gambar desain di laptop miliknya.

Dia menatap lelaki itu yang masih bergeming. Lalu menepuk lengan nya membuat dean tersadar dari lamunannya serta tatapannya yang kosong menatap gadis dihadapannya itu sejak tadi.

"Eh iya kenapa?" tanya zian agak kaget.

Dara menghela nafas lalu mengulangi perkataannya.

"Lo lagi ada masalah ya? Tumben gak fokus bahas ini" tanya dara serius.

Dean menggeleng dan terkekeh sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. Dia memang sedang memikirkan sesuatu hal.

"Sory gue lagi mikirin tugas kampus aja" jawab dean mengalihkan.

"Yaudah kalo lo lagi capek, kita bahas lain kali aja" ucap dara.

Mereka terdiam sejenak. Suasana menjadi canggung antara keduanya. Dean melirik pada gadis disampingnya itu yang kembali fokus pada laptopnya.

"Ra" panggilnya.

"Iya" dara menjawab tanpa menoleh sambil jemarinya mengotak atik keyboard laptopnya.

Dean menghela nafas melihat respon gadis itu.

Namun akhirnya dia memberanikan diri mengatakan sesuatu yang terus mengusik fikirannya.

"Ra, liat gue" ucapnya lembut.

Dara berhenti mengetik dan perlahan menoleh pada lelaki yang menatap lekat padanya saat ini.

Namun dia tertegun begitu wajah dean mendekat beberapa senti padanya. Netra dan bulu matanya yang indah itu membuat jantungnya berdebar kencang dan nafasnya tertahan sejenak.

"Lo percaya sama gue?" tanya dean serius.

Dara mendadak terbatuk karena sempat menahan nafas yang kini bisa dia hembuskan.

"Lo gapapa?" tanya dean lagi sembari menyodorkan minuman yang mereka beli tadi pada gadis itu.

Dara meminum seteguk. Perlahan batuknya terhenti.

"Sory, gue bikin lo kaget ya" ucap dean sembari mengusap usap punggung gadis itu.

Dara melihatnya sambil tersenyum tipis. Kini keduanya saling menatap cukup lama. Entah kenapa netra teduh itu membuat debar jantungnya yang tadi kencang kini perlahan kembali normal.

Namun perasaan gugup itu tak mau hilang. Perlahan jemari kanan dean menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah gadis itu karna tertiup hembusan angin sore yang cukup kencang ke belakang telinganya.

Hal itu membuat dara semakin keras menahan rasa gugupnya dan irama jantungnya yang tadi sudah normal kini kembali berdebar kencang lagi.

"Gue kenapa sih" dara hanya bisa mengumpat kesal dalam batinnya tanpa mampu menggerakkan tubuhnya sedikitpun.

Dia seperti terpaku melihat sikap lelaki itu padanya. Wajah tampannya tampak semakin memikat dilihat dari jarak sedekat ini.

Dara menyadarkan dirinya sendiri dan menjauhkan wajahnya.