--------------------
Di pinggir sungai.
KaiLe baru menerima surat bersegel kerajaan dari informannya seorang pemuda di usia duapuluhan dengan wajah cukup tampan layaknya warga Hua lainnya, mengenakan pakaian dominasi hitam dengan ornamen simbol kerajaan Hua sebagai salah satu pengawal kerajaan bagian dari divisi penyelidikan, itu sebuah divisi di mana KaiLe menjadi ketuanya saat ini, menyelidiki beberapa kasus kejahatan yang terjadi di kerajaan Hua, walau Hua terkenal dengan rakyatnya yang cinta damai tapi bukan berarti kejahatan benar berhenti di sana.
"Ini, perintah dari paman Kaisar?"
Pria muda itu menundukkan kepalanya memberi hormat.
"Iyah Yang Mulia, untuk saat ini situasi agak berbahaya, wakil divisi terbunuh dalam semalam setelah anda berangkat dan Yang Mulia berpikir ini mungkin sudah sangat berbahaya sehingga meminta hamba menyampaikan pesan ini langsung"
KaiLe menyerahkan gulungan dekrit ke tangan Tao yang segera menyimpannya.
Tao mendekati pemuda itu dan memaparkan hasil penyelidikan sejauh ini.
"Tapi kabar terakhir anggota pemberontak terlihat di salah satu rumah makan kota besar WaiYi , kami masih harus menyelidikinya, kasus kematian adik Yang Mulia Ratu masih menjadi misteri dan hanya meninggalkan emblem tanpa diketahui siapa pemiliknya, dan kabar terakhir kalau emblem adalah milik salah satu kelompok pemberontak yang seharusnya sudah menghilang enam belas tahun lalu dan keberadaannya ada di Tang, semua ini masih menjadi misteri, Yang Mulia pangeran belum bisa kembali untuk saat ini, apakah, kemungkinan Yang Mulia Kaisar mengetahui siapa dalang di balik semua ini hingga meminta kami mundur?"
Pria muda itu menurunkan kepalanya berpikir, mengerutkan dahinya dalam, ia juga sempat terpikir seperti itu.
"Itu, bisa jadi ada hubungannya dengan keluarga istana, maafkan hamba berspekulasi Yang Mulia" pengawal itu menurunkan tubuhnya di depan Kai karena KaiLe juga termasuk anggota kerajaan yang dimaksud, KaiLe mengibaskan tangannya meminta pengawal muda itu bangun.
"Aku juga sempat berpikir seperti itu Khan, semua bisa saja terjadi, anggota keluarga bisa juga dicurigai, apa kau tidak berpikir istana begitu ketat mana mungkin seorang pembunuh bisa keluar tanpa diketahui siapapun"
Saat ketiganya tengah serius berbicara dari arah bukit terdengar suara rintihan.
"Akh!"
Ketiganya langsung menoleh, pengawal muda yang dipanggil Khan itu mengeluarkan pedangnya siaga "Sheet!"
Tapi tangan Kai menahannya, ia melihat Hong yang turun dari bukit tertatih ke arahnya.
"Kak Kai! Kakak sedang apa di sini?" tanya Hong dengan wajah ceria mendekat,
KaiLe dan Tao saling berpandangan hingga memberi kode agar Tao membawa Khan menjauh sementara ia mendekati HongEr, Tao menurunkan kepalanya menghormat "Siap Yang Mulia"
KaiLe mendekati Hong.
"Adik Hong, apa yang kau lakukan di sini?" dibersihkan pakaian Hong yang terlihat agak kotor dengan debu dan beberapa daun kering yang menempel.
"Kak Kai bertemu teman dari Hua jadi mengobrol sebentar, Hong bosan yah?"
Hong mengangguk, kak Kai-nya seperti mengerti kata hatinya, Kai melirik wajah Hong dan mengambil daun kering yang menyangkut di rambut bagian atasnya,
"Iyah kak, sebentar lagi sih kita akan jalan tapi Hong sudah capek duduk sejak tadi, emm kak Kai ikut khan ke WaiYi? Nanti mampir khan ke rumah Hong?"
Kai mengerutkan dahinya berpikir sebentar, dipikir tidak ada salahnya juga mampir ke lembah Jie, pasti akan sangat menyenangkan, ia menggangguk.
"Iyah kalau kak Kai diundang tentu saja"
Hong tertawa kecil.
"Hehehe tentu saja diundang kak Kai"
Kai tak akan pernah bosan melihat wajah manis Hong, dadanya masih sering berdetak kencang tak karuan kala melihat wajah itu, rasa resah dalam hati karena laporan dari Khan tadi seketika hilang saat melihat senyum manis Hong.
Saat pembicaraan antara Hong dan Kai semakin hangat tiba-tiba terdengar suara menyerupai anak panah melesat dengan cepat.
"sheett!!"
KaiLe menoleh spontan melindungi Hong di belakangnya, matanya membelalak lebar saat melihat Khan yang berdiri di depan Tao perlahan jatuh.
"Ackkh" Tao langsung mengeluarkan senjatanya melihat sekitarnya, dua anak panah langsung mengenai organ vital Khan dan membuatnya tumbang seketika, beberapa anak panah kembali meluncur dari arah pepohonan, Tao segera melindungi Pangerannya.
"Yang Mulia berlindung!"
Tak lama kemudian beberapa orang dengan pakaian dan penutup kepala dan wajah hitam berlari turun dari atas bukit, maju dengan cepat serentak dengan pedang terhunus.
"Hiaaaattttt!
Kai kaget, sebanyak itu orang yang meluncur menyerang menggepung mereka di tengah-tengah ngarai Kai menghunuskan pedangnya sambil menarik Hong ke belakangnya.
"Adik Hong tetap di belakangku!"
................
Suasana di dalam kereta tenang.
Fei membuka matanya dan tidak menemukan Hong di sampingnya, apa anak itu benar keluar main bersama KaiLe?
Ayahanda dan Ibundanya juga sudah berada di luar kereta, mungkin Ibunda merenggangkan pinggangnya sebentar sebelim mereka berangkat lagi.
"Ayahanda, Hong, mana?" Tanya Fei.
BaiHu melirik sekelilingnya, Iyah juga, sejak tadi tidak mendengar suara anak itu.
"Ayahanda tidak melihatnya sejak tadi"
TangYuan menunjuk ke arah pohon di mana KaiLe duduk tadi.
"Pangeran Kai juga tidak ada, mungkin Hong bermain bersamanya"
Saat ketiganya masih berpikir terdengar suara keras dari arah pepohonan.
"Tuan ada yang berkelahi di bawah!" Seru salah seorang anak buah.
..................
Di ngarai.
Ting ting ting ting.
Pertempuran terjadi seru, walau jumlah lawan tidak seimbang dengan Kai dan Tao yang hanya berdua saja.
Tao begitu lincah, ia mendorong dua tiga orang sekaligus da menghempas tubuh mereka dengan mudah ke arah air, KaiLe juga memiliki kemampuan beladiri yang tak bisa dipandang sebelah mata, tubuhnya begitu ringan sambil menggandeng Hong di satu tangannya menghempas pedangnya ke arah beberapa orang berpakaian hitam yang maju menyerang ke arahnya. Entah berapa banyak tapi jumlahnya sepertinya tidak berkurang, Tao mendekati Pangerannya dan berdiri saling membelakangi,
"Yang Mulia segera bawa tuan Muda Hong ke arah peristirahatan, hamba akan menahan mereka di sini" seru Tao.
Kai juga tahu itu tapi sepertinya semua jalan keluar sudah ditutup karena orang-orang itu berdiri melingkari mereka, dan terus menyerang dengan pedang tajam mereka, dari gerakannya Kai tahu mereka pasti orang dari negara Hua, senjatanya juga khas milik negara Hua, Kai menghadang pedang salah satu orang yang mendekati Hong.
"Ting!"
--------------------------