------------
Fei menghempas tangannya kesal, ia ingat semalam ia berusaha memukul pria yang membopong Hong pergi, tapi ia sangat kuat.
"Kak Fei!" Seru Hong yang dibopong pria itu di punggungnya, Fei berusaha mendekat, ia menyerang tubuh pria itu.
"Lepaskan adikku!"
Fei menyerang dengan cepat, pria itu masih dengan Hong di punggungnya mengarahkan parang panjang miliknya dan mengibas di udara, angin kencang menerjang Fei, tapi Fei berhasil menghindar, ia meloncat naik ke sisi pohon yang lain dan menyerang pria itu dari arah lain.
"Hiattt!"
Fei mengarahkan LuKan ke bawah pinggang pria itu dan meluncur ke sisi lainnya dengan secepat kilat, tapi serangannya tidak banyak berpengaruh, walau pria itu sudah terkena sabetan LuKan di sekujur tubuh dan kakinya tapi ia seperti tidak merasakan apapun, ia tetap berdiri tegap dengan seringai bengis di wajahnya.
"He anak bau kencur!"
Pria itu akhirnya menyerang dengan parangnya, mengibaskan angin menghempas tubuh Fei jauh menghantam pohon.
"Bukkk!!"
Mata Hong membelalak lebar melihat tubuh kakaknya melayang dan jatuh dengan keras.
"Kakak!"
Tapi pria itu dengan santai berjalan membawa Hong pergi menjauh, sementara Fei masih berusaha bangun dari jatuhnya.
"Ekh tidak, HongEr!" Fei maju lagi, dengan sekuat tenaga tersisa ia berhasil mendekati pria itu dan menahan tangannya.
"Lepaskan HongEr!"
Tapi Tung bukan orang bermurah hati, ia mengarahkan tangannya dan menghantam tubuh Fei berkali-kali, walau Fei kerap memeluk tangannya dan tak mau melepaskannya.
"Anak gila cari mati rupanya!"
Fei terus menahan tangan pria itu agar tidak membawa Hong pergi, pukulan keras di punggungnya membuat ia muntah darah.
"Buk buk buk!" Tapi ia tidak bergeming, ia tidak mungkin kehilangan adiknya.
"Lepaskan a adikku"
Hong menahan diri, ia tak bisa melihat kakaknya terluka dan masih tersenyum saat melihatnya.
"Kak Fei, ems"
"Ti tidak apa-apa Hong, he"
Hong meronta, walau ia masih dalam pengaruh totokan tapi ia berusaha meronta keras.
"Lepaskan aku! Lepaskan!"
Pukulan terus di arahkan ke tubuh Fei hingga perlahan Fei mulai kehilangan kesadarannya, sementara Hong masih berusaha melepaskan diri.
"Lepaskan aku! Kak Fei! Lepaskan tanganmu! Ems kak!"
Fei hampir menutup matanya, saat merasakan angin begitu kuat muncul entah dari mana, sangat kuat hingga seakan membuat semua benda di sekelilingnya termasuk dirinya terbang melayang, terakhir, sebelum menutup matanya rapat, ia masih sempat melihat sepasang mata Hong yang bersinar berwarna merah.
"Kak Fei!!!"
Itu yang diingat terakhir oleh Fei, sebelum ia tak sadarkan diri dan bangun di sana, entah di mana Hong sekarang berada, tapi ia harus segera menemukannya.
"Hong! HongEr!" Serunya keras dengan hati-hati berjalan di antara ranting dan batang pohon yang menutupi permukaan tanah yang tak tampak karena terlalu lebatnya, dengan bantuan LuKan sebagai penopangnya Fei yang terluka cukup parah berjalan pergi sambil meneriakkan nama adiknya.
"HongEr!"
...........
Drap drap drap!!
Suara tapal kuda berlari kencang, dan meringkik berhenti tak jauh di depan BaiHu yang berdiri di samping kuda besarnya.
Area terakhir di mana kereta kencana yang membawa HongEr berhenti dengan meninggalkan tubuh tanpa nyawa beberapa anak buah pengawal kerajaan, AYao mendekati TangYi yang berada di atas kudanya dan memberi hormat.
"Hormat Yang mulia, tidak ada tubuh pengawal Suang di antara korban"
TangYi mengerutkan dahinya, perlahan dengan bantuan AYao ia turun dari kudanya.
"Ini aneh sekali, kalau pengawal Suang tidak termasuk dalam korban di mana beliau berada? Apa sudah temukan jejak penculik? Apa ada kemungkinan pengawal Suang mengejar penculiknya?"
AYao menggeleng.
"Masih berusaha dicari, kemungkinan mereka menuju ke dalam hutan"
BaiHu melihat jalan masuk hutan di depan mereka, hutan lebat yang dalam dan masih jarang dilalui manusia, banyak orang tersesat di dalamnya, panjangnya hutan hanya orang-orang tertentu yang bisa menembusnya, kemungkinan penculik membawa Hong sejauh mungkin dari ibukota, tapi ke mana?
BaiHu geregetan, ia ingin sekali masuk ke dalam dan mencari dua putranya, tapi harus memulai dari mana?
Saat ia melihat sekitarnya suara pengawal keras mengejutkan semuanya.
"Ada orang terluka!"
Dari arah hutan seseorang tampak keluar agak tertatih dengan kaki yang pincang, darah segar masih terlihat di paha hingga membasahi pakaian hitamnya, memegang tangannya yang juga terlihat penuh luka. Orang itu terjatuh sebelum pengawal menyongsongnya.
"Ekh"
Ia PeiHua, yang mengulurkan tangannya ke arah BaiHu sebelum ia tak sadarkan diri.
"Akh"
................
Matahari tepat ada di atas kepala.
Hari itu begitu panas, sinarnya terpantul air dari aliran sungai kecil hingga menyilaukan mata. Hong merasakan geli di pipinya, agak basah dan lengket, saat perlahan membuka matanya, ia hampir tersentak kaget melihat sepasang mata yang sangat besar begitu dekat dengannya.
"Akhh!"
Beberapa ekor tupai kecil berlarian di sekelilingnya, rupanya sedang memungut beberapa buah kecil yang jatuh di atas air dan dengan cepat kembali menuju ke atas pohon secepat kilat saat Hong bangun dari jatuhnya.
"Akkh" ia jatuh semalam dan mungkin tak sadarkan diri cukup lama karena matahari sudah terang, badannya sakit, terlebih kaki kirinya sakit bukan main saat ia berusaha berdiri.
"Aduuh" Hong mendudukkan dirinya kembali, memeriksa kakinya yang sakit hingga ke tulang lututnya.
"Duh sakit sekali" saat membuka sepatunya lebam biru menutupi pergelangan kakinya, rasa sakitnya tak karuan, walau hanya menggerakkan sedikit untuk meluruskannya.
Ia lapar, kakinya sakit, melihat daerah yang sangat asing itu, ini sangat sempurna, apa ia benar akan menjadi hantu kelaparan?
Hong melihat sekelilingnya, mungkin bisa mencari makanan untuk mengganjal perut laparnya, tapi bagaimana jalannya dengan kaki bengkak seperti ini? Ia memang tidak beruntung, Hong baru akan berusaha menarik kakinya bangun saat melihat tumpukan buah kecil tak jauh di depannya, wajahnya langsung ceria, para tupai kecil tadi sepertinya sengaja meninggalkannya beberapa untuknya.
Hong masih bisa mendengar suara tupai yang berlarian ke atas pohon bersama rombongannya.
"Hehehe terima kasih yah! waah ini sepertinya enak sekali" Seru Hong ceria mengambil tumpukan buah kecil seperti jambu biji dan plum, rasanya saat ini makanan itu menjadi makanan paling nikmat yang pernah ia rasakan seumur hidupnya.
--------------