"Nona ini ada roti, berikan padamu dan adikmu yah" pria muda itu tersenyum menyodorkan sebuah roti gepeng bulat ke depan NuEr.
"Terima kasih tuan, terima kasih atas kebaikan anda" NuEr menerimanya dengan dua tangan terbuka.
Gadis yang duduk di samping pria bernama Pang itu terlihat menyeringai
"He, kak Liao ini baik sekali, untuk apa memberi mereka makan dan minum kalau pada akhirnya akan disiksa mati juga oleh orang keji itu, he ini pekerjaan yang membosankan" gadis itu merogoh bawaan di pinggangnya, matanya membesar saat menemukan sesuatu yang hampir dilupakan di tas pinggangnya.
"Oh yah, aku hampir melupakanmu, apa si kecil ini benar-benar hebat yah, kata orang dengan hanya satu gigitan bisa membunuh seekor kuda, hebat sekali" ia mengangkat sebuah kotak kecil berongga yang menyimpan sesuatu yang bergerak di dalamnya.
Liao, pria muda itu mendekati gadis itu dengan mata tajam, sorot mata gadis itu terlihat menyimpan hal keji lainnya, terlebih melihat ke arah Nu dan Hong.
"Adik apa yang kau pikirkan? Kau sendiri yang bersikeras membawa mereka pulang untuk ketua, sekarang kenapa jadi berubah pikiran?"
Gadis itu berdiri dari duduknya, bergerak mendekati Hong dan NuEr, Liao mengikutinya.
"Kau ini takut sekali, mereka khan ada dua orang, lagipula yang satu sudah sakit Cacar Api seluruh badan, kalau aku jadi memberikannya pada orang itu ia bisa marah besar padaku, bagaimana, kalau aku coba kemampuan si kecil ini padanya"
NuEr membelalakkan matanya, gadis itu lurus menuju ke arah Hong, ia harus mencegahnya.
"Jangan, ku mohon jangan lakukan? Ku mohon ampuni kami kumohon!"
Tapi gadis itu tidak bergeming, ia mendekati Hong yang seperti biasa tak melihat ke arahnya dengan kepala terus tertunduk, tapi NuEr berusaha mendorong tubuh gadis itu dengan sekuat tenaga.
"Jangan! Jangan dekati ia!"
Gadis itu terus maju ke arah Hong hingga NuEr tak ada pilihan lain, ia tak bisa biarkan orang jahat menyentuh pangerannya, ditahan kaki gadis itu erat.
"Tidak jangan! Kumohon lepaskan kami jangan ganggu adikku!" Suara NuEr keras.
Hong ingin maju dan membantu NuEr yang berusaha begitu keras tapi mata pelayannya melirik padanya dan mengatakan jangan, Hong mengepalkan tangannya kuat.
"Kak"
Gadis itu berusaha melepaskan pegangan NuEr tapi gadis itu menempelnya dengan kuat, ia melirik Pang yang hanya berdiri melihat sejak tadi.
"Apa yang kau lakukan cepat pegang dia!"
Pang maju, ia menarik tubuh NuEr dengan mudahnya, tapi NuEr berusaha memukulnya.
"Lepaskan kami! Lepaskan kami!"
Pang bahkan tidak banyak mengeluarkan tenaga tapi tangan NuEr sempat memukul dan mencakar wajahnya.
"Kurang ajar kau ini gadis kotor berpenyakitan!"
Pang dengan sedikit tenaga menghempas tubuh NuEr yang dipegangnya hingga jatuh menubruk pohon dengan keras.
"Bukk!!"
"Ackkh!!" NuEr merintih keras, Hong yang hanya bisa melihat dengan mata besar tak bisa diam begitu saja, ia bangun dan hendak menyongsong NuEr yang terluka hingga memuntahkan darah dari mulutnya.
"Kak Nu!" Tanpa peduli apapun lagi Hong menerjang gadis itu hingga jatuh dan berlari mendekati NuEr, kotak kecil yang ada di tangan gadis itu terlempar ke atas udara.
"Ahh!" Gadis itu terlambat mencegahnya, bahkan Pang tidak berani menghentikan Hong yang dipikir berpenyakit Cacar Api, ia bisa tertular kalau memegangnya.
Hong menghampiri NuEr yang setengah sadar di atas tanah dengan bibir yang masih tersisa sedikit darah segar.
"Kak, kak Nu"
Gadis itu murka, ia berusaha menemukan kotak kecil berisi barang berharga miliknya yang jatuh terguling agak jauh darinya, sementara Liao tidak bergerak di tempatnya, sejak awal ia sudah tidak begitu setuju dengan kelakuan dua rekannya itu.
Gadis itu akhirnya berhasil menemukan kotaknya, ia mendekati Hong dengan cepat dan marah.
"Kurang ajar! Berani sekali kau melawanku! Kau tidak tahu siapa aku sebenarnya? Lancang sekali, kalau aku tidak memberikan mu pelajaran jangan sebut namaku putri YanKe"
Putri YanKe, gadis itu mendekati Hong yang jongkok menopang kepala NuEr yang tak sadarkan diri dan hendak membuka kotak itu di atas kepala Hong, tapi Hong mendongakkan kepalanya melihat ke arahnya dengan tajam, YanKe terkejut, sepasang mata itu, sepasang mata yang sangat indah berwarna merah, kulit putih berkilau dengan bulu mata yang lentik, alis yang tebal dan bentuk mata memanjang bagai mata burung, ia sampai terpana dibuatnya, walau, ia tak bisa mengurungkan niatnya menuangkan apapun yang ada di dalam kotak karena kotak itu sudah terlanjur dibuka.
"Adik jangan!" Seru Liao berusaha mencegah, tapi benda itu sudah keburu keluar, seekor binatang kecil semacam serangga, ukurannya cukup besar, berwarna hitam berkilau dengan jumlah kaki yang sangat banyak dan sayap kecil untuk terbang, serangga kecil itu jatuh di penutup kepala Hong, YanKe dan lainnya mundur, itu kutu Bulan, konon katanya sedikit saja sengatan dari kutu yang banyak ditemukan di daerah suku mistis itu bisa membunuh seekor kerbau sekalipun, racunnya sangat berbahaya, bahkan tidak ada obatnya, dan kutu itu kini sudah merambat turun ke kepala Hong.
YanKe menelan ludahnya bulat, apa ia sudah melakukan kesalahan? Mata yang melihatnya itu bukan mata orang biasa, ia bisa menerkanya.
YanKe menyodorkan tangannya pada Pang.
"Cepat lakukan sesuatu, pakai pedangmu untuk mengusir serangganya!"
Pang bingung, gadis itu yang bersikeras mengeluarkannya pada pemuda itu tapi kini sepertinya ia menyesal.
"Putri tapi" kutu Bulan itu sangat ganas, sekali keluar dari sarangnya ia akan menggigit apa dan siapa saja hingga ia puas, hingga ia akan mati sendirinya dalam jangka waktu beberapa detik setelah menggigit korbannya, konon racun yang ada di dalam tubuhnya adalah kemampuannya untuk bertahan hidup, ia bisa hidup sampai puluhan tahun selama tidak menyebarkan racunnya, tapi, siapa yang tahu, selama ini hewan kecil ini ditangkap untuk diambil racunnya hingga ia akan langsung mati.
Kutu bulan akhirnya jatuh ke telapak tangan Hong yang terbuka lebar, tapi ia tidak menggigit Hong sama sekali, hanya berputar di telapak tangan Hong seperti berusaha melihat wajah HongEr.
"He kau ini, cepat pulang ke rumahmu, jangan berlarian ke sana ke sini yah" Hong berbicara dengan kutu itu, sepertinya kutu itu mengerti hingga ia mengepakkan sayapnya sebentar dan terbang menjauh dari tangan HongEr.
YanKe, Liao dan Pang yang agak menjauh dari Hong dengan posisi siaga tak percaya dengan apa yang mereka lihat, tapi itu memang benar terjadi, selama bertemu kutu bulan yang ganas baru kali itu melihat kutu itu pergi terbang tinggi dengan sendirinya.
NuEr yang sadarkan diri berusaha duduk, ia cemas melihat cadar wajah Hong yang perlahan jatuh hingga wajahnya terlihat.
"Y Yang Mulia" NuEr dengan cepat memeluk Hong membenamkan wajah pangerannya ke dalam bahunya saat tiga orang itu mendekat.
Matanya membelalak lebar saat melihat pedang panjang milik gadis itu terhunus di punggung HongEr.
"Sreett"
Pang juga mengeluarkan pedangnya.
######