webnovel

Kita Akan Mati, Tapi Tidak Hari Ini

Beruntung balon udara mengembang tepat waktu hingga penumpang yang duduk didepan tidak mengalami benturan. Sedang Lilian dan Arumi hanya mengalami benturan ringan dan sedikit serpihan kaca jendela mobil. Bayi Roseann mengeluarkan suara rengekan, Lilian melihat kebawah lalu bersyukur bayi itu masih tetap ada dalam dekapannya dan tidak tampak ada cedera. "Kita akan selamat melewati malam ini, jangan takut Pamanmu akan datang sebentar lagi" bisiknya lirih, ikut menguatkan dirinya sendiri. Air mata jatuh dalam diam.

Tiba-tiba terdengar deruman mobil dari arah belakang mereka.

"Mungkin ini akhirnya" kata Lilian dalam hati. Hanya tinggal satu dorongan, maka mereka akan jatuh kedalam jurang.

Tapi terdengar raungan lain dari arah depan sana, sesuatu yang terdengar terburu-buru. Suara Mesin yang dipaksa dipacu sampai batasnya.

Prast masih berusaha menyalakan mobil.

Lilian hanya memejamkan, Aryumi yang terlihat pucat, yang seakan darah tak mengalir kewajahnya tapi masih berusaha tak bersuara, walau airmata juga mengalir deras dipipi pucatnya. Didepan, Nadine memegang erat tangan Prast, berusaha menghilangkan takutnya.

Lampu mobil didepan sana semakin jelas, raungan suara mesin memekakkan telinga.

" Kita akan mati, tapi tidak hari ini " suara Prast terdengar lirih, darah mengalir dari keningnya tapi entah kenapa tak ada rasa sakit disana. Rasa sakit yang nyata kini terasa didadanya, tiga wanita yang bersamanya adalah wanita-wanita istimewa, dia kecewa pada dirinya sendiri. Jika ada sesuatu yang mengerikan terjadi pada mereka, saat ini jantungnya serasa diremas. Menyakitkan.

Ketika terdengar benturan keras, para gadis yang ada didalam mobil serentak memejamkan mata, menunggu akhir, tak ada jeritan. Tapi hati penuh dengan doa.

Setelah beberapa detik ketiga gadis itu membuka mata, terpana dalam sekejap. Memang terdengar suara benturan, tapi itu bukan mobil mereka. Bantuan tiba, akhirnya.

Satu lagi suara mobil datang dari arah depan sana, mungkinkah satu bantuan lagi datang? Bukan satu, sepertinya ada dua. Tuhan, akhirnya mereka tiba.

Tidak terdengar suara benturan lagi ketika dua mobil itu tiba, hanya suara decitan rem yang panjang. Berhenti di depan sana. Ada lima orang yang muncul dari depan sana, dengan kayu pemukul ditangan masing-masing. Satu mobil pemburu yang ada didepan juga belum bergerak, sama seperti mobil Prast yang mati mesin. Dua mobil pemburu dihantam oleh mobil bantuan yang pertama tiba, semua pemburu sepertinya tidak siap dengan bantuan yang datang tiba-tiba.

Suara kaca pecah terdengar dari luar sana. Lilian tidak perduli dengan dunia yang kacau di luar sana. Tatapannya bertemu dengan bayi yang ada dipelukannya. Bayi itu menatapnya, matanya seperti tersenyum kepada Lilian, lalu wajahnya didorong kedada Lilian, seperti bayi yang ingin menyusu.

"Bayi malang ini setelah melewati banyak hal, akhirnya dia haus" Suara Lilian memecah kesunyian didalam kabin. "Seperti dia saja yang menyetir sepanjang malam" sambungnya dengan sedikit lelucon.

Aryumi yang mendengarnya langsung menghapus air matanya, lalu berkata "Anak gadis, dada bibimu tidak ada isinya. Hanya ada sedikit perbedaan antara dadamu dengan bibimu" kata-kata Aryumi penuh ejekan.

Suara tertawa Nadine dan Prast pecah didepan. "Bram bisa membuatnya besar" Celetuk Prast tiba-tiba.

Suasana mencekam yang awalnya menyelimuti kini berangsur hilang, tapi tiba-tiba air mata mengalir deras dari mata Lilian. "Ya Tuhan, jika sesuatu terjadi padamu, apa yang bisa kukatakan pada ibumu" Lilian berkata perih sambil terisak-isak. Diciumnya kening bayi cantik itu sambil mempererat dekapannya.

Diluar sana terlihat orang-orang yang ditarik keluar dengan paksa dari dalam mobil, dua orang terlihat mengacungkan pistol kearah para pemburu. Tidak jelas apa yang dikatakan para pria diluar sana, hanya tampak satu pihak yang memukul dengan wajah tidak puas.

Terdengar suara mobil yang datang dari belakang.

"Akhirnya dia tiba juga " Suara Prast terdengar lega. Tiga wanita yang bersamanya serempak melihat kebelakang. Mobil yang datang meraung kencang, terburu-buru seperti terbang.

Melihat mobil yang datang akhirnya mendekat , Lilian berbisik dengan sedikit senyuman disudut bibirnya "Pamanmu akhirnya datang " ditelinga bayi mungil itu.

Suara decitan rem terdengar menyakitkan di telinga, mobil Bram berhenti tidak jauh dari mobil Prast. Bram langsung merasa lega ketika melihat mobil Prast masih utuh disana, dia lalu berjalan menuju anak buahnya dan mengatakan beberapa instruksi secara cepat.

Setelah selesai dengan urusan para pemburu Bram berjalan cepat menuju mobil Prast.