"obatin luka gue"
belum sadar dari keterkejutan nya, Daisy kembali terperanjat saat suara Arshaka kembali terdengar.
iya sih Arshaka tidak membentak atau marah marah, tapi jangan lupakan satu hal jika Daisy sedari tadi memasang alarm Waspada, apalagi ucapan Arshaka tadi yang tidak bisa di katakan lembut.
juga jangan lupakan bagaimana hubungan mereka sebelumnya.
Arshaka memutar bola mata jengah merespon keterkejutan Daisy, sedang Daisy hanya bisa menarik nafas sabar sembari menjawab perintah Arshaka.
"aku gak ada P3K, aku cari di UKS dul--"
"di meja pojokan bagian kiri, lo ambil"
Pandangan Daisy berpendar menuju setiap sudut, tepat nya di sudut belakang Arshaka, ada sebuah meja yang di atasnya terdapat beberapa hoody, tas, dan juga Kotak P3K, hampir saja Daisy tak melihat kotak itu karna tertutup hoody sebagian.
tanpa bertanya lagi Daisy melangkah cepat, bahkan bisa di bilang gadis itu berlari kecil karna ingat jika ia mungkin tak punya waktu banyak.
Daisy memilih berjongkok di di samping Arshaka, ia tak punya keberanian lebih dengan duduk di sofa bagian atas kepala Arshaka, bayangan tatapan tajam yang masih ia ingat dari lelaki di depan nya membuat Daisy bergidik takut.
Daisy meringis melihat luka luka di wajah Arshaka, memang bagian yang berdarah hanya pada hidung, sudut bibir dan pelipis Arshaka, namun lebam yang Daisy lihat hampir memenuhi wajah Arshaka, meskipun tak ayal luka luka itu masih tak mampu menutupi ketampanan seorang Arshaka.
Aisshh.. Daisy mendesis pelan karna fikiran nya yang malah berlarian kemana mana.
Tepat saat Daisy membersihkan darah yang mulai mengering di bagian hidung, lelaki itu turut memejamkan mata, Daisy kira Arshaka tengah menahan sakit, namun sedikitpun tak ada desisan sakit lelaki itu yang keluar.
bermenit menit hanya diam yang menguasai, Hingga geraman Arshaka terdengar saat Daisy mengobati luka di sudut bibir Arshaka.
Daisy rasa Arshaka kesakitan, bibir nya refleks memberikan tiupan pelan dan membuat netra hitam pekat itu terbuka lebar.
Arshaka tak pernah mengira jika respon spontan tubuh nya saat dingin nya alkohol itu menyentuh sudut bibir nya, akan membuat nya mendapat terpaan nafas hangat yang membuat tubuh nya menegang.
saraf otak nya seakan mati, membuat nya merasa hilang kendali hingga rasa panas itu menjalar menguasai udara sekitar.
Daisy masih tak sadar dengan perbuatan nya tadi, gadis itu dengan fokus mengobati luka Arshaka tanpa menyadari jika Arshaka meneguk ludah susah sembari membuang pandangan kelain arah.
Lelaki itu mencoba merileks kan tubuh nya kembali, jujur gadis di depan nya itu adalah orang pertama yang menyentuh bibir nya--meskipun itu hanya dengan telapak tangan.
tentu, memang nya siapa yang berani melakukan hal itu pada Arshaka.
"Lagian kakak berantem sama siapa sih sampe luka parah gini"
Ucapan Daisy membuat Arshaka menengok cepat dengan sebelah alis terangkat, suara gadis itu terdengar kesal.
Daisy sendiri yang baru sadar akan ucapan nya tadi menatap Arshaka gugup, ia gelagapan saat sadar jika Arshaka menatap aneh ke arahnya.
"A--e.. kalau gak mau jawab gak papa kak, a-anggep aja aku gak pernah tanya"
"Gue di jebak, Guntur Bajingan.. dia nyuruh anak buah nya buat ngeroyok gue, Dia gak terima waktu bos nya gue jeblosin penjara, nantangin gue by one tapi yang dateng 25 orang, heh.. dia fikir hanya 25 orang bisa bikin gue mati?. banci"
Daisy meneguk ludah susah saat merasakan Aura mencekam di sekitarnya, padahal ucapan Arshaka tak tertuju pada nya, lelaki itu hanya menceritakan apa yang tadi ia tanyakan.
Namun hanya seperti itu, Daisy dapat merasakan seberapa marah nya Arshaka saat ini. wajah lelaki itu terlihat menahan sesuatu yang akan menjadi bencana untuk seseorang kedepan nya.
Namun satu hal lain terselip dalam fikiran nya sekarang, bagi orang seperti Arshaka, lelaki itu tak mungkin menceritakan hal sebesar tadi dengan orang Asing.
apalagi untuk seseorang yang akan menjadi target kedepan nya seperti yang lelaki itu katakan, kemungkinan terbesarnya, apa Arshaka sudah bisa berdamai dengan nya?
Ah.. jika benar, Daisy benar benar bisa menghembuskan nafas lega sekarang.
setidaknya rencana awal nya untuk sekolah keluar dengan menikmati masa masa SMA nya --meskipun hanya setahun terakhir-- tak akan sia sia.
Dering yang berasal dari dalam tas hitam itu membuat kedua nya tersadar, Daisy yang tau jika suara itu berasal dari ponsel nya segera mengambil benda sejuta umat itu.
tertera nama salah satu body guard nya disana yang membuat Daisy meringis pelan.
Arshaka memicingkan mata penasaran, Siapa yang menghubungi gadis itu hingga membuat nya mengeluarkan Mimik sedemikian, orang tua nya kah?
"Siapa?" ia tak bisa mencegah bibir nya untuk bertanya, Daisy tak menjawab, gadis itu hanya bergerak merapikan penampilan nya dengan terburu buru bahkan tanpa menjawab talphone nya yang terus berdering.
"Kak, maaf banget aku gak bisa nunggu sampai temen kakak dateng, jemputan ku udah nunggu di depan, kakak kaki nya jangan lupa di obatin ok, bye kak"
Arshaka terdiam saat Daisy berbicara dengan wajah buru buru, gadis itu bahkan tak memberi nya kesempatan berbicara karna langsung pergi begitu saja setelahnya.
bibir nya terangkat sebagian, tangan nya mengepal karna bukan rasa marah yang kini ia rasakan, melainkan bibir berkedut menahan senyum, gemas dengan tingkah gadis itu.
dan kekehan nya tak bisa lagi ia tahan.
ia menggerakkan kaki, mengangkat alis nya sebelah karna rasa sakit nya seperti berkurang begitu saja.
Sial.. jadi memang benar tubuh nya yang mencari perhatian dengan Gadis itu tadi? padahal Arshaka bersumpah jika ia tak berniat melakukan nya, jika begitu, ia terlihat seperti seseorang dengan dua kepribadian sekarang.
Kaki nya menapak lantai, dengan tertatih berjalan menuju pagar pembatas dan melihat keadaan di bawah sana, tepat nya pada area parkir dimana gadis yang beberapa menit lalu mengobati luka nya itu kini masuk menuju mobil Honda Jazz hitam.
Arshaka masih sempat melihat seorang lelaki dengan kemeja putih berbalut jas hitam dan celana hitam.
Arshaka tau siapa lelaki itu dari sikap hormatnya pada Daisy.
manik nya masih terus mengawasi hingga mobil itu keluar dari area parkir sekolah.
senyum smirk nya keluar, seiring dengan kata kata yang tanpa sadar tergumam di bibir nya.
'mine'