Aryanka menggeleng pelan saat melihat kembaran nya itu tengah duduk anteng dengan kaki di perban juga beberapa plester di wajah nya.
saat ia datang ke rooftop sekolah setengah jam yang lalu, ia mendapati Arshaka yang tengah menyilangkan kaki santai sembari menatap ponsel nya tanpa peduli jika darah dari luka sobek di kaki nya terus mengalir meskipun tak terlalu deras.
hal gila yang sudah biasa Aryanka lihat dari saudara nya itu, namun satu hal yang membuat ia mengerutkan kening.
tiga plaster yang terpasang di wajah Arshaka, mustahil sekali jika kalian fikir Arshaka sendiri yang mengobati itu, kalaupun iya, kenapa saudara kembar nya itu tak turut mengobati luka di kaki nya, padahal ia dan Arshaka sama sama tau cara menjahit luka atas dasar perintah dari Daddy nya.
lalu pertanyaan nya sekarang, siapa yang sudah berhasil menempelkan plester itu di wajah Arshaka.
mustahil Anggota The Lion yang lain, karna sebelum tangan mereka menyentuh wajah Arshaka ataupun berjarak sepuluh centi meter dari wajah maha sempurna itu, Aryanka yakin, kembaran nya itu akan lebih dulu mematahkan tangan yang menyentuh nya.
"jadi.. lo masih gak mau cerita siapa orang yang udah ngobatin lo, gak mungkin mommy atau bunda kan?"
yang Aryanka maksud bunda adalah Andara--kedua cucu nya itu sepakat memanggil Andara seperti cara Daddy mereka memanggil, karna rasanya sebutan itu cocok sekali dengan Andara dari pada mereka harus memanggilnya Oma, terlalu tua untuk perempuan awet muda seperti Andara.
bahkan Langit sempat mengancam mereka dengan turut memanggil nya Papa memantaskan sebutan mereka untuk Andara, jika tidak maka siap siap saja nama mereka di hapus dari daftar Kartu keluarga Wiraguna.
"menurut lo, Mommy sama Bunda tau kondisi gue sekarang?" Tanya Arshaka dengan santai nya, lelaki itu bahkan tak mengalihkan pandangan nya sedikitpun dari Laptop yang berada di pangkuan nya.
"ya nggak lah" Jawab nya cepat, Arshaka mendapat luka tembak beberapa bulan lalu saja, kedua wanita yang menjadi ratu keluarga Wiraguna itu tak tau.
hanya Langit dan Raga yang tau, mereka sepakat untuk menyembunyikan nya karna tak ingin kedua wanita itu tak sadarkan diri untuk kesekian kali.
memang hanya Arshaka yang selalu memicu Adrenalin keluarga Wiraguna.
Arshaka mengendikkan bahu acuh, ia sama sekali tak berniat memberi tau tentang gadis itu pada Aryanka.
Aryanka menghela nafas, ya sudah lah, jika Arshaka memang mau seperti itu, bumi Gonjang Ganjing jungkir balik pun tak ada yang bisa merubah keputusan nya.
"Soal Gava gimana? lo udah fikirin tawaran dia buat jadi Anggota"
Arshaka menghentikan gerakan tangan nya.
ia menatap ruang kosong di depan nya cukup lama.
"menurut lo gimana?"
"Gue udah lama kenal walaupun cuman sebatas Say Hallo doank, dia adek dari Istrinya bang Az kan, gue rasa bagus juga kalau lo terima dia"
Arshaka mengangguk mengerti, namun terasa masih ada yang mengganjal di wajah tampan itu.
"sebenarnya gue mau rekrut dia jadi ketua The Lion Bandung, Lo tau sendiri Si Milan udah putusin buat turun jabatan karna harus pindah ke Mexico kan?"
Aryanka mengangguk mengerti.
"Boleh juga, gue denger dia juga udah pernah jadi anggota geng nya bang Azriel sebelum mereka putusin buat bubar"
"Biar nanti gue yang bicarain sama anak anak" Arshaka mengangguk setuju.
tentu, kalau saja ia yang mengatakan itu, Arshaka yakin kalau semua nya hanya mengangguk saja tanpa menentang, meskipun pasti akan ada pihak pihak yang tak setuju dan lebih memilih menyembunyikan nya.
Daisy menatap pantulan dirinya yang kini mengenakan dress floral berlengan spageti berbalut jaket jeans berwarna baby pink, tak luput rambut nya yang terkepang rapi hasil karya dari Mbak Sum--maid yang melayani nya disini.
Sore ini Daisy berniat ke toko buku, bukan untuk mencari buku sih, sebenarnya itu hanya Alibi yang ia gunakan agar bisa jalan jalan keluar.
yah.. meskipun ia harus puas dengan Syarat jika nanti Wajib di temani Bodyguard.
bahkan Papy nya tadi berniat mengirimkan dua Bodyguard lagi yang langsung tanpa panjang lebar ia tutup Panggilan nya.
Gila saja, ia hanya ingin ke mall, di kawal dengan seorang Bodyguard saja pasti sudah menjadi bahan omongan, apalagi tiga, pasti dikira Anak Presiden ia nanti.
merasa jika penampilan nya sudah cukup Daisy mengambil Sling bag yang sudah lebih dulu ia persiapkan.
Ia keluar dari kamar dan di kejutkan dengan keberadaan Ayus di depan pintu kamar nya.
Daisy menahan geraman nya dengan senyum dongkol, iya sih Bodyguard nya itu tak berniat mengagetkan, cuman siapa sih yang tidak terkejut jika berada di posisi Daisy sekarang.
"Mau berangkat sekarang nona?" dan tanpa merasa berdosa sedikitpun Bodyguard nya itu malah dengan santai mempersilahkan nya berjalan.
Daisy mengangguk saja, ia malas untuk menjawab, lebih baik jika ia bergerak cepat, rasa nya ia tak sabar untuk melihat dunia diluar sana.
tepat dua puluh lima menit kemudian mobil Jazz hitam itu memasuki Loby sebuah mall yang tak asing lagi bagi penduduk ibu kota.
tentu nya kecuali Daisy yang kini menyengir lebar dengan kelereng indah nya yang bergulir kesana kemari.
sedetik setelah Ayus membuka pintu, Daisy bahkan langsung melompat keluar yang hampir saja membuat Ayus refleks menangkap nya takut takut jika nona nya itu terjatuh.
beruntung respon Daisy bagus hingga membuat Ayus kembali menarik tangan nya sembari menahan umpatan dengan kepala menggeleng.
Kenapa ia sampai lupa jika nona nya se-banyak tingkah itu.
Astaga.. tau begini ia mengajak teman tadi, sekarang.. siap siap saja mengeluarkan tenaga Ekstra untuk lebih waspada menghadapi kecerobohan nona nya.
kelincahan Nona nya itu benar benar mengalahkan bocil TK.
Daisy sudah sibuk dengan kegiatan nya sendiri, ia bahkan melupakan Ayus yang mengikuti nya di belakang dengan wajah kecut.
"Nona hanya minta izin mencari buku tadi" Protes lelaki itu yang Daisy tak perdulikan sama sekali.
Gadis itu bahkan masih lincah melihat apa saja yang menarik perhatian nya.
Ayus ingin mengeluh dengan gerak aktif Daisy, apa Nona nya itu tidak ingat jika ia sudah mulai menua, Pinggang nya bisa encok kapan saja jika terus mengikuti nona nya seperti sekarang ini.
Puas berada di lantai satu Daisy bergerak cepat menaiki Eskalator menuju lantai dua, ia terkikik geli melihat Ayus yang mengikuti dengan wajah tertekuk dan nafas yang tak teratur.
Ah... Daisy kasihan, tapi ia tetap tak ingin menghentikan kegiatan nya, salah Ayus sendiri terlalu menuruti perintah Papy nya, toh ia tak akan kabur kemana mana.
senyum Daisy semakin cerah saat di lantai dua terdapat banyak stand makanan, dan Ayus harus menahan diri untuk tak menangis di tempat karna Daisy yang mulai memasuki toko satu persatu.
habis sudah ia pasti akan di pecat setelah ini, Axton paling tidak suka jika Daisy memakan makanan yang bukan di buat oleh maid di mansion nya.
Billioner itu mengatakan jika makanan itu tak bisa di pastikan aman untuk tubuh putrinya, tentu kalian tak lupa kan seberapa Possesiv nya Axton pada Daisy?
maka dari itu sebelum Daisy kembali memasuki stand penjual minuman yang tengah trand saat ini, Ayus sudah lebih dulu menahan tangan Daisy dan mengancam nona nya itu untuk melaporkanya pada Axton.
Di tambah kata kata pendukung untuk menakuti nona nya, beruntung Daisy masih punya takut hingga akhirnya gadis itu memilih memasuki toko pakaian dengan bibir mencebik dan memandang Ayus sebal.
Ayus mengelus dada Lega, sungguh ia lebih takut mendapat tatapan datar dari Axton dari pada tatapan tajam Daisy.
Brukk..
Dan gerakan tangan menyapu dada lega itu tak berselang lama karna kini nona nya sudah tersungkur diatas lantai bersama dengan paper bagnya yang berserakan.
berlari kecil Ayus menghampiri nona nya, ia meneliti lebih dulu keadaan nona muda nya itu, lecet sedikit saja, ia bisa mendapat luka lebam di seluruh wajah dari Axton.
"Nona tidak apa apa?" Daisy mengerucutkan wajah kesal, sakit sih tidak, malunya itu loh.. sampai ke ubun ubun, apalagi saat Daisy sadar jika kini ia menjadi pusat perhatian.
"Daisy?" Daisy mengalihkan pandangan kearah Pria yang ia tabrak tadi, iya.. dia memang tak sengaja menabrak seorang Pria tadi. namun, bukan nya pria tadi yang terjatuh, malah dirinya sendiri.
Sial.
"Om Math?" Lelaki paruh baya tampan yang mengambil beberapa Paper bag nya tadi mengangguk singkat.
Pria yang di panggil nya Math itu memberikan Paper bag nya pada Ayus yang di tatap protes oleh Daisy, sedang Ayus tersenyum penuh kemenangan.
Math tau jika bukan nya Ayus yang tak mau membawa belanjaan nona nya itu, namun Daisy yang tak ingin belanjaan nya itu di periksa Ayus, bisa hilang sebagian makanan nya nanti.
"Biar saya yang temani anak bandel ini pak" seru nya semnari menyapu puncak kepala Daisy pelan, bibir ranum gadis itu mengerucut namun tetap tak memprotes tindakan pria yang berprofesi sebagai Dokter Spesialis itu.
Ayus tanpa menyembunyikan wajah lega nya tersenyum ke arah Matthew, tangan nya bahkan dengan sigap mengelus dada lapang nya.
sok tersakiti dari tadi. padahal yang tadi jatuh juga Daisy.
Hadeeeehh...