webnovel

Kejadian

Daisy menjatuhkan diri pada kasur Queen size milik nya tanpa melepas seragam nya lebih dulu.

Manik nya memejam, dengan raut wajah kusut dan kening yang mengerut mengingat kejadian kejadian buruk di sekolah tadi.

kenyataan nya benar benar di luar rencana, ia hanya ingin sekolah dengan tenang sembari menikmati masa masa remaja yang tak pernah ia dapat kan sebelum nya.

Daisy lelah dikurung layak nya seorang Rapunzel di Istana, ia ingin hidup bebas, meskipun mustahil karna Bodyguard Papy nya yang 24/7 selalu mengawasi nya.

namun pertemuan nya dengan Arshaka merubah segala nya, Daisy yakin jika untuk beberapa bulan ke depan ia tak akan bisa menghirup udara dengan bebas.

Untuk mengatakan pada Papy nya agar ia pindah sekolah pun percuma, bahkan mustahil rasanya. ia yakin Papy nya itu akan memberi pilihan untuk tetap lanjut sekolah atau kembali Homeschooling.

sekolah dirumah adalah hal yang tak pernah ingin untuk ia ulangi lagi.

Hembusan nafas kesal Daisy kembali terdengar, kali ini gadis itu menatap Langit langit kamar Apartmand nya dengan tatapan datar.

Yah.. setelah Papy nya menyetujui nya sekolah, Papy nya itu juga membelikan Apartmand untuk nya, Alasan nya untuk berjaga jaga, takut jika seandainya ada seseorang yang mengikuti Daisy dan mengetahui Identitas nya.

Tapi tetap saja, tak ada yang berbeda dari saat ia berada di Mansion, baik dulu ataupun sekarang, Daisy jarang bertemu orang tuanya, ia tetap di layani dengan 2 maid yang tinggal di Apartmand nya, juga 1 Bodyguard yang selalu standbay layak nya scurity di mansion.

gedung Apartmand ini juga milik keluarga Dexton sendiri, Daisy merasa memang semua nya masih sama, anggap saja jika Penjara Daisy sekarang di pindahkan menuju Apartmand ini.

kecuali kenyataan jika sekarang ia belajar di sekolahan pada umumnya, jiga jangan lupakan ia yang menjadi target seorang Arshaka.

Membayangkan nya saja membuat Daisy merinding ngeri.

melangkah menuju jendela kamar nya, Daisy membuka benda berkaca itu lebar. posisi nya yang berada di lantai 20 membuat nya bisa menatap apapun di bawah sana dengan Puas.

Jalanan yang merayap padat juga tak luput dari pandangan Daisy.

meskipun udara di sana tak sejernih udara di daerah pegunungan yang entah bagaimana perbedaan nya-- karna ia juga tak pernah ke sana, Daisy menghirup rakus Oksigen yang ada.

menghembuskan nya perlahan seakan itu dapat merubah kenyataan apa yang terjadi sekarang.

manik nya menengadah ke atas, menatap pada awan awan yang mulai bergumul menciptakan mendung.

Hujan akan datang, satu kenyataan yang membuat Daisy menutup rapat jendela kamar nya.

ia benci hujan, karna di saat itu semua impian nya hilang, kebahagiaan nya di renggut walau nyatanya ia hanya bisa tersenyum paksa.

Daisy benci hidup nya yang penuh dengan topeng, menutupi setiap sakit yang ia rasakan sendirian, melalui setiap kecewa dengan meringkuk di dalam kamar, berpura pura bahagia dengan senyum palsu yang selalui bisa ia andalkan.

Daisy, tersenyum miris dengan kehidupan nya yang penuh kepalsuan.

****

Hari ini nampaknya dewa keberuntungan memang tengah berpihak pada Daisy.

Entah Doa apa yang Daisy panjatkan semalam hingga tuhan berbaik hati dengan tidak mempertemukan Daisy dengan Arshaka hari ini.

Lelaki itu entah apa alasan nya tidak masuk kelas, padahal Aryanka--lelaki yang menolong nya kemarin, yang Daisy tau dari Kristal jika sebenarnya mereka adalah saudara kembar--sudah duduk anteng di bangku nya dari lima belas menit sebelum bel masuk.

Rasanya Daisy benar benar ingin tersenyum sepanjang hari, ia lega Arshaka absen hari ini, ia jadi bisa bergerak kesana kemari dan bernafas dengan tenang, tidak seperti kemarin yang untuk bernafas saja seperti tengah membuat kesalahan.

berkat ketidak hadiran Arshaka juga, Daisy merasa jika semua orang di kelas lebih ramah hari ini. bahkan Daisy mengenal beberapa teman sekelasnya meskipun itu hanya beberapa.

Dering pada ponsel yang berada dalam tas nya membuat Daisy menghentikan langkah.

Jam 14.20, dan kegiatan belajar mengajar sudah selesai hari ini.

Nama bodyguard yang sekaligus merambah sebagai pengawal pribadi nya itu tertera.

Untuk hari ini, karna mood nya sedang bagus, Daisy tak mengoceh lebih dulu--seperti yang biasa ia lakukan--melainkam langsung mengangkat panggilan itu.

Daiay yakin jika Bodyguard nya itu hanya mau memberi tau jika sudah sampai.

"Hallo, ada yang bisa di bantu, maaf tuan, toko kami sedang tidak menerima pesanan hari ini" di sebrang sana Ayus--body guard yang Papy Daisy perintahkan untuk menjaga putri 24/7 itu--memutar bola mata malas, berseru lebay dalam hati mendengar respon sang nona.

"Maaf nona, kemungkinan saya akan terlambat datang, nona Daisy tinggal dulu di dalam sekolah, jangan keluar dari gedung karna ada tawuran antar pelajar tak jauh dari lokasi sekolah nona" mulut Daisy membulat merespon, gadis itu mengangguk saja sembari memutar langkah kembali menuju koridor.

"Ok, Daisy tunggu di koridor lantai satu, tapi jangan lama ya om, kalau nggak Daisy bakal nekat terobos dan pulang naik Taksi, Horee..." Daisy cekikikan sendiri saat umpatan kasar samar samar ia dengar, pasti Bodyguard nya itu semakin kesal karna ancaman tersirat dari Daisy, hukuman Papy nya memang tidak main main bagi yang lalai menjaganya.

"Jangan nekat nona, Saya usahakan sepuluh menit lagi akan sampai, ingat apapun yang terjadi jangan keluar dari sana"

Daisy tak menyaut, ia hanya mengendikkan bahu yang pasti nya tak dapat Bodyguard itu lihat sebelum akhirnya menutup sambungan.

Daisy yakin jika sesampai nya Ayus nanti, Bodyguard nya itu akan teelihat ketus pada nya.

Masa bodoh lah, habis.. Daisy kan tidak suka menunggu, walaupun nyatanya hidupnya memang selalu berkaitan dengan kata menunggu--menunggu ia akan bebas dari orang orang yang seakan memenjarakan nya--tapi tetap saja ia tak suka itu.

mendongak kan kepalanya ke atas, Daisy dapat melihat sebuah beton pembatas yang cukup tinggi di atas lantai tiga.

Artinya gedung ini mempunyai rooftop bukan? senyum Daisy mengembang karna itu.

tanpa berfikir sedikitpun Daisy langsung berlari kecil, ia sangat suka ketinggian, tentu bukan ketinggian yang memicu adrenalin seperti Panjat tebing atau semacam nya.

Alasan nya sederhana, karna ia dapat melihat apapun yang terjadi di bawah sana diam diam, terkadang Daisy bisa terhibur dengan kelakuan para body guard ataupun para maid nya saat saling bercanda dari balkon kamar, atau juga menyaksikan keindahan lampu di malam hari yang menggantikan peran bintang.

nafas Daisy memburu saat manik nya menatap pintu kayu coklat yang berada di ujung tangga, namun senyum lebar nya turut terlihat menandakan jika ia tak menyesal sama sekali.

tanpa berniat mengambil nafas sedikit pun Daisy menerobos pintu kayu itu hingga menjeblak sempurna.

tangan nya terentang dengan kekehan nya yang turut keluar sembari berlari ke arah beton pembatas.

dapat ia lihat puluhan atau mungkin ratusan kendaraan yang tak mau mengalah satu sama lain menghadapi kemacetan.

Daisy terkekeh kecil saat membayang kan bodyguard nya menjadi salah satu dari ratusan orang yang tengah menahan umpatan karna kemacetan disana.

padahal mah Daisy aman aman saja, bahkan sama sekali tak keberatan meskipun menunggu untuk setengah jam kedepan.

ringisan pelan yang masuk kedalam indra pendengar nya membuat Daisy membalikkan badan.

manik nya mengedar, menatap sekitar namun tak melihat seorang pun disana.

hanya ada beberapa bangku rusak tak terpakai juga potongan potongan balok kayu tak tertata.

Daisy menggeleng pelan, jelas ia hanya sendiri, jangan sampai halusinasi nya tadi membuat nya tak bisa menikmati cuaca cerah siang ini.

Oh.. Ayolah, terakhir ia mengalami kejadian yang sama kemarin, ia harus berurusan dengan seorang Arshaka, sekarang apa lagi?

Daisy kembali menatap pemandangan di bawah sana, beberapa kendaraan sudah mulai bergerak teratur.

tangan nya terentang saat angin berhembus, membuat rambut Coklat nya menari bersama hembusan angin yang menerpa.

Namun lagi lagi, ketenangan nya terusik dengan suara ringisan, kali ini di iringi dengan suara batuk pelan yang membuat Daisy yakin jika ada orang lain disana.

pandangan Daisy Jatuh pada tumpukan bangku rusak, ada yang aneh disana, suara yang Daisy dengar berarah pada sesuatu di balik bangku bangku itu.

Daisy menipiskan bibir, berharap jika sesuatu disana hanyalah sebuah kucing yang ingin mencari perhatian.

Namun SHIT... Bagaimana bisa seekor kucing terbatuk seperti tadi.

Daisy merutuki ke kepoan nya, logika nya mengatakan jika ia sebaik nya menjauh, namun itu semua kalah dengan rasa kepo yang meminta nya untuk mendekat.

Hal pertama yang ia lihat saat posisi nya hanya berjarak lima langkah dari bangku bangku itu adalah sebuah kaki berbalut celana dengan warna yang sama dengan rok milik nya, juga tak lulut sepatu putih berlogo Adidas yang masih terlihat baru.

Daisy menelan ludah, kaki itu menapak, oke.. setidaknya Daisy cukup lega karna yang disana bukan sejenis Makhluk melayang.

kali ini Daisy tak menghilangkan langkah ragu nya, namun penampakan seseorang di balik sana membuat Daisy tak bisa menahan pekikan dengan mata melotot sempurna.

Demi apapun ia tak menyangka apa yang saat ini ia lihat.

****