Bel Masuk terdengar tepat saat Daisy melewati pagar, hembusan nafas lega nya turut keluar, pagi tadi ia memang terlambat bangun, beruntung ia masih bisa datang sebelum bel berbunyi.
menuju kelas nya berada, Daisy bisa melihat saat murid murid lain masih berkeliaran di koridor, wajar saja, mereka akan mulai masuk jika guru yang mengajar sudah terlihat.
Suara obrolan ramai menjadi yang pertama ia dengar saat Daisy memasuki kelas nya.
mengedarkan pandangan nya sebentar hanya untuk melihat siapa saja yang hadir, kenyataan saat ia menjadi pusat perhatian membuat nya refleks tersenyun tipis, ada yang membalas dengan senyum serupa, namun ada pula yang melengos begitu saja, rata rata mereka para siswi yang sedang bergerombol menceritakan gosip gosip trending hari ini.
Daisy berjengit saat pandangan nya menatap Arshaka yang sudah duduk dengan merebahkan kepala di meja, tak luput earphone yang terpasang di kedua telinga.
manik lelaki itu memejam dengan posisi menghadap ke kanan, tepatnya ke sisi dimana ia berada sekarang.
Daisy kira Arshaka tak akan hadir mengingat luka luka lelaki itu yang menurutnya cukup parah kemarin.
nanun kenyataan itu tertelan begitu saja saat melihat Arshaka sudah lebih dulu tiba dari pada diri nya.
Daisy berdehum pelan, tangan nya menarik kursi dengan berusaha tak menimbulkan suara.
ia melepas tas yang menggantung di pundak nya sesaat setelah ia duduk dengan nyaman, manik nya melirik ke arah Aryanka, Daisy sadar jika lelaki itu tengah melirik ke arah nya dengan senyum tipis misterius.
Daisy yakin itu karna percakapan mereka kemarin. Daisy terganggu namun ia berusaha bersikap masa bodo.
suara ketukan sepatu pentofil yang beradu dengan lantai membuat suasana mulai senyap dengan beberapa orang yang berlari cepat menuju tempat duduk masing masing.
Daisy melihat ke arah guru berkepala plontos yang memasuki kelas.
baru satu kali lihat, namun Daisy yakin jika guru yang kini menaruh tas nya di atas meja itu termasuk ciri ciri guru killer yang di takuti oleh rata rata murid.
Daisy menatap kesamping, tepat nya pada Arshaka yang masih menelengkupkan kepala dengan posisi miring menghadap nya.
ringisan nya terdengar pelan, Daisy tak ingin berurusan dengan Arshaka lagi, mereka tak sedekat itu sampai sampai ia berani membangunkan Arshaka.
peribahasa nya, ia tak ingin membangunkan macan yang tengah tertidur.
kembali menatap guru tadi yang kini fokus dengan Laptop nya tanpa memberi sapaan lebih dulu, manik Daisy bergulir menatap Aryanka yang kini mulai mengeluarkan buku.
"Pssttt.. Aryan" bisik yang terdengar membuat Aryanka menengok, ia menaik kan alis nya sebelah saat sadar siapa yang memanggil nya, alih alih menjawab, lelaki di sebelah nya itu hanya merespon dengan dehuman pelan.
"ini kak Shaka gimana? gak mau kamu bangunin, entar dia di tegur guru"
Aryanka menatap Arshaka sekilas, ia tersenyum tipis sembari mengangkat bahu acuh.
sedang Daisy mendesiskan bibir kesal, apalagi saat melihat guru itu tengah memindai para murid nya, refleks Daisy memiringkan tubuh, menutupi badan Arshaka agar tak terlihat oleh manik berbingkai kaca mata minus itu.
"Buka paket halaman 56"
Daisy menghembuskan nafas pelan, ia kembali menatap Aryanka, sayangnya lelaki itu masih tak acuh dan memilih membuka buku milik nya sendiri.
takut takut, Daisy melirik kearah Arshaka, Dan Hell.., mau tak mau ia harus mengakui jika sekarang ia berada pada dua masalah sekaligus, pertama Arshaka yang tertidur, dan kedua ia yang masih belum mempunyai buku paket.
mungkin untuk materi yang di ajarkan Daisy sudah mengerti, namun ia tak ingin mendapat teguran hanya karna dianggap tak menghormati guru.
cara satu satu nya yang bisa otak nya fikirkan hanya dengan membangunkan Arshaka dari tidur nyenyak nya.
Huh..
Daisy menggoyangkan lengan nya, membentur pelan lengan Arshaka berharap jika lelaki itu terbangun.
ia lakukan itu berkali kali, desisan kesal nya tak mampu ia tahan saat Arshaka bahkan tak bergerak sedikit pun.
tanpa Daisy tau Aryanka memiringkan tubuh membelakangi Daisy agar gadis itu tak melihat senyum geli nya.
Astaga.. ia yakin kembaran nya itu hanya pura pura.
Daisy beralih menepuk lengan Arshaka, tak keras namun juga tak sepelan sebelum nya.
nihil, tak ada pergerakan, rasanya Daisy ingin menjambak rambut Arshaka sekarang, untung nya Daisy masih sadar jika yang berada di samping nya itu manusia jelmaan macan kumbang, Daisy tak ingin mengambil resiko kembali.
Manik grey nya kembali bergulir menatap Guru yang menulis rumus kimia di depan, ah.. tentang Redox, Daisy sudah hafal dengan materi satu itu.
"kak Shaka" gemas dengan Arshaka yang masih tak bergerak, Daisy mencoba peruntungan dengan menyicitkan nama Arshaka, tak luput telunjuk nya menusuk lengan lelaki itu.
Sekali lagi tak ada pergerakan, Daisy menggeram kesal, kali ini ia dengan berani menjambak rambut Arshaka, mungkin lebih tepat nya jika ia tak sadar dengan apa yang tangan nya lakukan saat ini.
Sampai saat Arshaka mendongak dengan manik tajam karna tarikan kuat di rambut nya membuat Daisy mengerjapkan manik nya terkejut.
Manik nya bergulir menatap tangan nya yang lancang bertindak tanpa sepengetahuan nya, spontan ia melepas tangan nya, berganti dengan senyuman canggung yang di ikuti dengan meneguk ludah susah.
'kalau ini sih cerita nya bukan bangunin macan kumbang dari tidur nya doang, tapi ngibarin bendera perang juga, aduh.. mampus'
"berani lo jambak rambut gue" Arshaka berkata dengan geraman nya.
Daisy tergagap di tempat, apalagi saat sadar jika ia dan Arshaka sudah menjadi bahan tontonan kelas, Astaga.. Daisy ingin menangis rasanya.
Ia tak tau apa yang akan Arshaka lakukan setelah ini, jadi dari pada memperburuk keadaan, Daisy memilih diam dan menundukkan kepala.
masalah nya selain ia takut dengan amukan Arshaka, saat ini ia juga menjadi tontonan kelas--tak terkecuali guru berkepala plontos yang megajar, bisa hancur dua kali harga diri nya jika ia melawan.
Arshaka menghembuskan nafas lelah, ia tadi memang berniat menjaili Daisy, ia tak benar benar tidur, ingin tau apa yang akan di lakukan oleh gadis yang sudah lancang mengganggu fikiran nya semalam.
namun gerakan tangan yang menarik rambut nya tadi membuat nya terkejut, Jangankan anggota The Lion, Aryanka saja tak pernah ia izinkan menyentuh rambut nya.
namun melihat binar takut di mata gadis di sebelahnya itu membuat kemarahan nya tadi surut begitu saja, ada rasa tak terima saat ketakutan itu ada apalagi karna dirinya.
"kenapa?"
Daisy melarikan pandangan ke segala arah, lebih tepat nya melihat kesemua penghuni kelas yang masih menjadikan nya dan Arshaka tontonan.
"LO SEMUA PADA GAK ADA KERJAAN LIATIN GUA? SOPAN SANTUN LO PADA ILANG? GURU DI DEPAN LIATIN NYA KE BELAKANG?"
Semua Diam. tak ada yang menjawab selain gerakan terburu buru semua orang yang kini memandang kedepan, bahkan Pak Arul--guru yang mengajar--sempat berdehum canggung sembari mengalihkan pandangan, ucapan Arshaka ia anggap sebagai sindiran kuat untuk nya.
Tak terkecuali Daisy, gadis itu sampai tersentak mendengar suara Arshaka yang terdengar keras di telinga nya, salahkan dia yang memancing amarah Arshaka, fikir nya.
"Kenapa?" Suara itu terdengar beberapa kali lebih pelan dari pada biasa nya, Daisy yang mendengar nya menengok cepat, takut takut jika pertanyaan lelaki itu bukan untuk nya.
"kenapa lo bangunin gue?"
Daisy berdehum singkat mengumpulkan suara nya yang mendadak hilang.
"ada guru kak"
mata lelaki itu memicing, terasa sedikit terganggu.
"Nama gue Arshaka" Daisy fikir pendengaran Arshaka terganggu karna baru sadar dari tidur nya, namun ia sadar jika Arshaka mengira ia tak tau nama nya.
"iya, Kak Arshaka, aku tau"
"Panggil gue Arshaka"
Oke.. itu artinya Arshaka keberatan di panggil kak.
Daisy berdehum, sembari mengangguk mengiyakan.
"kenapa bangunin gue?"
Apa Arshaka marah? tidak.. Daisy yakin tidak begitu, nada Arshaka tidak seperti saat kemarin mereka di toilet atau saat kejadian di koridor hari itu.
mereka tak tau jika seseorang di samping kanan Daisy tengah mencibir sembari memutar bola mata malas.
"Ada guru" kening Arshaka mengerut.
"terus?"
"kakak--kamu gak takut di tegur" badan Arshaka menegak, hell.. apa gadis itu bilang, takut? sejak kapan hanya seorang pak Arul bisa membuat nya takut, yang ada sebaliknya.
"keluar dari kelas sekarang pun gue gak takut, ganti pertanyaan, emang lo fikir pak Arul, tuh guru berani marahin gue?"
Daisy membulatkan manik nya terkejut, ah.. dia melupakan kenyataan siapa Arshaka sebenarnya.
mana ada orang yang berani berurusan dengan orang macem iblis kayak Arshaka.
"Shaka sih nyeremin" seru Daisy tanpa sadar, namun hal itu malah membuat Arshaka tersenyum tipis.
"udah? gue mau lanjut tidur"
"Eh--" Daisy baru tersadar dimana ia sekarang, nyatanya sedari tadi ia lupa jika kini masih jam pelajaran dengan Pak Arul yang sesekali melirik nya dan Arshaka.
Astaga...
"pinjem buku, boleh?" Daisy bertanya takut takut, ia tak yakin Arshaka membawa buku yang ia maksud melihat tas lelaki itu yang terlihat begitu tipis, mungkin hanya berisi satu buku tulis.
Arshaka tak menjawab, melainkan ia yang bangun dari kursi dan meminta Daisy memberi ruang untuk nya keluar.
Tuh.. kan, Daisy bilang apa, lelaki itu pasti tak akan perduli.
Namun belum sempat Daisy kembali terduduk, Arshaka sudah lebih dulu kembali ke tempat duduk nya dengan menaruh sebuah buku paket yang ia maksud tepat berada di meja nya.
Tunggu.. Dari mana Arshaka--
Manik Daisy beralih menuju Aryanka, ia mengerjapkan manik nya tanpa sadar sebelum akhir nya menyengir kaku saat melihat Aryanka dengan sorot kesal menatap ke arah Arshaka yang malah masa bodo dan kembali merebahkan kepalanya ke atas meja.
Arshaka itu benar benar, Daisy tak punya kata kata yang tepat untuk menafsirkan bagaimana seorang Arshaka.
Namun yang pasti, kejadian tadi membuat Daisy lagi lagi menjadi pusat perhatian, membuat gadis itu memilih kembali duduk dan mulai mendengarkan penjelasan pak Arul.
Daisy tak tau saja, jika saat ini semua siswi yang ada di kelas itu menahan pekikan. ingin menggantikan posisi Daisy mendapat perhatian sang pentolan sekolah.