Daisy menatap satu persatu buku yang di tata berjajar dari rak rak yang dilewati nya.
Matthew benar benar menemani nya seperti yang lelaki itu katakan tadi, pria paruh baya yang memilih hidup sendiri setelah kandas nya hubungan nya dengan sang kekasih lima tahun yang lalu itu tengah berjalan di samping nya sembari turut melihat lihat.
Jika di fikir fikir, Daisy sebenarnya heran, apa yang membuat mantan kekasih Matthew memutuskan lelaki itu, padahal jika di lihat lihat, Matthew termasuk jajaran lelaki berlebel mendekati sempurna.
Pria itu tampan meskipun sudah berumur di atas empat puluh tahun. Kaya? jangan ditanya, dia cucu dari keluarga Levandra, pemilik rumah sakit terbesar di Amerika. dia juga mapan, memiliki badan tegap yang kata anak anak zaman sekarang Pelukable banget.
Sungguh.. sangat disayangkan jika Matthew harus melajang seumur hidup.
Kalian ada yang tertarik daftar? silahkan hubungi mimin dulu.
langkah Daisy berhenti saat pandangan nya menatap sebuah buku bersampul putih lumayan tebal.
Buku pelajaran kah?
No.. kalian salah besar, dari dulu ia sudah harus berkelut dengan buku pelajaran setiap waktu, jadi jangan salahkan ia jika sekarang lebih memilih tertarik pada novel fiksi di tangan nya.
"Suka?" Daisy menengok pada Matthew yang bertanya, ada sebuah buju Ensiklopedia di tangan lelaki itu. Cocok sekali dengan Profesi nya yang merupakan seorang Dokter.
"gak tau, cover sama sinopsisnya menarik" Matthew mengangguk, tangan nya mengambil buku yang masih berada dalam pelukan Daisy.
"biar Om yang bawa" Daisy hendak menolak, namun Matthew melangkah lebih dulu, ia memilih mengendikkan bahu dan kembali membawa jari nya menyusuri buku di rak yang sama.
Tangan nya hendak menarik kembali buku bersampul biru yang mencuri perhatian nya, namun ada tangan lain yang lebih dulu menarik nya, membuat Daisy tanpa sadar menghembuskan nafas jengkel dan membuat lelaki di samping nya menengok.
"Kara?"
Daisy mendongak, wajahnya tak mampu menyembunyikan keterkejutan saat sadar jika lelaki di depan nya adalah--
"Aryan?"
Aryanka berdehum mengiyakan, ia fikir Daisy masih belum terlalu hafal dengan nama nya.
"Lo sendiri?" Daisy menggeleng, dagu nya mengendik pada Matthew yang tengah duduk di kursi baca dengan kaca mata yang sudah membingkai manik nya.
"Bokap lo?" Daisy mengulum senyum, ya kali Papy nya, batin nya tertawa geli.
"Bukan, dia Om ku" Aryanka membulatkan mulut, setelah nya ia memilih kembali membuka buku yang tadi ia ambil, ia dan Daisy bukan teman yang seakrab itu hingga bisa mengobrol panjang.
"Oh ya, By the way Ar, keadaan Kak Shaka gimana? kaki nya udah di obatin"
Sampai pertanyaan itu terdengar membuat Aryanka mengerutkan kening.
setaunya kemarin Arshaka di rooftop hanya sendiri, dan tentu tak ada yang tau keadaan Arshaka kecuali dirinya dan para Anggota The Lion yang lain.
Atau..?
Ah.. senyum smirk Aryanka tercipta membuat Daisy yang sebelum nya memandang bertanya kini mengerutkan kening.
ia salah bertanya kah?.
"Lo yang obatin luka Arshaka"
"iya--eh..?"
Gotcha.
rasanya Aryanka tak bisa menahan senyum saat ini.
"kenapa bisa Lo--"
"Daisy? udah?" Daisy yang tengah menggigit jari nya gugup menatap ke arah Matthew yang sudah berada di depan nya.
Ah.. Setidaknya ia tak perlu menjawab pertanyaan Aryan, salah bicara sedikit saja, ia bisa habis di tangan Arshaka.
"Udah kok Om, Engg.. yaudah kalau gitu kita langsung balik aja takut Om Ayus nunggu nya lama, Ar aku duluan ya"
Aryanka tak menjawab, ia hanya tersenyum tipis sembari menatap kepergian Daisy yang terlihat terburu buru.
So.. Dia memegang kartu As sekarang.
Rasa pusing yang ia rasakan membuat gadis yang kini mengenakan dress tidur nya itu memejamkan mata.
tangan nya saling mengepal erat, menahan rasa sakit yang sudah entah keberapa kali nya dalam sebulan ini menyerang.
tangan nya terangkat, meraba kening nya memastikan jika tak ada perubahan suhu pada badan nya.
tidak hangat, namun serangan dingin yang tiba tiba terasa membuat gadis itu menaikkan kaki, membawa tubuh nya kedalam selimut.
tubuh nya menggigil, namun keringat dingin keluar secara deras.
Gejolak pada perut nya turut menyiksa, gadis itu meringis, membawa tubuh nya meringkuk dengan mata memejam.
berharap jika esok, sakit itu tak kembali mendera dalam waktu yang panjang.
"Nona yakin tidak apa apa, wajah nona sedikit pucat, saya akan urus surat absen nona jika memang nona sedang sakit"
Daisy mendesis kesal, menatap malas pada Ayus yang sedari tadi tak berhenti bicara dengan topik yang sama.
"Om bisa diem nggak sih, Daisy baik baik aja, yang ada kalau om gak diem, telinga Daisy bakal pengang gara gara denger suara om mulu"
Ayus berdehum canggung, oke.. mungkin suasana hati nona nya sekarang sedang berada dalam mode tak ingin di ganggu.
Ayus hanya khawatir, sepuluh tahun lebih bekerja pada keluarga Dexton, membuat nya turut menyayangi nona kecil nya yang kini mulai beranjak dewasa.
Mobil Jazz hitam itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah Angkasa, Daisy yang sedari tadi terdiam mulai mengangkat pandangan bersamaan dengan helaan nafas nya yang keluar.
"Maaf yang tadi, Daisy cuman lagi bad mood"
Ayus tersenyum kecil, tanpa menjawab lebih dulu, ia keluar dan membukakan pintu untuk Nona nya.
"Hari ini saya harus ke mansion sebentar untuk menemui tuan Axton Nona, saya harap nona bisa menjaga diri di sekolah selama saya tidak mengawasi, jam pulang Nona akan saya jemput"
Daisy mengangguk saja, selanjut nya ia mulai memasuki area sekolah dengan Ayus yang juga membawa kuda besi itu pergi.
------
Assalamu'alaikum, Izinkan aku sebagai penulis baru di webnovel ini memperkenalkan diri, Kalian bisa memanggil ku Vee or Vi terserah kalian.
Terima kasih untuk kalian yang sudah meluangkan waktu membaca cerita Daisy dan Arshaka. aku berharap setidak nya cerita ini bisa sedikit menghibur kalian.
Dan untuk kalian yang suka cerita Daisy Terakhir, Jangan lupa untuk kasih Vote atau apapun untuk menghargai Karya ku ya.
Warm Regards
Salam sayang
Vee