21+++
Tobias mengeraskan rahangnya saat mendengar permintaan itu. Dia tidak semudah itu melepaskan wanita cantik di hadapannya ini. Tapi, bukan Tobias namanya jika ide licik tak terlintas di otaknya.
Tobi tersenyum lembut, matanya menatap ke dalam iris mata Berly. Lelaki tampan itu meraih dagu Berly, "Ada syaratnya."
Berly berusaha menetralkan degup jantungnya saat Tobi menatapnya tajam.
"Menikahlah denganku."
Berly mengerjapkan matanya. Untuk sesaat dia tersesat. Menikahlah denganku. Kepala Berly menggeleng cepat, "Tidak bisa. Aku tidak mau."
"Kau seharusnya tersanjung diantara banyaknya wanita hanya kau yang ku inginkan!" Tobi menggeram. Dia menghempaskan paksa tubuh Berly ke kasur. Tobi menggenggam kedua tangan Berly di atas kepala. Bibir seksi Tobi mulai menciumi setiap inchi wajah cantik Berly.
"Kau gila!!" Berly berteriak hingga suaranya mengagetkan penjaga di luar kamar. Berly menendang perut Tobi dengan lututnya hingga lelaki itu terlempar ke lantai.
Berly mencoba membuka pintu berwarna cokelat tua itu. Tapi tidak bisa.
Shitt! Di kunci.
Mata Berly dengan cepat mengelilingi ruangan itu. Tidak ada jalan keluar lain selain pintu. Hanya jendela besar. Kamar ini letaknya terletak di lantai tiga. Demi apapun dia tak peduli jika harus mati. Lebih baik begitu dari pada harus membagi tubuhnya untuk lelaki lain selain Gavriil.
Berly melemparkan meja yang terbuat dari kayu ke arah kaca besar itu. Dan Praangggg, suara pecahan kaca terdengar menggema memenuhi kastil itu.
Para penjaga dan prajurit pun segera bersiap diluar. Menatap ke arah kamar yang merupakan kamar pribada dari Tuan mereka. Terlihat seorang wanita cantik berambut panjang hendak melompat namun perempuan itu seperti di tarik kembali oleh sesuatu.
Tobias menarik tangan Berly dan melemparkannya dengan keras membentur dinding.
"Kau bosan hidup. Hahh!!!"
"Lebih baik aku mati daripada melayani kamu!"
Tobi mencengkram rahang Berly dengan sangat kuat, "Kau kira menyembuhkanmu dari belati agung itu mudah?!!" suara tenang Tobi membuat suasana semakin tak terkendali.
Tobi melepaskan cengkramannya dengan kasar. Matanya melihat rahang wanita itu membiru.
Kekuatan Tobias di atas rata-rata. Oleh karena itu ia di tunjuk untuk menjadi Tuan di sini. Di negara yang namanya tak tercetak dalam peta. Di negara yang isinya adalah makhluk yang telah terbuang.
Negara Tuvalu.
"Maafkan aku," Tobi mengelus pelan tulang pipi Berly kemudian mengecup setiap inchi dagu Berly hingga ke leher.
Berly menutup kedua matanya, dia menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara desahan yang akan keluar dari mulutnya.
Bohong bila Berly mengatakan ia tak bergairah. Sentuhan Tobi amatlah lembut membuat bulu halus ditangan dan kakinya berdiri tegak. Merinding. Setiap sapuan nafas yang dihembuskan melalui hidung dan mulut Tobi membuat Berly lemas. Kakinya serasa ingin melayang.
Tobi dengan sigap memegang pinggang Berly. Bibir Tobi mengecup lembut bibir Berly yang basah terkena air mata. Satu kecup, dua kecup dan kemudian berubah menjadi lumatan yang menuntut.
"Ahh"
Desahan Berly lolos saat jemari kokoh Tobi bermain di area intimnya.
Mendengar desahan itu membuat Tobi kehilangan kendali. Gairah nya amat memuncak. Terlihat dari sesuatu yang menonjol di balik celana panjangnya. Sesuatu yang besar.
Tobi menyeringai saat Berly mulai membalas lumatan bibir mereka membuat gairah Tobias semakin meningkat.
Tangan Tobi bergerilya membuka pakaian Berly menyisakan kain yang menutupi dada besar milik Berly.
Tobi memainkan lidahnya di pucuk dada Berly yang berwarna merah muda itu membuat Berly menggelinjang nikmat. Tangan Berly meremas rambut biru Tobi.
Sial!! Tubuhku tidak menolak sentuhan lelaki bajingan ini.
Berly meremas seprai dan menggigit bibir bawahnya saat lidah Tobi menyapu daerah kewanitaannya. Berputar-putar di dalam sana, membuat Berly tak tahan untuk mendapatkan pelepasan.
Berly menekuk jemari kakinya dan menggenggam jemari Tobi yang berada di atas dadanya.
Berly melemaskan tubuhnya. Nafasnya tersengal-sengal. Dadanya naik turun merasakan sensasi yang luar biasa.
Satu kecupan mendarat di dahi Berly. Wanita itu kemudian membuka kelopak mata dan terlihatlah Tobias yang sedang mengurungnya dan menatapnya penuh gairah.
"Aku belum keluar." suara serak Tobi menyadarkan Berly dari kenyataan. Apakah ia harus melayani lelaki ini dan bersedia melahirkan keturunan lelaki ini?
Berly tak peduli dengan Tobi. Yang dia pedulikan adalah secepatnya pergi dari sini dan bertemu dengan Gavriil.
Berly menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. Dia membalikkan pelan Tobi agar berada di bawahnya. Wanita itu menarik simpul tali di bagian depan baju Tobi dan melepaskan kain sabuk yang melilit baju lelaki itu.
Berly meraba dada bidang nan berotot milik Tobi membuat nafas Tobi tercekat. Berly melepaskan celana Tobi dengan pelan. Gerakannya terkesan sensual menurut Tobi bahkan ketika tangan wanita itu menyentuh kedua buah zakarnya dan menjilatnya pelan. Tobi merasa bagai melayang-layang di udara tanpa beban.
Berly mengulum dan menjilat penis besar dan berotot Tobi. Dia tidak yakin milkk Tobi akan muat masuk di dalam miliknya.
Berly menjilat area sekitar pusar Tobi dengan tangan yang mengocok pelan milik Tobi.
Tobias bangkit.
Dengan wajah yang menahan nafsu dia membaringkan tubuh Berly dengan hati-hati. Menahannya dengan satu tangannya memeluk pinggang ramping Berly.
Tobi melumat penuh nafsu bibir Berly dan segera memasukkan miliknya ke milik Berly.
Mata Berly terpejam merasakan nyeri di area intimnya. Tangannya memeluk punggung Tobi sementara Tobi menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Berly.
"Tak akan muat Tobi."
Berly berkata dengan terengah-engah. Lirih.
Tobi mencium dan menjilat puncaj dada Berly. Sesekali dia menghentakkan pelan kejantanannya agar masuk lebih dalam lagi. Dan blesss.
"Ahhhh" Tobi mendesah.
Dia mulai menggerakkan pinggulnya untuk mendapatkan kenikmatan bersama Berly.
Berly mulai merasakan lemas, Tobi tak hentinya menghujamkan kejantanannya sedari tadi. Entah sudah berapa gaya yang Tobi peragakan. Berly pun sudah tak kuat membuka matanya.
Rasa perih bercampur nikmat dan juga sakit di dadanya saat membayangkan kemarahan Gavriil membuat air matanya luruh.
"Sebut namaku" titah Tobi.
Tobi menggerakkan pinggulnya dengan kasar. Kedua kaki Berly bertopang pada bahu Tobi.
"Mendesahlah untukku, Ive."
Berly tak dapat menahan surga dunia yang diberikan oleh Tobi. Tangannya mencengkram lengan Tobi dan mendesah tak karuan.
"Tobi ahh. Lebih cepat."
"Tobi. Ohhh ssshhh."
Berly memejamkan matanya dan mengigit bibir bawahnya seketika itu juga Tobi melumat rakus bibir Berly dan mengehentak beberapa kali hingga cairan Tobi yang hangat memenuhi rahim Berly.
Berly memejamkan matanya. Otaknya sudah tak sanggup lagi memaksa matanya untuk tetap terbuka. Samar-samar dia memdengar suara bisikan di telinganya.
"Terima kasih."
Haaaaaa. Aku nulis ini sambil nahan napas. Hahahaaaa.
Salam sayang,
Putri Mataram