Nur berusaha memejamkan matanya, namun semakin memejamkan matanya bayangan ciuman Rasya tidak bisa di tepisnya dari hati dan pikirannya.
"Ya Allah, maafkan aku. Aku telah melakukan kesalahan dengan membiarkan Dokter Rasya mencium bibirku. Aku merasa malu pada diriku sendiri." ucap Nur dalam hati menggigit bibir bawahnya sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Drrrt... Drrrt... Drrrt"
Nur melihat ke arah ponselnya yang berbunyi.
"Siapa malam-malam begini menghubungiku?" tanya Nur dalam hati sambil meraih ponselnya yang tergeletak di sampingnya.
Kening Nur berkerut saat tahu yang menghubunginya hanya sebuah nomor yang tidak di kenalnya.
"Nomor siapa ini?" tanya Nur dalam hati dengan menatap ponselnya tanpa berniat menerimanya.
Hingga beberapa kali ponselnya berdering tak juga menerimanya selain hanya melihatnya dengan perasaan kesal.
Saat bunyi panggilan itu berhenti Nur menerima beberapa kali pesan masuk.
Masih dengan rasa penasaran, Nur membuka pesan yang di terimanya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com