"Semoga saja apa yang Bibi bilang benar," balas Amanda.
Setelah selesai makan, Amanda sangat bosan di dalam kamar, dia keluar dan melupakan peringatan Nining. Tepat di tengah tangga dia sadar dan mengingat ucapan Nining, dia lupa jika malam ini acara tunangan Tika dan Rendy. Amanda melihat di sana ada anggota keluarganya, Amanda meliahat sesi pertukaran cincin Rendi dan Tika, mereka berdua terlihat serasi.
Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Amanda, hati Amanda sungguh sakit melihat kedua bola mata itu, mata yang dia rindukan.
Amanda memgalihkan pandangan dengan cepat dan berlari masuk ke dalam kamar menuju balkon.
Dia memeluk lutut menelungkupkan wajahnya.
Tiga tahun yang mereka jalani bukan waktu yang singkat, banyak yang dia lewati bersama Rendy.
"Kamu bodoh, da. ngapain, sih, kamu nangis hanya karena dia? Ingat dia udah sakiti kamu, bego.
Kamu nggak pantas buang air mata kamu hanya karena cowok yang udah khianati kamu," ucap Amanda dalam hatinya sendiri. Gadis itu terus menangis tanpa sadar jika ada seseorang yang mengawasinya dari luar.
Dia mendekati Amanda dan berhenti tepat di belakang tubuh gadis itu,"maaf."
Amanda terkejut melihat orang tersebut, dia adalah Rendy. "Siapa yang suruh lo masuk ke kamar gue tanpa izin?" Tanya Amanda menatap cowok itu marah.
Rendy maju mendekati Amanda, tanpa aba-aba dia langsung memeluk gadis itu. Sementara Amanda berusaha melepaskan diri, tapi kekuatan Rendy lebih besar.
"Lepasin!" Amanda meronta meminta dilepaskan, dia takut jika ada yang melihat keberadaan mereka berdua.
"Maafin aku, da," lirih Rendy.
"Lepsin, Rendy! Nanti ada orang yang lihat lo ada di sini, gue nggak mau mereka salah paham ," kata Amanda.
"Aku menyesal udah sakiti kamu. Biarlah aku peluk kamu sebentar aja, da."akhirnya Amanda menyerah dan membiarkan Rendy memeluknya.
Sebenarnya Amanda juga rindu dengan pelukan ini, pelukan yang bisa menenangkannya jika Amanda mempunyai masalah yang berat.
"Rendy, please, lo keluar dari kamar gue. Tika pasti cariin lo,"lirih amanda.
"Aku nggak perduli. Asal kamu tahu aku cinta banget sama kamu, aku nggak pernah ada niat buat khianati kmu," ucap Rendi.
Amanda mendorong tubuh Rendy dan menampar cowok itu." Gue nggak butuh ucapan lo itu, gue nggak peduli, Ren. Mendingan lo keluar dari kamar gue! Nggak baik tunangan orang masuk ke kamar cewek lain."Amanda membelakangi Rendy dengan air mata yang mengalir.
"Aku tahu kesalahan yang aku buat udah bikin kamu benci banget sama aku, tapi cinta aku nggak pernah berubah sama kamu, aku punya alasan kenapa itu terjadi aku_"
"Cukup gue nggak mau dengar apa pun dari lo dan gue nggak peduli. Harusnya saat itu lo jelasin ke gue apa yang senenrnya terjadi, tapi sekarang gue nggak mau tahu apa pun. Bagi gue, lo udah jadi milik Tika. Bagi gue, masa lalu nggak perlu diingat lagi dan pantasnya dikubur. Mendingan sekarang lo keluar, da, please," isak Amanda.
"Oke, aku bakalan keluar. Tapi tapi hal yang perlu kamu tahu, aku cape terjebak dalam permainan mereka. Aku berharap kamu bantuin aku. Aku tahu kamu masih cinta sama aku." Setelah mengatakan itu Rendy keluar dari kamar Amnda.
Gadis itu jatuh terdusuk sambil menangis, "sayangnya hati aku terlanjur sakit, Rendy. Aku nggak jamin cinta aku masih seperti dulu setelah perbuatan kalian."
Hari pun kembali kesekolah, seperti biasanya dengan ke asyikan di sekolahnya, Amanda masih tetap di jailin Roy.
" Dasar cowok myebelin" teriak Amanda di dalam kelasnya.
"Aduh, bisa tuli gue gra-gara suara lo yang cempreng itu," kata Roy menutup kupingnya.
"Roy, ayo dong, kali ini aja. Gue nggak mau duduk sama lo."
"Nggak mau, Amnda sayang."
"Lo nggak dengar ucapan Bu Guru yang kemarin? Kalau gue nggak nyaman duduk sama lo, gue bisa, kok, pilih teman duduk dan sekarang gue mau duduk sama Irma di sini," ujar Amanda.
"Enak aja! Nggak bisa, dong, gue duduk di sini udah zaman sebelum lo pindah. Gue nggak sanggup tinggalin pasangan gue demi duduk bersama orang lain," ucap Roy dramatis.
"Apaan, sih ? Tapi, kan, gue nggak mau dusuk sama lo, Roy!" Tegas Amanda.
"Lo harus terima, fix!" Roy tak mau kalah dengan Amnda.
"Dasar cowok nyebelin, resek, egois pokonya gue nggak mau tahu, lo harus pindah sekarang!!"
"Eh, asal lo tahu , nih kursi udah dari dulu jadi tempat gue sama_"
Kalimat Roy terhenti mengingat ucapannya terlalu jauh.
Dia kenapa? Kata hati Amnda.
Dari tatapan Roy yang menatap kursi itu membuat Amanda yakin jika Roy menyembunyikan sesuatu.
"Woy!, Jangan bengong buruan, gue nggak mau duduk sama lo," ujar Amanda memegang lengan Roy yang sedang melamun.
"Pokonya lo duduk sama gue, nggak ada kata pindah ngagak boleh menolak. Kalau lo mau pindah tuh di belakang sama si ucup aja," kata Roy.
Amanda mengikuti pandangan Roy yang jatuh pada sosok cowok cupu dan terlihat jorok banget.
Ogah banget aku duduk sama itu cowok, iyuh, mending duduk sama Roy, kata hati Amanda melihat ucup.
Galak tawa pecah memenuhi ruangan kels. Amanda yakin bahwa dirinya yang menjadi objek saat ini.
"Hahahaha. Lo duduk aja sana sama Ucup, Da, tapi lo bakalan kena virus tiap hari," Fadli yang ketawa.
"Benar tuh, da, lo duduk aja sana tapi jangan sampai lo tertular, ya," ujar Nabila ikut tertawa.
" Kalau gue, sih, mending duduk sama Roy aja dari pada sama Ucup. Tiap hari lo bakalan hitung upil yang dia keluarkan, hueeekk! " Lanjut Riko menampilkan exspresi jijiknya.
Amanda melihat ke arah Ucup yang hanya menunduk dan meremas ujung bajunya. Dari sorot matanya dia marah dan menatap benci ke semua penghuni kelas, terutama cowok yang ada di depan Amanda ini.
"Sekarang lo pilih, jangan pindah dan tetap duduk bareng gue atau pindah duduk sama Ucup, soalnya kursi yang kosong hanya di sana," tantang Roy.
Amanda berdecak, jika seperti itu dia sudah tak memiliki pilihan selain duduk bareng Roy. "Dasar cowok nyebelin, resek egois," maki Amanda.
"Iya, aku cinta kamu."
"Nggak nyambung kali gue kesel sama lo, Roy!!!"
"Iya, aku sayang kamu juga."
"Cieeeeeeeee!!!" Seluruh penghuni kelas menyoraki Amanda dan Roy sehingga membuat Amanda malu.
Amanda sangat kesal setengah mati karena duduk bersama Roy, padahal niatnya duduk sama Irma ingin belajar dengan mata pelajaran sebelum dia pindah. Walaupun otak Amanda dibilang cerdas, setidaknya ada sedikit hal yang perlu dia ketahui. Dia memilih pergi dari pada menerima ajakan Irma dan Nabila ke kantin tadi, dia ingin menenangkan diri dulu.
Amanda kini berbaring menatap langit dan memejamkan matanya mengingat kejadian sebelum ke sekolah. Setiap pagi Mamanya selalu saja membuat keributan dan tega melukai perasaan Amanda yang dulunya sangat sayang pada Amanda.