Bayangan Seno semakin terbagi dua. Ia labuhkan telapak tangannya di dinding toilet. Kemudian ia meraih sesuatu dari dalam saku hoodie-nya. Benda itu adalah foto pernikahannya bersama dengan Naya. Sengaja Seno mencetak dengan ukuran yang sedang karena ia bisa membawanya kemana-mana. Bahkan, tidak ada yang tahu Seno sering membawa foto itu. Termasuk Naya, istri kesayangannya.
"Argggh…"
Tubuh Seno melemah, kakinya sudah tidak bisa kuat lagi menopang beban berat tubuhnya. Ia tersungkur dengan tatapan yang masih ditujukan ke foto pernikahannya. Bayangan yang ia lihat semakin hitam dan, "Presdir!" panggil sekretarisnya panik.
Meskipun sang sekretaris sudah ada di sana, Seno tak bisa lagi sadar. Semua kebahagiaan, kesedihan, dan kecemasan yang sedang ia rasakan di saat sedang menyambut kehadiran anaknya pupus sudah. Seketika sang sekretaris membawanya untuk segera ditindak. Beruntung ada suster di sana. Jadi ia bisa segera memindahkannya ke atas brangkar.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com