Dokter telah memeriksa keadaan Vio dan hasilnya baik jadi, Vio di perbolehkan pulang.
"Ayo masuk! " Dony mempersilahkan Vio masuk kedalam mobil, Vio hanya mengangguk, duduk di samping Dony, sementara Reno telah pulang ter lebih dahulu.
"Heyyy kenapa diam??" Dony menatap dan membelai rambut Vio, Vio hanya menggeleng dan membalas tatapan Dony.
"Aku selalu ada untukmu..." Dony meyakinkan Vio, Dony menghidupkan mesin menarik tuas dan melaju ke kediaman Vio, mendekati rumah Vio orang - orang ramai berkumpul terlihat ada bendera kuning di pasang di pagar rumah Vio, mata Vio terbelalak karena terkejut, mata Vio berkaca kaca.
Mobil masuk kepekarangan rumah Vio melihat ada banyak saudaranya di sana berkumpul, Vio semakin linglung membuka pintu mobil dan berlari kedalam rumah, terlihat ada dua peti jenazah di sana, tangisnya pecah seketika, Dony yang mengikuti Vio dari belakang tertegun melihat orang yang di cintainya begitu terpukul. Saudaranya menghampiri Vio dan menenangkannya, termasuk Tante Nia.
"Vi ini kehendak Tuhan, Vio yang sabar ya!" suara Tante Nia menahan tangisnya juga.
"Ini begitu cepat Tan, Vio akan lebih kesepian setelah ini." semua yang mendengar meneteskan air mata, termasuk Dony yang tau betul Keadaan Vio. Dony memeluk tubuh Vio yang mendadak lemas dan hampir jatuh kelantai, Vio di bopong ke kamar lalu di baringkan dan di selimuti, ditariknya kursi mendekat ke tempat tidur, untuk beberapa waktu Dony menjaganya, Tante Nia masuk.
"Pemakaman akan segera di laksanakan, apakah Vio kuat mau ikut kepemakaman?" suara Tante Nia pelan, Vio memaksakan untuk bangun namun lemas.
"Vio ikut Tan..." suaranya lemah "Tapi tubuhmu Vio?" ucap Tante Nia,
"Tidak apa- apa Tante kalau Vio mau, biar aku temenin, kebetulan di mobil ada kursi roda, ayo ganti baju dulu! ini baju semalam, ada bercak darahnya, biar ku bantu!" Vio hanya menganggukan kepalanya tanda setuju.
***
Proses pemakaman berjalan baik, perlahan satu persatu orang- orang yang mengantar kepemakaman kembali, hanya tinggal Vio dan Dony yang tertinggal, terlihat air mata Vio masih saja keluar dari sudut matanya, Dony dengan sabar sesekali menyeka air matanya.
"IBu... Ayah... kenapa begitu cepat? bahkan Vio belum jadi apa- apa, di saat kepergianmu Vio juga tidak bisa melihat wajah kalian." tatapan Vio kosong menahan perih, kecelakaan itu membuat tubuh orangtuanya nyaris tak dapat di kenali, Dony menarik nafas panjang.
"Vio sayank do'akan saja kedua orang tuamu... agar beliau di tempatkan di tempat yang baik, di surga." Vio mengangguk,
"Ayo kita pulang!" ajak Vio, Dony mengangguk dan mendorong kursi roda menuju mobil.
Mobil memasuki pekarangan rumah terlihat sahabatnya dan beberapa guru juga temannya datang, Vio turun langsung di peluk Lia...
"Yang sabar ya Vi..." Vio mengangguk, temen dan gurunya juga mengucapkan hal yang sama, setelah beberapa waktu di rumah Vio, mereka pamit pulang, tinggal Dony sama beberapa kerabatnya yang masih ada.
handphone Dony berbunyi Dony merogoh sakunya dan menerima panggilan.
"Ya kak, aku di rumah Vio. Keluarganya terkena musibah, aku belum bisa pulang."
"Oke, kakak cuma cek kamu ada di mana," suara kakaknya dari sebrang telpon. Dony menutup panggilannya. menatap Vio yang masih terdiam duduk di sisi tempat tidur menatap ke jendela kamar, Dony mendekat dan memeluknya.
"Masih ada aku..." Dony senyum menguatkan, Vio memaksakan senyumannya dan mengeratkan pelukannya.
"Makasih kak..." Dony mengangguk.
Senja berganti malam, malam berganti pagi...
Dony masih ada untuk Vio mengambil sarapan dan menunggu Vio bangun, Sely kakaknya baru datang mengantar baju ganti untuk Dony terlihat berbincang sebentar dengan Tantenya Vio, setelah itu berpamitan pulang.
"Don, ini baju gantinya, kakakmu yang antar." Tante Nia menyerahkan tas pada Dony,
"Makasih Tan,...." sambut Dony, menerima tas dari tangan Tante Nia.
"Sama - sama Don, Tante yang sangat berterimakasih, karena kamu sudah ada untuk Vio, oh 'ya gimana dengan sekolahmu?" Dony mengangguk,
"Aku sudah ijin 3 hari Tan." sementara Vio baru bangun, kekamar mandi dan berganti baju, mendengar Vio sudah bangun Dony masuk.
"Sudah bangun Vi?" tanya Dony,
"Udah kak... makasih sudah ngerawat Vio..." Vio tersenyum manis, wajahnya agak sedikit lebih tenang di bandingkan sebelumnya.
"Makan dulu Vi! aku udah siapin untuk kamu..." Dony menunjuk makanan yang ada di atas meja, Vio tersenyum lagi dan menggeleng...
"Vio sudah besar kak, Vio bisa ambil sendiri, tuh liat muka kak Dony kecapean, kak Dony istirahat aja!..." Vio menatap Dony dan mengacak- ngacak rambut Dony dengan lembut, Dony memeluk tubuh Vio membuat tubuh Vio bergetar tapi, bukan waktunya untuk memikirkan itu.
***
Satu bulan telah berlalu, berangsur - angsur keadaan kembali... Vio sudah sedikit mengerti dan menerima semuanya. Pagi itu Vio di sela- sela waktu sarapan, Vio berbincang dengan Tantenya.
"Tan, apa boleh Vio mengelola kafe Ayah yang di pantai?" Vio memandang Tantenya.
"Kamu sudah siap Vi ? kamu masih sekolah, apa tidak mengganggu sekolahmu?" Tante Nia balik nanya, Vio tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.
"Vio bisa ke kafe setelah pulang sekolah Tan, biar Toko yang di depan jalan itu Vio sewakan, Vio mau ganti suasana." Vio terlihat bersemangat.
"Oke sayang untuk Vio Tante ikutin, untuk sementara tugas Ayah dan Ibumu Tante yang urus sampai kamu nanti mampu untuk mengurusnya sendiri." Tante Nia tersenyum.
"Makasih Tante..." mata Vio berbinar, setelah selesai sarapan Vio pamit berangkat kesekolah, di depan Dony sudah menunggu, dengan senyumannya. Memakaikan helm, dan menjalankan motornya, Dony lebih suka naik motor kalau berangkat kesekolah, karna untuk menghindari kemacetan.
Dari dalam kelas sudah ada Lia yang menyambutnya dengan senang. Vio duduk dan asyik dengan buku diary nya, entah apa yang Vio tulis Lia tidak mau mencampurinya.
"Vi..." Lia mengguncangkan tubuh Vio, " Ya..." jawab Vio pendek "kamu tahu enggak Vi, si Nino..." sambungnya
"Nino yang 5 langkah dari rumahmukan?" Lia bersemangat "Iya ... aku kemaren malu banget..." suaranya tertahan, Vio menoleh rasa ingin taunya muncul, kemudian Lia melanjutkan.
"Kemarenkan aku abis dari warung, kebetulan warungnya sebelah rumah Nino ee... ada Nino lagi main gitar, aku terpesona jadi aku liatin dia tuh sambil jalan, bodohnya aku tidak menyadari kalau aku salah jalan, lalu kesandung dan masuk got..." Vio yang mendengar penjelasan Lia, langsung tertawa ngakak, membayangkan kalau Vio berada di posisi Lia, suara tawa Vio menjadi semakin kencang.
"Hey non, tidak segitunya kali kagum sama cowok." Lia menutup mukanya sambil mengutuk dirinya sendiri... "Aku bego amat ya, gimana nanti kalau ketemu dia lagi, mau ditaro di mana mukaku."
"Di taro di rumah!" kata Vio asal, membuat raut muka Lia sedikit kesal.
"Vio... kamu seneng ya?" Vio langsung diam dan memasang muka serius, tapi ngeledek.
"Iya Lia ... maaf...!" Lia cemberut.
Guru Mapel sejarah masuk, anak- anak yang tadinya gaduh mendadak diam dan hening.
"Pagi anak- anak..." sapa pak Adi ramah,
"Pagi pak..." anak- anak menjawab serempak
"Mari kita mulai belajar tentang silsilah kerajaan Majapahit kata pak Adi." Pak Adi mengambil sepidol dan mulai menulis di papan tulis, tapi anak- anak malah saling pandang dan nyengir sambil nunjuk ke arah Pak Adi, Vio yang melihat reksi anak- anak ikut tersenyum juga melihat ke arah yang di maksud, memang sekilas tidak ada apa- apa semuanya di buat main - main, Pak Adi mengenakan dasi bukan kepanjangan lagi kelewat panjang terlihat dari belakang seperti ekor mungkin buru- buru beliau mengenakannya.
Pak Adi menjelaskan sedikit demi sedikit apa yang di tulis di papan tulis, sekilas Pak Adi melihat aneh ketika melihat raut muka anak- anak yang menahan ketawa.
"Gimana anak- anak sudah jelas?" tanya Pak Adi, namun Lia angkat tangan.
"Ada pertanyaan Lia?" Pak Adi duduk dan bertanya kepada Lia, Pak Adi duduk tapi posisi kakinya berjauhan yang menyamping kekanan dan kekiri mirip bebek, anak- anak semakin merah mukanya menahan tawa.
"Bapak dasinya kepanjangan, panjang pake banget malah." Lia menjawab pertanyaan Pak Adi, Pak Adi tersenyum sambil membetulkan dasinya.
"Makasih Lia... oooh Bapa tau apa yang membuat kalian menahan tawa, ternyata gara- gara dasi Bapak," Beliau tidak marah, dan melanjutkan pelajaran hingga selesai.
selamat pagi pembaca?
ini tulisan pertama saya, mudah- mudahan kalian suka
masih banyak kekurangan
saya mohon maaf