webnovel

Kebahagiaan bersama kesedihan

Vio beranjak dari meja makan dan merapikan semuanya, lalu masuk kamar, aroma tubuh Dony masih tersisa di kamar Vio membuat Vio mengingat kembali apa yang telah terjadi, Vio tertawa merasa bodoh.

***

Mobil sport merah parkir di halaman sebuah rumah yang megah. Rumah lantai tiga bergaya Eropa Klasik dengan dua tiang penyangga yang menjulang tinggi berada di sisi kanan dan kiri pintu, cat dinding berwarna putih membuat orang yang melihatnya kagum, Dony keluar dari mobilnya dan masuk kerumahnya,

Dony langsung masuk ke kamarnya setengah membantingkan tubuhnya ketempat tidur, pikirannya melayang membayangkan waktu tubuh Vio menindihnya dan bibir ranumnya menyentuh bibir Dony, ingin rasanya Dony melumatnya namun Dony juga sadar masih ada batasan diantara mereka.

"Vio indah..." gumamnya,

"Apanya yang indah Don???" suara Sely setengah berteriak, membuat bayangan Vio di pikiran Dony seketika hilang.

"Akh kak Sely ngapain kesini?" nada suara Dony tak senang dengan kedatangan kakaknya.

"Kakak khawatir sama adek kakak yang ganteng ini dan satu2nya tidak pulang semaleman, trus sekarang pulang senyum- senyum sendiri pula seperti orang gila, kan kak sely takut jadinya."

"Kakak cerewet amat kaya nenek sihir... aku tidur di rumah Vio." Dony jujur, membuat mata kakaknya melotot...

"Kegilaan apa lagi inih? tuh liat separuh kamarmu sudah penuh dengan fhoto Vio, sekarang kamu nekat tidur dirumahnya?" Sely terlihat geram karena tingkah adiknya.

"Aku sadar se sadar- sadarnya kak, aku tidur di sana tapi tidak sengaja." Sely mengerutkan keningnya....

"Kamu tidur tidak Sekamarkan?" Sely terus mengorek karena penasaran juga takut.

"Sayangnya sekamar kak, Vio meluk tanganku jadi aku tidak bisa Kemana- mana selain tidur bersamanya." mata Sely seakan mau jatuh mendengar penjelasan adiknya,

"Kamu ngapain aja Don???" ingin tau lebih dalam,

"Akh kak Sely, seperti tidak pernah muda saja, coba deh fikir ada seorang cewek dan cowok tidur satu kamar, kira- kira mereka ngapain???" kata- kata Dony membuat Sely tercengang kaget.

"Udah akh aku mau tidur kak, semalem tidurnya sebentar, aku sangat lelah." protes Dony membuat mulut Sely semakin terbuka lebar..., belum juga Sely berbicara lagi, Dony mendorong kakaknya dan menutup pintu kamarnya.

"Don, buka pintunya! kakak belum selesai bicara!" teriak Sely, tapi sama sekali tidak ada tanda- tanda pintu mau dibuka, didalam hening. Sely pergi sambil menggerutu.

Di dalam kamar Dony terkekeh geli meliat reaksi kakanya.

"Awas ya nanti..." ulang Sely dari luar, Dony membiarkannya kemudian Dony tertidur pulas.

***

Vio sibuk dengan kesehariannya tentunya menjaga tokonya, banyak orang datang dan pergi silih berganti sehingga Vio tak merasa kesepian, bersyukur Ayahnya membelikan sebuah ruko di tepi jalan besar kalau enggak, pasti Vio udah kesepian dirumahnya.

Tidak terasa hari telah senja, Vio bergegas untuk pulang.

Setelah mandi tubuh Vio terasa segar, Vio berjalan jalan kedapur membuat teh hangat untuk dirinya. Handphone Vio bunyi.

"Aku di depan Vi... buka pintu!" Dony meminta Vio untuk membukakan pintu,

"Kak Dony ngapain kesini?" tanya Vio,

"Akukan sudah janji mau kesini lagi?" jawabnya, Vio membuka pintu, Dony tersenyum,

"Makasih..." Vio mengangguk dan masuk diikuti Dony.

"Kamu tidak takut di rumah sendiri Vi?" selidik Dony, Vio menggeleng,

"Aku udah biasa kak." Jawab Vio tersenyum,

"Aku bawa makanan buat makan malam," Dony mengeluarkan steak dan beberapa buah dari paper bag.

"Makan dulu mumpung masih panas!" Vio hanya mengangguk, tapi dalam hatinya bertanya kenapa Dony berubah secepat itu? Dony berubah menjadi laki- laki yang hangat.

"Heyy cepet makan! apa perlu aku suapin?" Dony mengingatkan hingga Vio tersadar dari lamunannya, membuat Vio gugup.

"Tidak, usah kak Vio bisa..." Dony tersenyum...

selesai makan, Vio merapikan meja makan dan duduk di halaman belakang, tak begitu luas tapi cukup untuk menghirup udara malam di ikuti Dony.

"Vi aku udah nunggu selama satu tahun untuk moment ini..." Dony menghentikan kata - katanya, Vio menatap Dony.

"Apa yang kak Dony tunggu?" Vio mengerutkan keningnya.

"Ya nunggu kamu besar Vi... apa kata orang kalau aku macarin anak SMP." Mata Vio terbelalak, kesal.

"Kakak...." Vio terlihat protes, tapi Dony tidak menghiraukan Vio,

"Mulai sekarang, aku ingin bersama kamu selamanya Vi..."

"Apa kak???" Vio kaget, sama sekali tidak menyangka akan secepat ini, melihat reaksi Vio, Dony tersenyum.

"Aku ingin kamu jadi pacar aku." jelasnya,

"Kakak yakin?" Vio meyakinkan Dony, Dony mengangguk,

"Kita jalanin semuanya sekarang, bersamaku." Dony meyakinkan Vio.

"Baiklah ..." kegembiraan terpancar dari raut wajah keduanya. tangan Dony menggenggam tangan Vio dengan lembut.

"Makasih Vi..., aku pulang dulu, sudah malam, kalau ada apa- apa, langsung hubungi aku aja ya!" Vio mengangguk, tapi ketika Dony sampai depan pintu, Dony membalikan badannya tepat di hadapan Vio meraih tangan Vio untuk merapat lebih dekat kepadanya, tangan Vio bergetar dan menjadi dingin. Dony menunduk hampir mengecup bibir Vio, tapi tiba -tiba kecupan di pindahkan ke kening Vio.

"Kamu jangan takut, aku tidak akan memakan kamu..." Dony tersenyum meledek, membalikan badannya lagi dan pergi di telan gelapnya malam.

"Huuuuh... " Vio mengatur napasnya yang

hampir berhenti, Vio masuk kedalam rumah mengunci pintu dan masuk ke dalam kamar, wajahnya berseri, berbunga -bunga sampai-sampai tertawa sendiri...

Diary...

Hari ini, adalah hari bahagiaku, bahkan hari terbahagia, Dony nembak aku...

banyak yang ingin aku wujudkan bersamanya untuk waktu yang akan datang

hanya dengannya...

Dony... Love U...

***

Malam ini Vio tertidur lelap dengan senyum bahagianya.

Tengah malam nada panggilan telepone berbunyi, dengan mata masih terpejam Vio menjawab panggilan tersebut.

"Ya... " dari sebrang ada suara perempuan yang jelas bukan suara Ibunya, Vio langsung membuka matanya lebar- lebar meliat layar handphonenya.

"Tante Nia... ada apa malem -malem menghubungi Vio??" Vio ngengerutkan keningnya, Vio bangun dari tempat tidur lalu mencuci mukanya.

"Yang sabar ya Vi..." nada suaranya tertahan, membuat Vio semakin penasaran.

"Ada apa Tante???" tanya Vio sedikit dag dig dug.

"Ibu dan Ayahmu Vi..." Tante Nia tak melanjutkan kata -katanya, membuat Vio semakin ingin tau.

"Ibu dan Ayah ada di Bali Tan..." Vio menjelaskan,

"Mereka kecelakaan Vi, saat menuju kebandara arah pulang..." Suara Tante Nia terisak, tiba- tiba pandangan mata Vio menjadi gelap lalu Vio terjatuh kelantai.

"Vi... Vio..." suara Tante Nia cemas, karena tak ada jawaban, dia langsung menghubungi Bi Imah.

"Bi... Bibi dimana?"

"Bibi masih di kampung Non... ada apa? apa ada yang terjadi dengan Non Vio? Non Vio sendirian dirumah." jawab Bi Imah, Tante Nia semakin panik,

"Aduh gimana Bi, Vio sepertinya pingsan di rumah, minta tolong ya Bi sama tetangga atau siapa gituh untuk mengecek keadaan Vio... terus Bibi cepat pulang! kasihan Vio,"

"Baik Non..." Bi Imah langsung menghubungi Reno, karena hanya nomor itu yang Bi Imah punya, setelah terhubung Bi Imah menceritakan yang terjadi dan tanpa komando dua kali Reno langsung mengeluarkan motor dan pergi kerumah Vio tak lupa Reno juga ngabarin Dony.

Dony dengan cepat memacu mobilnya kerumah Vio. Dony dan Reno datang secara bersamaan, Dony setengah berlari menuju pintu rumah.

"Vi... Vio... buka pintu!!!" sambil memencet bell Reno dan Dony berteriak, tapi tak ada jawaban, setelah saling pandang mereka sepakat mendobrak pintunya, setelah pintu terbuka, Dony berlari menuju kamar Vio dan mendapatkan orang yang dicintainya tergeletak di lantai, ada darah keluar dari keningnya membuat Dony dan Reno semakin panik, mengangkat Vio ke mobil dan dilarikan ke Rumah Sakit, setelah tindakan selesai, Vio di pindahkan keruangan rawat karena belum juga siuman,

"Vi... sadar..." Dony terlihat cemas, terus Dony memandang Reno,

"Ada apa sebenernya?" Reno menunduk,

"Aku di kabarin sama Bi Imah, kalau ortu Vio kecelakaan dan meninggal di tempat, mobilnya terbakar." Dony terkejut dan tak bisa berkata apa- apa.

"Tapi Vio taunya cuma kecelakaan... belum tau yang sebenernya, dia udah pingsan duluan." lanjut Reno.

"Ya sudah kita tidak usah ngomong apa- apa dulu didepannya, kita menunggu keluarga Vio kesini aja." kata Dony, Dony memandang wajah Vio yang pucat, bagaimana keadaannya jika Vio tau kalau orang tunya udah tidak ada semua? Setelah menunggu selama satu jam, Vio sadar lalu menangis histeris.

"Kak, Ayah dan Ibu Vio..." di sela- isak tangisannya, Dony menarik tubuh Vio dan mamaluknya.

"Iya Vi ... aku tau." jawab Dony pendek,

"Besok kita tunggu pemeriksaan Dokter, trus kita pulang," Dony mencoba tersenyum, yang sebenarnya adalah senyum yang di paksakan, lama Vio menangis akhirnya terdiam karena kelelahan, Dony membaringkan tubuh Vio dan menyelimutinya...

Reno dan Dony menghela nafas panjang,