webnovel

CARAKU

Perjalanan Hidup dan Permainan Hati

Yanti_Wina · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
20 Chs

Bersama semalaman

Bell rumah berbunyi, Vio segera membukanya. Di depan pintu berdiri sosok laki-laki yang begitu Vio tunggu kehadirannya, Vio tersenyum.

"Masuk kak..." Dony menggeleng,

"Jalan sekarang aja!" tanpa menunggu persetujuan, Dony balik badan sambil menarik tangan Vio, membuka pintu mobil sport merah dan pergi meninggalkan pekarangan rumah Vio,

Mobil melaju dengan kecepatan rata- rata, sesekali Dony memandang Vio dan tersenyum, Mobil akhirnya berhenti di kafe dekat pantai, suasana malam yang berbintang dan deburan ombak menambah indah malam itu.

"Duduk di situ Vi..." Dony menunjuk tempat duduk yang terpisah dari yang lainnya, semua yang Vio lihat indah, penuh lilin membuat Vio kagum. mereka duduk berdampingan tanpa Vio sadari pandangan Dony tidak lepas dari Vio.

"Ini indah..." Tatapan mata Vio ke laut lepas,

senyumannya mengembang dari bibirnya yang merah merona membuat Dony makin tidak berkedip.

"Kenapa kak Dony ajak Vio kesini?" Vio menoleh kearah Dony tanpa di sadari bibir Vio hampir nempel di bibir Dony membuat jantung Vio hampir copot, tangannya gemeteran, dengan cepat Vio menggeser tempat duduknya, tertunduk malu. Namun, Dony menariknya kembali.

"Jangan jauh-jauh Vi!" perintah Dony, Dony tidak menjawab pertanyaan Vio,

jarak antara Vio dan Dony hampir tak berjarak, tapi Vio diam tak berdaya, sentuhan tangannya yang lembut, pandangan matanya yang teduh tapi menggoda, Vio baru merasakannya, jantung Vio berdetak kencang hampir tak beraturan, Dony tersenyum...

"Jadilah seperti ini terus dihadapanku!" Dony menggenggam tangan Vio dengan lembut.

"Aku sudah lama menunggu moment ini, kamu tak keberatankan?" Vio menggeleng,

tak lama pelayan datang membawa makanan kehadapan mereka.

"Silahkan di nikmati..." sopan namun terlihat senyum tersembunyi melihat Vio dan Dony.

"Makasih ucap Dony..."

"Dimakan Vi...!" Vio mengangguk...

"Kamu tau tidak Vi, hari ini hari apa?" dengan polos Vio menjawab,

"Hari Sabtu kak..." Dony senyum,

"Iya betul tapi, apa apakah kamu tidak ingat, dulu tanggal 18 April kamu pernah nimpuk aku pake pasir?"

Vio menunduk malu, Vio ingat waktu itu pulang sekolah main di pantai sampai senja main lempar-lemparan pasir sama temennya dan tidak sengaja mengenai wajah Dony yang lewat persis depan Vio.

"Kenapa kak Dony masih ingat?" Vio memandang Dony menunggu jawaban,

"Ya bagimana tidak ingat, aku udah cakep- cakep, muka sama badanku jadi kena pasir semua." Vio tertawa, aku tau waktu itu kak Dony menahan marah, mukanya merah padam.

"Sayang, sama kamu aku tidak bisa marah Vi..." Vio menatap Dony.

"Kakak takut aku nangis ya?" tanya Vio menatap Dony,

"Enggak, takut kamu minta peluk, jadi aku cepet pergi." jawab Dony asal, bibir Vio manyun.

"Jangan manyun bibirmu makin sexy kalo manyun." timpanya lagi, membuat Vio mati gaya.

Malam makin larut, walaupun suasana makin ramai namun, Vio dan Dony memutuskan untuk pulang,

karna malam Minggu jalanan jadi macet hingga Vio kelelahan dan tertidur di mobil, Dony yang melihat Vio tidur, langsung membuka jaketnya menutupi tubuh Vio, wajah Vio yang tirus, hidungnya yang mancung, kulitnya kuning langsat dan tingginya kurang lebih 165 cm membuat sempurna di mata Dony, tapi yang paling menonjol dan selalu ada di ingatan Dony adalah bibir Vio yang sexy,

mobil meluncur melewati jalan tentara pelajar belok ke gang Nuri dan berhenti di depan rumah Vio. Tapi melihat Vio tidur pulas Dony tidak sampai hati membangunkannya, Vio di angkat dipindahkan ketempat tidur tapi, setelah Vio berbaring dan Dony hendak pergi keluar, tangan Dony tiba -tiba di tarik Vio dan di peluk.

"Jangan pergi, Vio kesepian..." suaranya hampir tak terdengar, tetapi masih jelas di telinga Dony, setelah mendengar itu dan tangannya tidak bisa lepas dari pelukan Vio, Dony tidak jadi pulang, Dony duduk di samping tempat tidur dan memandang wajah Vio...

pikirannya penuh dengan segudang tanya kenapa Vio sampai ngelindur begitu....

karna lelah, lama-lama Dony juga ikut tertidur.

Matahari pagi bersinar, sinarnya masuk melalui celah -celah gorden, Vio terbangun dan kaget setengah mati melihat Dony yang masih tertidur pulas dengan posisi duduk dan setengah tubuhnya di tempat tidur Vio, Vio menatap wajah Dony, hidung Dony mancung dengan alis tebal serta rupa yang tampan itu yang membuat Vio jatuh hati.

"Ya Tuhan... dia bersamaku semaleman tanpa aku sadari." Gumam Vio,

Vio turun dari tempat tidur dan mencari Bi Imah, Bi Imah sedang masak di dapur nyiapin sarapan untuk Vio dan Dony,

"Bi, kenapa kak Dony tidur di kamar Vio?" tanya Vio bingung, Bi Imah yang di tanya Vio tersenyum.

"Gimana mau pulang Den Donynya, orang Non Vio narik tangan Den Dony trus di peluk tangannya, di tarik aja tidak bisa," Bi Imah menjelaskan sambil senyum-senyum, Vio memukul jidatnya sambil minum air entah berapa gelas, membayangkan kalau Dony sudah bangun, Vio mau bilang apa.

"Ya ampuuun biiiii.... Vio malu, gimana inih?" wajah Vio merah padam menahan malu.

"Sudah tidak apa-apa, Bibi liat semalem Den Dony sama sekali tidak keberatan malah terlihat senang, bangunin saja dan suruh sarapan!" balas Bi Imah, Vio mengangguk lalu masuk ke kamar membangunkan Dony.

"Kak bangun sudah siang..." Dony bangun setengah sadar hingga tubuhnya sempoyongan, niat Vio menahan tubuh Dony tapi karna tubuh Dony tinggi besar, Vio tidak bisa berbuat banyak dan akhirnya mereka jatuh ketempat tidur dengan posisi Vio di atas. Dony baru tersadar saat bibir Vio mendarat di bibirnya.

"Vi..." suaranya bergetar,

"Ma'af" Vio segera bangun dan agak menjauh, wajah Vio merah menahan malu dan gemeteran karna bibirnya sempat mendarat di bibir Dony.

"Kak... kalau mau bersih-bersih itu kamar mandinya, Vio sudah siapin handuknya sama kaos, Vio tunggu di ruang makan." Vio mencairkan situasi, Dony mengangguk dan masuk kekamar mandi.

Tidak lama, Dony masuk keruang makan dan duduk di sebelah Vio, Bi Imah datang dengan sarapan nasi gorengnya.

"Dimakan Den, Non...!" Bi Imah meletakan sewadah nasi goreng di meja makan.

"Oh iya Non, Bibi sma mang Ujang mau ijin pulang dulu karna orang tua Bibi sakit keras, Bibi sudah ijin sama Ibu dan Bapak, maaf Non Vio, untuk satu minggu kedepan, Non sendiri dirumah," Vio menghela nafas berat tapi, tidak bisa menolaknya, berakhir mengangguakan kepalanya.

"Iya Bi tidak apa-apa Vio sudah bisa sendiri." Bi Imahpun berkemas dan berangkat pulang kampung, Dony yang menyaksikan peristiwa itu merasa kasihan sama Vio, Dony baru mengerti kata- kata yang sempat terucap ketika Vio tidur semalam, dirinya juga sering di tinggal orang tuanya untuk perjalanan bisnis, tapi masih beruntung dia punya kakak perempuan satu, tapi Vio anak tunggal dan di sini merantau.

"Mau aku temenin Vi..." Vio segera menggelengkan kepalanya.

"Di temenin kak Dony apa jadinya.." jawab Vio, Dony hanya tersenyum memandang Vio, Vio jadi mati gaya dibuatnya.

"Oh ya Vi... bibir kamu selain sexy lembut ya." suara Dony menggoda Vio, membuat Vio semakin salah tingkah. Vio senang, tapi kejadian ini terlalu cepat sedangkan diantara mereka belum ada ikatan apa-apa, ngatain cinta saja belum, ini bibir tidak tahu main nempel saja di bibirnya, pikiran Vio kacau.

"Jangan menggoda kak! Vio tadi tidak sengaja ..." rengek Vio, Dony ketawa melihat tingkah Vio. "Aku malah berharap itu sengaja..." senyum Dony mengembang. Vio memalingkan mukanya, ingin sekali Vio menghilang dari hadapan Dony karena malu.

Selesai sarapan, Dony pamit pulang, "Aku pulang dulu ya Vi.... makasih sarapannya, nanti malem aku dateng lagi." Dony berlalu pergi meninggalkan Vio yang bengong ...