Cenora mendongakkan kepalanya ke sisi dalam pagar rumah itu dengan mengendap-endap.
'Aku ingat sekali, halaman rumah ini sangat besar. Apa keadaannya masih sama seperti dulu sekali? Tapi tidak mungkin karena rumah ini sudah kosong lama sekali,'
'Tapi kenapa gerbangnya terbuka? Apakah ada orang yang akan pindah ke sini?'
Cenora terus bertanya dalam hati sembari terus menolehkan pandangan kesana-sini ke dalam halaman rumah itu.
Cenora langsung terkesiap saat melihat seorang pria sedang membersihkan tanaman di sudut halaman rumah tersebut.
"D-dia…" gumam Cenora sembari menutup mulutnya.
"Cenora… Kau kah itu? Lama tidak melihatmu…" ucap pria itu dengan senyuman.
"Hmm… apa kau tahu siapa aku?" jawab Cenora saat terkesiap.
"Aku Ichigo, apa kau masih ingat padaku?"
Deg… ungkapan nama dari pria itu membuat jantung Cenora berdegup kencang.
'Ichigo?'
"Dulu kita sering main bersama. Seperti ini!" ucap Ichigo sembari membelai rambut Cenora dan mengambil sesuatu dari rambut itu.
Sesosok makhluk kecil bertelinga panjang dengan kepala botak dan memiliki sayap. Ah, satu lagi… makhluk itu memiliki ekor dan ukurannya sebesar kadal. Bisa dibilang siluman kadal yang kecil.
"Makhluk-makhluk ini masih terus mengganggumu, ya? Mereka sampai berani hinggap di kepalamu seperti ini, apa karena kau yang membiarkan? Jangan diberi hati! Kibaskan saja tanganmu pada mereka, atau kau tarik saja rambut mereka sampai rontok!" omel Ichigo pada Cenora sembari meremas geram makhluk kecil di tangannya dan… Wuuussss… Makhluk kecil itu menghilang jadi abu.
"K-kau bisa melihat mereka semua? Kau bahkan memegang makhluk kecil itu tadi…" Cenora masih terbata saat bertanya. Ia masih belum bisa mempercayai apa yang dilihatnya saat ini.
"Apa aku bisa melihat mereka? Tentu saja! Aku bisa melihat mereka sama sepertimu! Apa ingin kutunjukkan lagi padamu?" jawab Ichigo yang kembali tersenyum saat mengambil lagi makhluk kecil beterbangan yang mencoba menghindari tangkapannya. Dan saat mendapatkan satu dari mereka, Ichigo kembali meremas dan menjadikan makhluk kecil itu menjadi abu, lalu mengibaskan kedua tangannya seperti sedang membersihkan debu.
"Kau sudah lihat, bukan? Apa kau memang masih belum bisa mengingat siapa aku?" tanya Ichigo lagi.
'Benarkah orang ini…'
"Aku kembali menempati rumah ini. Jika kau butuh sesuatu dariku, panggil saja aku. Aku akan datang langsung padamu!" ucap Ichigo, "pulanglah, kau terlihat sangat lelah!" sambung Ichigo mengusap ujung kepala Cenora dengan penuh perhatian.
Cenora langsung berjalan pergi, menjauh dari Ichigo tanpa berkata apapun.
"Anak itu masih saja lemah seperti dulu. Begitu lemah sampai hantu kecil saja berani melekat pada tubuhnya. Tapi aku sudah di sini, Cenora. Aku sudah kembali…" gumam Ichigo sembari melihat Cenora memasuki pagar rumahnya.
'Suatu hari nanti aku akan kembali…'
'Dulu kita sering bermain bersama!'
'Aku bisa melihat mereka seperti dirimu!'
Setiap ucapan Ichigo terus terngiang di benak Cenora. Debaran jantung Cenora juga berdegup tak beraturan lagi.
"Benarkah orang itu adalah dia? Dia kembali untukku? Tapi itu janji saat kami masih kecil, bukan? Lalu kenapa dia serius menepati janjinya?" gumam Cenora tidak percaya.
'Tapi dia tetap ingat aku. Dan sepertinya, penantianku selama ini tidak sia-sia…' lanjut Cenora bergumam dalam hati sembari tersenyum senang.
***
Kembalinya Ichigo memang membuat Cenora senang. Tapi entah mengapa, gangguan dari makhluk halus di sekitar Cenora malah semakin bertambah dan sungguh di luar dugaan.
Bahkan untuk pergi ke minimarket saja, Cenora sungguh membutuhkan perjuangan.
Tarikan, dorongan, bahkan suara bisikan hingga teriakan mewarnai perjalanan Cenora. Sudah tentu, penampilan Cenora tidak terlihat baik dan malah terkesan lusuh dan kacau.
Cenora akhirnya tiba di sebuah minimarket untuk membeli keperluannya di rumah dengan napas terengah-engah.
"Hah hah hah! Akhirnya aku sampai juga di tempat ini! Kalau tidak, stok makanan di rumahku akan kosong, karena mungkin besok akan banyak minimarket tutup dan aku harus berjalan lebih jauh ddari ini!" gerutu Cenora sembari mengambil napas sebanyak mungkin.
"Apa kau baik-baik saja, Gadis kecil? Kau terlihat sangat kacau! Apa kau sakit?" tanya seorang wanita yang menjadi petugas kasir minimarket, "Biarkan aku mengantarmu ke klinik di dekat sini!" sambung wanita itu ramah.
"Tidak perlu," jawab Cenora yang masih terengah, "Aku benar baik-baik saja, sungguh!" sambungnya mengklarifikasi keadaannya saat ini.
"Benarkah? Tapi aku tidak melihatmu sedang baik-baik saja!" celetuk wanita itu lagi.
'Tentu saja! Itu karena kau tidak melihat apa yang menggangguku sekarang, Nyonya! Jika kau melihat apa yang menggunung di atas punggungku ini, pasti kau akan mati terkejut!' gerutu Cenora dalam hati.
Tidak hanya satu hantu, tapi banyak hantu yang saat ini bertengger di punggung Cenora bak punggung Cenora itu adalah sebuah tunggangan yang nyaman. Meski mereka bertumpuk-tumpuk di atas sana, terasa oleh Cenora mereka semua senang dan gembira saja.
"Aku akan ke meja-ku!" ucap Cenora pada temannya dan mulai kembali melangkah. Tapi, baru satu langkah berjalan, tubuhnya harus kembali lunglai dan jatuh tersungkur ke depan dengan lebih kesar.
Dorongan yang sangat besar ditambah dengan beban pundak yang menggunung membuat tubuh Cenora tak dapat menahan keseimbangan lagi.
'Aku tidak tahan. Aku ingin sekali meneriaki kalian saat ini. Tapi aku tidak bisa, karena aku akan dianggap anak gila seperti dulu lagi. Aku tidak mau teman-temanku menjauhiku karena mereka menganggapku aneh,' batin Cenora lirih berucap.
Dan saat pandangan Cenora ia edarkan ke seluruh ruangan kelas, wajah Cenora memucat.
'Hari ini sudah sangat aneh dan berat. Dan aku bingung, kenapa hantu-hantu lebih banyak berkumpul menggangguku hari hari. Apa aku sanggup bertahan hari ini?'
'Ini sangat mengerikan dan terlalu banyak. Tidak akan ada yang baik jika keadaannya seperti ini! Lagipula, apa yang diinginkan mereka padaku dengan berkumpul lebih banyak hari ini!'
Lelah, sakit, sedih, dan bingung. Itulah yang Cenora hadapi setiap harinya. Ingin sekali menarik para hantu yang menumpuk di punggungnya saat itu juga, tapi percuma jika ia melakukan di tempat umum seperti ini. Terlebih saat ini adalah di sekolah.
Cukuplah di masa sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama saja, dirinya dicap sebagai anak aneh dan menakutkan. Di usianya yang sekarang, Cenora sangat tidak ingin dijauhi siapa pun. Dirinya memerlukan teman yang membuatnya dapat mengabaikan gangguan para hantu di sekelilingnya. Meski tidak sepenuhnya teralihkan.
Tapi…
Aura gelap akibat kepungan para hantu di sekitarnya mulai terurai entah mengapa. Mereka seakan perlahan menjauh, bahkan hantu yang menempelinya sejak tadi juga ikut lenyap menjauh.
'Apa yang terjadi? Dasar aneh!' celetuknya sendiri saat melihat hantu-hantu pergi darinya dan itu dianggapnya sebuah keanehan.
"Cenora!" panggil sesorang dari belakang.
'Ah, Stu lagi!' gumam Cenora saat melihat Stu-lah yang memanggilnya.
"Cenora, bisakah kita pergi ke belakang sekolah seperti kemarin? Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu," tanya Stu dengan lembut dan ramah.
'Baiklah, aku akan ikut dan saat di sana, aku akan mengatakan penolakanku. Aku akan menolak berkencan dengannya,' ucap Cenora dalam hati.
"Ya, tentu. Aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu!" jawab Cenora dengan senyum simpul.