Erfly menggenggam jemari tangan kanan ibu Mayang. "Ibuk jangan kerja sendiri, ibuk cari 2 atau 4 orang untuk bantu nyelesain. Ntar kita bayar gaji harian", Erfly memberi saran.
"Kamu benar nak, nanti ibuk cari buruh cuci lepas saja", ibu Mayang bicara antusias.
"Ibuk mau belanjanya kapan...? Erfly mesti ke ATM dulu ambil uang buat modalnya", Erfly bertanya lagi.
"G'ak usah, pakai uang yang sama Mayang aja dulu. Kan ntar bisa diganti kalau udah dilunasin", Mayang yang muncul dari arah kamar menyela.
"Iya, Mayang benar. Sebaiknya kalian berangkat kesekolah sekarang, ntar keburu kesiangan", ibu Mayang memberi saran.
Rheno muncul dari arah dapur membawa 2 kotak makanan dari plastik. "Ini sarapannya, udah disiapkan", Rheno memberi ketangan Mayang dan Erfly satu-satu.
"Asik... Sarapan gratis", Erfly nyengir kuda. "Terima kasih kak Rheno...", Erfly bicara sesaat sebelum memasukkan bekal pemberian Rheno kedalam tas.
Kemudian Erfly dan Mayang pamit berangkat ke sekolah.
"Dek... ", Gama berlari mengejar Erfly dari arah parkiran.
"Mayang duluan ya ke kelasnya", Mayang sengaja meninggalkan Erfly dan Gama, karena takut mengganggu pembicaraan mereka.
Erfly hanya mengangguk pelan merespon ucapan Mayang. Kemudian Erfly dan Gama duduk di taman depan kelas.
"Kenapa bang...?", Erfly bertanya bingung.
"Abang udah dapat calon anak kos cowoknya", Gama bicara dengan napas tersengal habis lari.
"Lha... Belum juga dipasang plangnya, kan kemarin baru selesai disekat bang, terus lemari sama tempat tidurnya baru akan diantar besok bang", Erfly menjawab santai.
"Kasian dek, abang ketemu dia pas ngecek kos-kosan putri semalam. Dia teman salah satu anak kos, dia tinggal bareng teman-temannya yang udah kerja, nyewa satu rumah gitu, bayar patungan.
Terus... Salah satu temannya buka usaha rental PS, otomatis biaya listrik naik dong, dia dipaksa patungan buat bayar.
Dia bukan anak berada dek, justru dia mau diajakin ngontrak bareng karena bisa lebih murah bayarnya. Ibunya cuma penjual gorengan", Gama menjelaskan panjang lebar.
"Erfly coba tanya papa deh nanti, apa bisa dikirim mana yang udah ada dulu. Biar dia bisa masuk dulu", Erfly bicara pelan.
"Sip", Gama mengacungkan dua jempolnya. "Oh ya dek, tadi pagi orang percetakan nelpon. Katanya brosur ketringan yang kamu minta udah selesai", Gama bicara antusias.
"Pulang sekolah deh Erfly kesana bang", Erfly menjawab pelan, kemudian melanjutkan perjalanan menuju kelas.
***
Bel istirahat berbunyi.
"Erfly dan Gama bisa ikut saya sebentar...?", bu Devi bertanya setelah membubarkan kelas.
"Iya buk", Erfly dan Gama bicara kompak. Kemudian mengekor bu Devi ke ruang BP.
"Duduk", bu Devi mempersilakan Erfly dan Gama duduk.
"Terima kasih buk", Erfly merespon pelan, kemudian duduk di kursi tepat di hadapan bu Devi.
"Ibu perlu bantuan kalian", bu Devi tidak basa-basi lagi.
"Ya...?", Erfly menjawab ragu.
"Sekolah kita minggu depan itu akan kedatangan siswa studi banding dari Bengkulu. Ibu udah minta tolong anak Osis atur acara, nah... Masih bingung konsumsi mereka selama disini", bu Devi bicara lagi.
"Pesan ketringannya ibu Mayang aja buk", Erfly menjawab antusias.
"Ibunya Mayang buka ketringan...?", bu Devi seolah dapat solusi atas permasalahannya.
"Iya buk, snack atau nasi kotak juga bisa sekalian", Gama menimpali.
"Bagus kalau begitu. Kalian berdua tolong urus ya. Sebentar ibu cari catatannya", bu Devi mengacak-acak laci mejanya, kemudian menyerahkan selembar kertas ketangan Erfly.
"Budget anak sekolah, yang gurunya mau dipisahkan atau disama ratakan saja buk...?", Erfly bertanya lagi.
"Emang berapa...?", bu Devi kembali bertanya.
"Kalau nasi kotak biasanya ngambil 20 ribu perkotak buk, itu sudah sama lauk, buah dan minum. Kalau snack tergantung pesanan, kalau mau yang rada enak 10 ribu satu kotak", Erfly menawarkan.
"Kayaknya g'ak cukup dengan budget sekolah kalau segitu", bu Devi merasa keberatan.
"Berarti ngambil yang nasi bungkus aja, bukan nasi kotak", Erfly memberi pilihan.
"Jadi berapa...?" Bu Devi kembali bertanya.
"Kita Sesuaikan sama budget yang ibu kasih ke Erfly ini aja buk", Erfly bicara pelan, senyumnya merekah menghiasi bibirnya.
"Baik kalau begitu", bu Devi bicara lega.
"Tapi... Ada sedikit masalah buk", Erfly kembali angkat bicara.
"Kenapa...?", bu Devi ikutan cemas.
"Usaha ketringan ibunya Mayang kan lumayan baru. Jadi... Mereka belum punya mobil untuk mengantar pesanan dalam jumlah banyak", Erfly bicara apa adanya.
"Masalah itu gampang. Ntar pakai mobil ibuk aja buat jemput. Yang penting ibunya Mayang mau dulu dengan budget segitu", bu Devi bicara pasti.
"Siap. Ibu tenang saja. Kalau begitu Erfly permisi dulu buk sama Gama. Laper", Erfly bicara santun.
"Eh... Uang DP nya...?", bu Devi meraih dompetnya.
"Gampang buk, ntar aja, kalau acara udah selesai kita hitung-hitungannya", Erfly mengacungkan jempol kanannya sebelum pergi meninggalkan ruangan BP.
"Mau makan apa bang...?", Erfly menawarkan.
"Mie goreng kayaknya enak nih", Gama memberi saran.
"Kantin belakang kalau gitu, yang dekat lab bahasa", Erfly menawarkan.
Gama dan Erfly langsung menuju tempat yang dituju. Setelah memesan, Erfly dan Gama duduk ditempat kosong.
"Usaha ketringannya lancar neh dek", Gama membuka topik pembicaraan.
"Alhamdulillah bang, rejeki keluarganya Mayang. Dengan kayak gini, orang tuanya Mayang g'ak perlu pusing lagi membiayai sekolahnya Mayang dan adik-adiknya. Sekalian bisa makan juga dari buatin makanan ketringan", Erfly tersenyum puas.
Gama langsung mengusap pucuk kepala Erfly dengan sayang, "Kamu itu dek, malaikat berwujud manusia", Gama bicara lirih.
"Erfly g'ak mau bang jadi malaikat", Erfly menjawab dengan nada paling rendah.
"Kenapa...?", Gama bertanya bingung.
"Dia akan selalu kesepian, hanya sendirian", Erfly bicara lirih.
"Dek... ", Gama merasa bersalah.
"Abang ada teman yang mobilnya bisa disewa g'ak...?" Erfly mengalihkan pembicaraan.
"Buat...?", Gama bertanya bingung.
"Nganter ketringan, g'ak enak kalau ngerepotin papa mulu", Erfly bicara sungkan.
"Ntar Gama coba tanya-tanya deh", Gama memberi solusi.
"Sip", Erfly mengacungkan jempol kanannya. Kemudian fokus makan, karena pesanannya sudah datang.
***
Pulang sekolah Erfly mengambil brosur di percetakan. Saat naik kembali ke motornya HPnya berbunyi.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
"Gimana ketringannya dek...? Bisa...?"
"Alhamdulillah bisa bang"
"Alhamdulillah, bisa mampir kerumah sakit sebentar dek. Ada yang mau saya bahas. Sekalian saya lunasi pembayarannya"
"Abang defisi apa...?"
"Bangsal anak-anak, kalau g'ak saya tunggu di ruangan dokter Alfa saja, biar gampang"
"Baik bang, 10 menit lagi Erfly InsyAllah sampai. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Sesampainya dirumah sakit Erfly dikagetkan dengan pemandangan seorang gadis yang berdiri diatas gedung rumah sakit. "Astagfirullah", Erfly segera memarkirkan motornya, kemudian berlari keatap gedung rumah sakit.
Setengah jiwanya terasa melayang, air matanya tidak mampu dibendungnya lagi. Erfly terpaku diam mematung melihat pemandangan didepan matanya saat ini.
Gadis yang mau bunuh diri tadi berada didalam pelukan Cakya. Gadis itu menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Cakya.
Dada Erfly terasa panas, hatinya seperti dicabik-cabik. Erfly memutuskan untuk pergi, karena tidak sanggup melihat pemandangan yang menyakiti matanya sekaligus hatinya.
Erfly tidak sengaja menendang botol minuman kaleng saat ingin berbalik pergi. Cakya menoleh ke sumber suara, langsung spontan melepaskan pelukannya dari gadis itu, dan mengejar Erfly.
"Erfly... Dengar dulu...", Cakya meraih pergelangan tangan Erfly.
Erfly menghentakkan tangannya dengan kasar, sehingga genggaman tangan Cakya terlepas. "Apa yang dilihat sudah cukup menjelaskan", Erfly berlari meninggalkan Cakya.
Tidak perduli mau berapa kalipun Cakya berteriak memanggil nama Erfly, Erfly masih berlalu semakin menjauh.