webnovel

Bukan Mawar Biasa

Tentang seorang perempuan yang memilih pergi ke Surabaya karena kisah cintanya kandas di Jogja. Dia berjuang mendapatkan kebahagiaan namun harus dihadapkan dengan kenyataan yang tidak diinginkan. Dia harus berhadapan dengan kakak sepupunya yang tidak pernah menganggap dirinya sebagai keluarga. Tentang cinta, sahabat, dan keluarga. Nayla Mawar Valeri perempuan tangguh dengan sejuta senyuman dalam menghadapi setiap ujian kehidupan. Akankah dia sanggup menghadapi kakak sepupunya?

NaLia · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
14 Chs

Nayla #13

Malam hari dan tepatnya malam Minggu. Keluarga Barata sedang bercanda bersama di rumah Pendopo yang ada di halaman belakang. Sambil ngopi dan berkeluh kesah tentang kehidupan. Tentu saja hanya Barata yang mengisahkan kisah hidupnya dengan Rintang. Semua asisten rumah tangga dan supir pun ikut mendengarkan. Mereka semua tersenyum karena terharu dengan kisahnya. Nayla pun tersenyum mendengar kisah Pakdhe dan Budhenya. Ternyata tidak kalah romantis dengan kisah Cinta Bundanya.

Para pendengar cerita mulai tanya jawab dengan Barata. Mereka begitu antusias bertanya terutama Gina. Gina paling banyak bertanya kepada Barata. Pertanyaan yang konyol membuat semua orang yang ada di sana tertawa. Nayla merasa berada disebuah keluarga lagi. Tiba-tiba tangannya ada yang menggenggam. Dan pelakunya adalah Reyza. Nayla bingung menatapnya. Apa maksudnya Reyza menggenggam tangannya.

Reyza tersenyum memandang Nayla yang terlihat bingung. "Kisah kita bakal lebih romantis dari beliau". Bisikan Reyza sukses membuat Nayla membelalakkan matanya.

"Apa maksudnya mas?" bisik Nayla.

"Suatu saat juga kamu bakal tahu. Mawarku!". Reyza mencium punggung tangan Nayla dengan pelan dan diam.

Gerakan itu tidak sengaja dilihat Gina. Dengan kepolosannya Gina pun mendekat. Mas Eja ngapain pegang tangan Nayla?". Pertanyaan Gina membuat semua orang memandang Reyza dan Nayla.

Dengan tenang Reyza pun menjawab "lagi bisikin Mawar suruh ambil cemilan yang tadi sore mas beli. Mas taruh dikulkas".

"Bohong" tuduh Gina.

Nayla hanya tersenyum dan berdiri "maaf, Nay ambil cemilannya Mas Rey dulu ya". Nayla berlari ke arah dapur dan mencari apa yang tadi dikatakan Reyza. Memang parah dia. Pintar sekali berakting.

Nayla memandang dirinya dalam pantulan cermin kulkas. Sungguh wajahnya memerah karena malu dan takut. Namun apa yang ditakutkan Nayla? Bukannya Nayla dan Reyza memang saudara. Mereka tidak ada hubungan yang aneh. Nayla menghembuskan napas panjangnya. Mencoba mengontrol hatinya. Kemudian Nayla kembali kumpul bersama keluarga Barata.

.....

Pagi harinya family time keluarga Barata di taman rumah. Menanam bunga dan menata taman adalah hobi Barata yang paling digemari. Semua orang rumah pun turun tangan membantu Barata.

Reyza yang hanya duduk dikursi taman pun ikut bergabung saat Nayla keluar dari dalam rumah. "Mawar ambilin sarung tangan dong". Pinta Reyza.

"Itu udah Mamah siapin di meja" jawab Rintang.

"Ohhh.... Mawar ambilin topi biar gak kepanasan" Reyza masih meminta tolong.

Sebelum menjawab, kali ini Barata yang memotong. "Topi kan ada di pojok taman, tinggal pakai saja. Pakai topi kebun biar gak terlalu kotor nantinya".

Reyza masih belum nyerah. "Yaudah...  Mawar ambilin air putih yang dingin. Mas haus".

"Ihh mas Eja, itu di meja ada macam-macam minuman. Tinggal nuangin doang". Dan Gina pun gemas melihatnya.

Nayla hanya bingung mau berkata apa. Akhirnya hanya bisa senyum dan memandang Reyza. "Mas Rey mau minum apa? Biar Nay yang nuangin".

Reyza pun senang mendengarnya. "Terserah Mawar aja, yang penting air dingin".

Semua pun turut menata taman yang mulai bermekaran dengan bunga-bunga yang Indah. Dan taman rumah Barata dominan dengan bunga  mawar. Berbagai varietas mawar ada di sana. Rintang dari kecil sudah hobi dengan bunga mawar. Apalagi dulu saat Reyza masih kanak-kanak, dia selalu bilang bahwa dia sangat menyukai mawar. Padahal yang dimaksud Reyza itu bukan mawar biasa. Bukan bunga mawar yang ditanam. Tapi yang Reyza sukai itu Nayla Mawar Valeri.

***

Jogja, 15 tahun yang lalu.

Keluarga kakek Munawar kumpul di taman depan rumah. Waktu itu libur akhir tahun. Rintang beserta keluarganya mudik ke Jogja. Menghabiskan waktu libur sekolah anak-anaknya di sana. Menanam bunga mawar bersama keluarga sudah jadi tradisi untuk Rintang dan Tantri. Kakak adik yang sangat kompak dalam hobi menanam bunga. 

Saat itu sudah satu tahun Tantri mengadopsi Nayla kecil. Dia sangat cantik dan penurut. Reyza kecil belum mengenalnya. Reyza masih kelas 1 SD waktu berkenalan dengan Nayla.

"Kamu siapa?" tanya Reyza kecil saat melihat Nayla bermain boneka dengan Gina. Gina pun tidak mengenalnya tapi masih mau bermain bersama.

"namanya Nayla" Gina kecil yang menjawab.

"Mas ndak tanya kamu, mas nanya sama dia" Reyza menunjuk ke arah Nayla kecil.

Nayla kecil hanya bingung menatapnya. Nayla tidak terbiasa bermain dengan orang lain saat itu.

"Namanya Nayla Mawar Valeri. Sekarang dia juga adik kamu mas. Nayla Salim dulu sama Mas Eja" suara Tantri terdengar dari arah depan.  Nayla pun menjabat tangan Reyza. Mereka saling lempar senyuman. "Sini sayang main di luar, kita menanam bunga Mawar bersama ya".

Dengan semangat Reyza menggandeng Nayla, menuntunnya untuk keluar bersama. Tangan kanan menggandeng Nayla, dan tangan kiri menggandeng Gina. Tantri senang melihat pemandangan tersebut. Nayla pun ikut bahagia diperlakukan dengan baik di keluarga Tantri. Nayla masih belum paham statusnya di keluarga kakek Munawar.

Sambil berjalan ke taman, Reyza membisikan sesuatu ke telinga Nayla. "Mas panggil kamu Mawar ya".

"Kenapa?" satu kata yang keluar dari mulut Nayla kecil. Dia terbiasa dipanggil Nayla.

"Ndakpapa, mas suka aja sama Mawar" jawab Reyza kecil.

Semua orang menata taman dengan senang. Rintang dan Tantri memetik beberapa bunga mawar untuk dijadikan hiasan rumah. Karena bunganya banyak yang sedang mekar.

Gina dan Nayla memakai mahkota mawar yang sudah dirangkai oleh Rintang. Mereka terlihat menggemaskan. Reyza pun tidak berhenti menatap Gina dan Nayla. Namun pandangannya saat itu lebih lama menatap ke arah Nayla.

"Mamah sama bulik Tantri paling suka bunga mawar ya?" tanya Reyza kecil.

"Iya sayang. Nanti di Surabaya juga mamah bakal bikin taman kaya di rumah kakek ini. Eja suka ndak?" ucap Rintang.

"Tentu aja suka mah. Eja paling suka Mawar" jawab Reyza tanpa mengalihkan pandangannya dari Nayla.

" wah Bagus dong. Kalau begitu mamah bakal menanam mawar yang banyak di rumah Surabaya nanti. Eja paling suka mawar warna apa?"

"Mawar merah" Reyza tersenyum menjawabnya.

Tantri tertawa mendengarnya. "Wah keponakan Bulik suka mawar ternyata. Jarang loh anak cowok suka tanaman".

"Iya bulik, Eja suka mawar tapi bukan mawar biasa"

"Bukan mawar biasa itu mawar seperti apa mas eja?" tanya Tantri.

"Nayla Mawar Valeri. Dia kan namanya juga mawar". Jawab Reyza kecil dengan polosnya dan tanpa ekspresi.

Semua yang mendengar ucapan Reyza pun tertawa. Reyza kecil dianggap lucu. Ucapannya berhasil membuat suasana di taman makin hangat. Semua orang menganggap itu candaan semata. Namun bagi Reyza kecil saat itu adalah ucapan dari hatinya.

.....

Siang hari di kampus, Nayla dan Rosita duduk tenang di sana. Rosita fokus menyelesaikan novel terbarunya. Dan Nayla fokus membaca novel kesayangannya. Ada Edo juga yang setia menemani mereka. Namun Edo hanya bermain dengan ponselnya saja. Di perpus tempat paling nyaman untuk duduk santai.

Tanpa disadari, Dimas sudah duduk di samping Nayla. "Kakak boleh ngomong sebentar nggak?"

Nayla menoleh dengan bingung. "Ada apa kak?"

"Kita ngobrol di bangku pojok sebentar ya. Maaf ya, kakak pinjam Nayla sebentar". Ucapan Dimas direspon dengan anggukan kepala oleh Rosita dan Edo.

Dimas dan Nayla pun pindah tempat duduk. Dimas menatap lawan bicaranya dengan serius. Mulai merangkai kata yang pas untuk disampaikan ke Nayla.

"Kakak pengin bilang sesuatu. Tapi Nayla janji ya jangan tersinggung"

Nayla mengerutkan dahinya. "Emangnya kakak mau menyampaikan apa?"

"Hmmm.... Kakak cuma mau bilang. Nayla jangan sampai punya perasaan sama Eja".

"Kak, maksud kakak perasaan bagaimana?"

"Perasaan antara cowok dan cewek. Nayla tahu maksud kakak kan? Kakak nggak mau nanti Nayla kecewa"

"Nay sama mas Rey itu saudara. Apa yang kakak khawatirkan?"

"Eja nggak pernah menganggap Nayla itu saudara. Jadi kakak ingetin, Nayla harus hati-hati sama Eja. Jaga hati Nayla baik-baik. Inget pesan kakak!". Dimas mengelus punggung tangan Nayla yang mulai dingin. "Maaf atas kata-kata yang kakak ucapin. Tapi Nayla harus jaga jarak sama Eja". Dimas pun berlalu setelah ngobrol.

Nayla hanya diam di tempat dengan tatapan kosongnya. Nayla masih belum mencerna dengan baik kata yang baru saja disampaikan oleh Dimas. Perlakuan Reyza sekarang memang berbeda dan cenderung aneh. Tapi Nayla selalu menghempaskan pikiran buruknya. Namun ucapan Dimas tadi membuat Nayla makin berpikir kearah yang sama.

***

T. B. C