Memandang hamparan bukit di depan mata membuat Nayla begitu nyaman. Nyaman sehingga dia lupa akan sakit dimasa lalunya yang belum lama. Nayla pergi camping di alam terbuka bersama Reyza dan teman-temannya. Sudah beberapa minggu ini Nayla sering pergi bersama Reyza. Nayla pun menjadi akrab dengan teman-teman Reyza yang sekarang. Nayla menikmati setiap perjalanan yang mereka lalui. Tidak peduli apapun hubungan yang terjalin diantara mereka. Nayla hanya bisa menikmatinya. Reyza sekarang begitu terbuka memperlakukan Nayla dengan penuh kasih sayang. Tentu saja mereka lakukan di belakang keluarga. Hanya Reyza dan Nayla yang tahu.
"Suka?" tanya Reyza dari arah belakang Nayla. Reyza menggenggam erat tangan Nayla yang dingin.
"Indah banget pemandangannya" Nayla tersenyum menatap Reyza. Genggaman tangan mereka semakin erat.
"Capek ndak?"
Nayla menggelengkan kepala "Nay betah di sini Mas".
"Kita bakal sering camping kok"
"Mas Rey bakal ngajak Nay terus?"
"Tentu aja, seumur hidup juga Mawar bakal sama Mas terus" senyum Reyza merekah sempurna.
Mawar memilih mengabaikannya. Tanpa dibicarakan pun semua pasti tahu maksud perkataan Reyza. Nayla hanya ingin menyangkalnya. Nayla menikmati setiap perlakuan Reyza saat ini. Namun tidak berharap banyak. Nayla bahagia dengan sikap Reyza yang selalu perhatian setiap hari.
.....
Nayla dan Reyza sampai di rumah Barata saat malam hari. Mereka bergabung makan malam bersama.
"Nay, belakangan ini sibuk banget. Budhe jarang ketemu Nay di rumah. Jaga kesehatan ya".
"Maaf Budhe, Nay banyak kegiatan di kampus. Sekarang jadwal di sanggar juga tambah" ada perasaan bersalah di hati Nayla.
"Ndak papa yang penting jangan kecapean ya Nay" Rintang begitu perhatian.
"Jelas aja sibuk Mah, sekarang juga sering banget jalan sama Mas Eja" Gina menyela dengan tidak suka.
Reyza pun tidak tinggal diam "kan Mawar jarang pergi-pergi jadi Mas ajak aja manjat gunung biar dia ndak manja".
"Kenapa Gina ndak diajak juga Mas?" tanya Gina ketus.
"Kalo disana kamu minta gendong siapa yang repot? Di Jogja aja dulu nangis waktu ke kaliurang" jawab Reyza dengan tersenyum santai.
"Ihhhh Mas Ejaaaaa"
Suasana malam yang ramai karena Gina terus protes dengan perlakuan berbeda dari sang kakak. Namun Reyza sangat pandai meredam situasi seperti ini.
....
Nayla bersandar pada bantal di sofa kamarnya. Membaca novel romance favoritnya. Nayla mungkin merasa lelah tapi belum ada tanda-tanda kantuk dalam dirinya. Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan Nayla masih on fire. Tiba-tiba terdengar suara handle pintu dibuka dari luar. Nayla kaget karena lupa mengunci pintu kamarnya.
"Kebiasaan banget kunci kamar ndak dikunci" itu suara Reyza. Dia masuk kamar Nayla tanpa permisi. Bahkan mengunci pintu.
Nayla membelalakan mata dengan waspada saat melihat Reyza semakin mendekatinya "Mas Rey ngapain ke kamar Nay jam segini?".
Reyza langsung memposisikan diri di sofa. Menenggelamkan kepalanya di pangkuan Nayla. "Mas cuma ngecek, ternyata Mawarku masih terjaga".
Muka Nayla pun memerah antara malu atau marah "Mas sering masuk kamar Nayla?"
"Kadang-kadang aja sih. Tapi kali ini sengaja masuk. Masih pengin berdua sama kamu" Reyza mengungkapkannya tanpa malu.
Kata-kata terakhir Reyza membuat Nayla makin resah. Reyza benar-benar semakin agresif menyatakan perasaannya dan menunjukkan sikap sayangnya. Tapi itu semua ditunjukkan jika mereka sedang berdua saja. Sikap Reyza membuat Nayla bingung. Tidak ada kejelasan dalam hubungan mereka. Tapi perlakuan Reyza jelas menunjukkan hal yang selalu dilakukan oleh kekasih. Apakah berarti mereka menjalin kasih layaknya laki-laki dan perempuan pada umumnya? Tapi mereka kan saudara. Nayla makin resah memikirkannya.
Reyza menggenggam tangan kanan Nayla, meletakkannya di depan dada "ingat pesan Mas ya, jangan buka hati untuk orang lain. Mas akan berjuang untuk kita. Jangan mikir hal lain. Cukup jadi Mawar yang bahagia aja. Urusan ke depan Mas yang akan berusaha".
"Mas.... "
"Adikku cuma satu, dan kamu.... Mawarku" terang Reyza.
"Kalau Budhe tahu gimana?"
"Ndak papa, biar Mas yang jelasin. Kamu cukup jadi diri sendiri aja. Mas ndak minta apapun kok". Reyza mengganti posisinya. Dia duduk menghadap Nayla.
Nayla makin gugup dengan posisi Reyza sekarang. Dia tidak bisa menghindari tatapan kakak sepupunya itu. "Mas ndak bercanda kan?"
Reyza tersenyum dan masih menggenggam tangan Nayla yang mulai terasa dingin. Dia tahu Nayla sedang gugup. Reyza langsung mencium kening Nayla tanpa permisi. Menciumnya dengan lembut, penuh kasih sayang.
"Mas.... " Nayla benar-benar terkejut dengan perlakuan Reyza ini.
Reyza melepaskan ciumannya. "Kamu cukup ingat satu hal. Kamu Mawarku! "
Tanpa sadar Nayla menganggukan kepala tanda setuju. Reyza pun tersenyum. Mengelus rambut kepala Nayla kemudian mengecup sekilas Puncak kepala Nayla.
"Tidur sana udah jam segini. Katanya besok mau ngedance lagi" Reyza berdiri dan menuntun Nayla agar segera tidur di kasur.
"Iya Mas. Mas juga tidur sana. Nanti ada yang lihat mas di kamar Nay. Ndak baik"
Reyza tersenyum dan segera keluar kamar. Nayla bernapas lega saat Reyza keluar. Mungkin Nayla memang harus membuka hatinya. Tapi haruskah dengan kakak sepupunya?
***
Sanggar Tari Ferlita dance ramai riuh dengan suara musik keras yang mengalun di antara para penari yang lincah. Hampir semua peserta sanggar kumpul di studio. Nayla sangat bersemangat hari ini. Mungkin perasaannya sedang baik. Terlihat begitu energik.
"Oke cukup untuk hari ini" Ferlita menghentikan musiknya.
Semua anggota sanggar kumpul jadi satu lingkaran yang di tengahnya ada pemilik sanggar.
"Kakak ada proposal sebuah event. Event ini untuk acara ulang tahun kampus. Mereka ingin pertunjukkan dance modern. Mungkin kakak akan pilih beberapa dari kalian. Jadi minggu depan mungkin akan kakak seleksi" ucap Ferlita.
"Siap kak" jawab serempak dari semua peserta. Tentu saja kecuali Nayla.
Satu persatu anggota pulang, tersisa Nayla sendiri menunggu dijemput seseorang.
"Kamu masih Teguh pendirian?" Ferlita bertanya tanpa menatap Nayla.
Nayla tersenyum ramah. "Untuk saat ini masih kak".
"Sangat disayangkan. Kakak pengin kamu nyoba sekali gimana?"
"Nay belum berani kak, kan kakak tahu sendiri Nay paling beda kalau di panggung"
"Kalau yang kamu permasalahkan adalah jilbab kamu, berarti kamu kurang jauh mainnya" Ferlita tertawa mengatakannya.
"Iya kak tahu kok. Sekarang apapun bisa dilakukan tanpa melepas jilbab. Lain kali aja kak kalau Nay udah dapat ijin"
"Ijin dari Eja?"
Muka Nayla terlihat memerah dan bingung menjawabnya. Nayla takut apa yang akan dikatakannya menjadi hal buruk untuk ke depan.
"Jangan dipikirin Nay. Jalani aja" ucap Ferlita santai.
Nayla makin bingung dengan ucapan Ferlita.
"Itu jemputan dateng Nay. Jangan melamun!" tegur Ferlita sambil berlalu.
Nayla menoleh ke arah pintu utama dan Reyza terlihat tenang berjalan menghampirinya.
"Udah selesai latihannya?" tanya Reyza.
"Udah mas, langsung pulang kan?"
Reyza hanya tersenyum licik namun menghangatkan. Ada hal yang ingin dia lakukan. "Kita muter-muter bentar ya".
Nayla hanya menganggukan kepala. Dia selalu pasrah jika sedang pergi bersama Reyza. Sangat patuh apapun yang akan Reyza lakukan padanya. Karena Nayla tahu, Reyza akan selalu menjaganya dengan penuh kasih sayang. Nayla benar-benar bisa melupakan hal menyedihkan jika sedang berdua dengan Reyza. Nayla bisa melupakan mantan kekasihnya. Bisa melupakan sikap teman-temannya yang ternyata banyak dusta di belakangnya. Nayla hanya memiliki satu teman yang dipercaya yaitu Tama. Dan astaga, Nayla lupa kalau dia masih memblokir nomor ponsel Tama. Apakah sekarang Nayla harus menghubunginya. Dia sudah berjanji akan bercerita jika sudah memiliki kekasih. Tapi sekarang apa Reyza adalah kekasihnya?
***
T. B. C