webnovel

Break The Limit - Magic Explosion

Sepuluh ribu tahun berlalu, ledakan itu kembali terjadi. Pemicu terbangunnya kekuatan maha dahsyat yang diwakili 7 batu giok. Setiap giok mewakili elemen tertentu. Siapa yang mendapatkannya, kekuatan dan kekuasaan berada di tangannya. Mengambil langkah bijak selalu menjadi yang tersulit. Apa yang akan ia lakukan setelah semua benda itu berada di tangannya? Kekuatan? Kekuasaan? Atau mengakhiri segalanya?

sasakigrunge_ · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
7 Chs

Perjalanan ke distrik Vaylon - Wilayah kerajaan Kan Dha I

Raja memutuskan supaya mereka lekas bergerak. Jadilah 3 orang itu memulai perjalanannya di esok hari. Putri Daria yang memimpin perjalanan sebagaimana perintah raja. Bukan soal tekad atau banyaknya informasi yang dimiliki. Seharusnya perjalanan ini memang lebih cocok dipimpin oleh Fang. Tapi dunia ini memiliki peraturannya sendiri. Keluarga Naderline, tak ada kemampuan khusus dalam hal bertarung, tapi mereka cakap dalam memimpin kelompok sampai lingkup yang sangat besar. Perkataan mereka selalu hidup, membuat siapapun yang mendengarnya tunduk patuh.

Dalam hal ini, Fang melihat Daria juga sosok yang begitu ambisi dengan kekuatan, tapi kekuatan baik yang menghancurkan kejahatan. Sosok Daria juga merupakan satu-satunya penyihir di keluarga Naderline. Penyihir pelangi tepatnya. Jim sempat bergumam tentang kekuatan pelangi yang menurutnya sama sekali tak berdampak. Mungkin hanya akan membuatnya semakin cantik dan menarik, ujarnya yang membuat Fang memukul lengannya pelan.

Perlu sehari semalam berkendara kereta kuda, untuk sampai di distrik Vaylon. Letaknya juga berbatasan dengan Kerajaan Hattar. Kerajaan yang disebut-sebut sebagai kerajaan api, karena tanah berasapnya. Distrik Vaylon juga merupakan distrik terbesar sekaligus terpadat setelah Toroda (Ibukota Kerajaan Kan Dha), meski begitu, jalan yang perlu dilalui dari Toroda ke Vaylon didominasi oleh hutan hujan yang tentunya hujan selalu turun di tempat ini. Bahkan badai tak sungkan lewat tanpa diminta.

Poin tambahan untuk area yang mereka lewati sekarang adalah rasa tenang untuk Fang dan Jim karena mereka sama-sama menyukai tempat alami, terlepas dari apakah itu berbahaya atau tidak.

Kereta kuda sendiri merupakan kereta khusus yang dipersiapkan raja, ruang pria dan wanita dipisah, sehingga putri Daria bisa lebih tenang dengan kesendiriannya. Kuda yang dipakai juga merupakan kuda terlatih, berpostur tinggi besar berwarna hitam. Salah satu dari kusir itu masih berkerabat dengan Jim, tapi Jim sama sekali tak menunjukan minat untuk berkomunikasi dengannya.

Fang berbaring di atas dipan sempit. Kepalanya berpangku bantal. Ia memejamkan matanya barang menghilangkan rasa kantuk. Semua gambaran akan apa yang akan dilalui mulai berkelabatan. Setiap pengelana pasti menemui duri di jalannya, diduga atau tanpa diduga. Sulit atau mudah itu bukan penentu, yang menjadi penentu adalah kesiapan diri menghadapinya. Fang mencoba meyakinkan diri dengan kalimat itu. Kesiur angin berhembus. Angin khas kesejukan hutan. Membawa lelap yang menghirupnya. Fang semakin tertarik ke alam mimpi. Satu dua pikirannya mulai kabur diganti ketenangan. Tapi, Fang tak sempat hanyut ke alam mimpi. Sesuatu mengganggunya. Sesuatu terjadi pada kereta kuda. Tiba-tiba kehilangan kendali setelah suara hantaman.

"Hentikan keretanya!!" suara kusir di depan sana tampak sedang kacau.

"Apa yang terjadi?" suara anggun di itu menyusul.

"Ada serangan tuan putri! Harap berlindung! Jim! Fang! Kami butuh bantuanmu!" teriak si kusir yang sepertinya merupakan keluarga Junbi.

Fang dan Jim sigap keluar menuju Medan terbuka. Untungnya, posisi kereta saat ini tak berada di jalan setapak sempit. Ada ruang yang membuat mereka setidaknya bisa mengayunkan pedang.

"Dimana musuhnya?" Jim pangling menengok ke sana kemari, Fang juga tak menjawab karena ia sama bingungnya.

Junbi memang darah ksatria. Meski seorang kusir, tapi jiwa ksatria itu tetap mengalir dalam darah. Ia hanya bersenjatakan belati, namun sigap menghalangi musuh yang menyerang tak terduga ke arah kereta sang putri. Suara dentingan pun susul-menyusul bersahutan. Fang tak bisa memastikan sosok hitam apa yang sedang dihadapi si kusir. Sosok itu sepenuhnya hitam dengan mata merah menyala.

Pikiran itu membuat Fang hilang fokus, sampai ia tak sadar kalau seseorang juga mengincarnya. Untung saat itu Jim sigap menebas pedangnya ke sosok yang tiba-tiba muncul di belakang Fang. Serangannya tepat sasaran. Namun target malah lenyap setelah serangan itu telak mengenai tubuhnya.

"Ternyata hanya bayangan!!" pekik Jim, "Tunjukkan dirimu, pengecut!" bentaknya menatap sembarang arah. Si kusir juga rupanya menghadapi lawan yang sama. Target itu lenyap setelah serangan mengenainya.

"Siaga serangan susulan!" sahut suara anggun itu. Putri Daria menampakkan dirinya. Keluar dari kereta.

"Putri, ini berbahaya!" Jim mencoba protes, tapi kalimatnya tertahan saat sang putri menaruh telunjuknya di bibir.

Jim berbalik ke arah Fang. Menatap garang ke arah pepohonan.

"Aku tak bisa membujuknya, kuharap kita bisa melindunginya semampu kita!" ujar Jim lirih, yang hanya bisa didengar oleh Fang.

Sebelum serangan inti, Fang sudah mempersiapkan kedua tangannya. Urat abu kini lebih merona dan menguarkan aura. Serangan itu, mengejutkan. Latar hutan seperti berkedip. Gelap seratus persen dalam sekian milidetik. Tapi begitu terasa. Setelah kedipan itu, dari segala arah muncul bayangan yang sama seperti sebelumnya, namun dalam jumlah yang besar, yang sepertinya juga lebih kuat.

"Putri!!" alih-alih di posisi. Jim merelakan tubuhnya sebagai tameng hidup untuk putri Daria. Fang tak sempat mencegah. Tangannya sudah terlanjur menangani segerombolan bayangan ini.

Untungnya, mereka tak sekuat yang Fang kira. Setidaknya, ia bisa merasa lebih baik kalau Jim bisa menghadapi ini. Putri Daria juga tampak memisahkan diri supaya ia bisa memberi kontribusi. Hanya dengan acungan tongkat sihir.

"[Rainbow Wave]!" Menyerang lawan dengan sihir area of effect. Berkemungkinan untuk menyebabkan efek knock back dan hypnotic.

Gelombang pelangi beruntun menyerang ke arah bayangan-bayangan itu. Seperti pesona wajahnya yang memukau, sepertinya sang putri memang dilahirkan atas nama keindahan. Meski itu serangan yang cukup efektif membantu, serangan itu lebih terkesan seperti indahnya kembang api di malam hari.

"Jangan terlalu fokus pada bayangan ini! ada seseorang yang lebih berbahaya yang mungkin akan menyerang," ujar sang putri. Seperti ada percikan hawa penuh semangat dalam suaranya, Jim menghentikan gerakannya - setelah melihat pemandangan pelangi juga tentunya. Ia memejamkan mata sejenak, menarik kesiur angin yang lewat ke dalam tarikan nafas. Kedua tangannya semakin mengeratkan genggaman pada dual blade. Dan saat mata terbuka,

"[One-hit Surcease]!!" - Mengeliminasi banyak target dalam satu serangan. Mengabaikan dimensi waktu. Target yang terhubung dengan pengguna skill akan lenyap seketika. Serangan overpower, tapi berdampak buruk jika pengguna berada di level rendah.

Latar belakang seperti kaca pecah, kemudian berserakan. Asap hitam tanda dari lenyapnya bayangan tersebut menguar di mana-mana. Bersamaan dengan itu, tubuh Jim terjatuh lunglai. Dual blade terlepas dari genggamannya. Fang sontak berteriak, tapi putri Daria mencegahnya dengan acungan telunjuk. Menyuruhnya tetap waspada.

"Tunjukan dirimu!!" teriak Fang urat-urat di tubuhnya seolah mekar sekarang. Tampak seperti kapanpun bisa putus.

Dua kusir yang tadi bersiaga menjaga kereta dan sang putri. Jim juga tengah mendapat teknik penyembuhan darinya.

"Dia mengincarku, Fang," kata sang putri. Tangannya bercahaya hijau. Terhubung dengan tubuh Fang.

"Ia ada saat kita mengajukan perjalanan ini pada yang mulia. Dan dia mengambil kesempatan ini. Bagaimanapun, kau harus tetap terjaga. Waspadalah!! jangan sampai lengah!!" perintah tuan putri. Perintah untuk melindungi semuanya. Meski terlahir sebagai keluarga Hudan, ia sudah yatim piatu sejak umurnya masih balita. Tak ada yang melatihnya tentang bakat keluarga Hudan.

Pamannya mengurusnya dan memasukannya ke Akademi Fieren untuk mendapat pendidikan dasar. Setelah menyelesaikan itu, sang paman meninggal karena sakit keras. Jadilah ia satu-satunya keluarga Hudan yang tersisa di kerajaan Kan Dha. Kejadian itu juga memaksanya untuk meneruskan hidup seorang diri. Tapi bagaimanapun, Fang tak mengeluh. Ia belajar menggunakan kekuatan keluarganya dan mendapat pendidikan dari dren Harumi. Sosok Fang sosok adalah yang teguh pendirian, tekad baja, dan sosok harapan di mata Harumi.

Ia belum pernah merasa menjadi yang diharapkan seperti ini. Masa lalu belum mengajarkannya. Semua pikiran-pikiran ini membuat degup jantungnya meronta. Tak hanya urat. Kini tubuhnya pun diselimuti aura abu.

Ia memusatkan pikiran pada dalang di balik semua ini. Pikirannya mengarah ke sebelah kiri kereta, berjalan cepat, melintasi pepohonan akasia, semak-semak tinggi dengan buah beri, sungai kecil dengan beberapa reptil, kemudian menanjak naik, dedaunan kering terbang ditiup angin, melewati beberapa pohon dan di kejauhan nampak sebuah naungan. Lebih mirip seperti gua, namun dengan konstruksi rapi dan simetris, pikirannya menembus ke sana.

Sesosok wanita dengan jubah hias panjang bermotifkan bunga-bunag putih. Bibirnya membentuk seringai licik. Matanya gelap penuh niat jahat. Ia duduk disebuah kursi panjang dengan lentera di samping kanan kirinya.

Fang menarik pikirannya. Letak keberadaan wanita itu tak jauh. Ia beralih ke arah putri Daria.

"Tuan putri, aku tau darimana asal serangan ini. Izinkan aku untuk meladeninya," tutur Fang.

"Kau yakin siapa yang kau temukan?" sang putri memastikan.

Fang balas mengangguk,

"Jika ada sesuatu terjadi padamu, luncurkan gelombang pelangi seperti tadi, supaya aku bisa segera kembali ke sini," pinta Fang.

Putri Daria mengiyakan hal tersebut.

Dan tanpa menunggu basa-basi, Fang melesat, meninggalkan seberkas cahaya abu-abu yang kemudian menghilang.

Fang tak perlu mengibas semak atau pohon yang menghadang. Semua objek tersebut akan hancur setelah Fang menabrakan tubuhnya meski dengan tekanan nol. Setelah beberapa saat berlari dengan kecepatan penuh, gua yang tadi berada di penglihatannya kini mulai tampak. Tapi, bukan hanya gua itu, melainkan sang penghuni juga berdiri di sana seolah menunggunya.

"Selamat datang di pesta kecilku," sahut wanita itu menyeringai.

Jika saja bukan karena aura gelapnya, maka wajah wanita itu pasti terlihat sangat cantik. Ia memainkan jarinya yang lentik. Henna hitam di kukunya menekankan aura magis yang menakutkan. Tak bisa dipungkiri, ia adalah seorang penyihir kuat. Fang tak bisa memprediksi batas tubuhnya,  tapi Fang sangat perlu hati-hati.

"Apa benar kau menginginkan putri Daria?" Fang mencoba angkat bicara.

Pertanyaan itu disambut tatapan sinis dan seringai yang semakin dalam.

"Ia adalah wanita sempurna, penyihir mana yang tak mau darah sucinya?" sahut wanita itu. Ia berjalan pelan. Memperpendek jarak antara dirinya dengan Fang.

Fang membiarkan wanita itu menghampirinya perlahan. Semakin dekat dia dengannya, semakjn tercium aroma bunga amarilis.

"Siapa kau? Darimana asalmu?" tanya wanita itu.

"Fang Hudan dari Muna," dengan senang hati Fang menjawabnya.

"Oh, Hudan rupanya, pantas saja otot-otot perkasa ini membuatku tergoda," ada sedikit nada genit di sana. Tapi bukan saatnya bagi Fang untuk tergoda.

"Apa yang dilakukan penyihir ketika ia memiliki darah suci?" tanya Fang. Lagi-lagi ia membiarkan wanita itu mulai meraba lengannya. Fang sengaja mengulur waktu untuk mengambil beberapa informasi terlebih dahulu. Soal kekuatan, entah kenapa perasaannya selalu mengatakan kalau ia takkan sanggup bahkan sekedar melukainya.

"Tentu saja, kekuatan, awet muda, dan umur panjang," tatapannya terpaku pada bola mata Fang. Setelah memberi senyuman, wanita itu menarik dirinya mundur.

"Hmmm, kau ingin aku membatalkan rencanaku bukan? Sayang sekali aku tak bisa melakukannya," tutur penyihir itu. Berbagai ekspresi raut wajah yang ia tekankan di setiap kata membuat Fang muak melihatnya.

"Baiklah, seperti yang kubilang sebelumnya, aku akan membuat pesta kecil. Dan karena kau sudah di sini, aku akan memberimu dua pilihan, bertarung yang sudah jelas hasilnya, atau melayaniku seperti ratu. Tenang, selain cantik, aku selalu paham mengenai selera pria sepertimu," sahutnya diakhiri dengan senyuman. Yah, senyuman, bukan seringaian. Ia juga tampak lebih mempesona dengan senyuman manisnya itu. Juga, lebih cantik dari putri Daria(?).