webnovel

Break The Limit - Magic Explosion

Sepuluh ribu tahun berlalu, ledakan itu kembali terjadi. Pemicu terbangunnya kekuatan maha dahsyat yang diwakili 7 batu giok. Setiap giok mewakili elemen tertentu. Siapa yang mendapatkannya, kekuatan dan kekuasaan berada di tangannya. Mengambil langkah bijak selalu menjadi yang tersulit. Apa yang akan ia lakukan setelah semua benda itu berada di tangannya? Kekuatan? Kekuasaan? Atau mengakhiri segalanya?

sasakigrunge_ · Fantasy
Not enough ratings
7 Chs

Perjalanan ke distrik Vaylon - Wilayah kerajaan Kan Dha II

Fang bungkam. Pikirannya seolah buntu sekarang. Sosok penyihir itu kian melebarkan senyumannya.

"Ayolah, itu pilihan mudah bukan? Salah satu dari pilihan itu menguntungkan kita berdua. Kau puas, begitupun aku," ujarnya kemudian tertawa cekikikan. Tawa itu sungguh kontras dengan wajah cantiknya.

"Bagaimana jika aku memilih pilihan pertama?" jawab Fang yang seketika membungkam tawanya.

"Kau yakin dengan ucapanmu? Aku sudah menekan kalau ini sudah jelas hasilnya bukan?" balas penyihir itu.

"Maaf, tapi aku lebih baik mengorbankan nyawaku ketimbang darah suci itu jatuh ke tanganmu," sahut Fang.

"Oh ya? Berarti sudah jelas pilihanmu, akan kubuat kau menarik kata-katamu!" setelah mengucapkan kalimat itu, ia melakukan serangan yang sama seperti sebelumnya. Tak ada tongkat sihir. Jemari lentiknya bergerak gemulai membentuk serangkaian sihir yang berangsur-angsur menjadi sosok bayangan.

[Pemuncul Bayangan]! - sihir pencipta bayangan. Kekuatan bayangan dipengaruhi energi sihir yang dikeluarkan. Sangat membantu dalam mengecoh lawan.

Penyihir itu mengeluarkan banyak sekali bayangan, tapi Fang juga tak membiarkan mereka melukai tubuhnya.

[Penguat tubuh]! - Mengorbankan sebagian besar energi untuk memperkuat ketahanan tubuh, juga menambah efek daya serang.

Dilanjut dengan skil,

[Pukulan Baja]!

Beberapa bayangan yang terkena skil itu seketika lenyap. Skil pembuka yang cukup efektif untuk menghabisi lawan dalam waktu singkat. Sampai tak lama kemudian, bayangan itu tak tersisa satupun.

Penyihir itu tersenyum,

"Tidak buruk," katanya tersenyum lebar "giliranmu yang memulai serangan," lanjutnya.

Kali ini Fang tak berpikir panjang, kalimat itu langsung ia sambut dengan serangan tinjunya.

[Pukulan berdentum]! - Tak bisa mengunci target, namun berdampak besar jika sasaran terkena serangan ini. Poin tambahan, ada percikan serangan dalam radius dekat yang dapat membuat sasaran terluka.

Sebagaimana meteor jatuh, serangan itu menciptakan suara berdentum kencang, tapi yang terjadi selanjutnya menciutkan semangat Fang.

[Lubang hitam]! - ukuran besarnya tergantung pada penggunaan mana sihir. Melenyapkan lawan atau memindahkannya ke dimensi lain.

Lubang besar itu seketika muncul di depan Fang yang sudah tak bisa lagi menarik serangannya. Dalam sepersekian detik, lengan dan tubuhnya lenyap. Kemudian sang penyihir menciptakan lubang yang sama di dekat tebing terjal dengan bebatuan yang sangat padat. Fang di teleportasikan ke sana. Tepat setelah kemunculannya, tangan yang masih dalam pengaruh skil itu menghantam dinding tebing. Bedebum kencang seperti meteor jatuh. Bahkan jubah sang penyihir terbang dibuatnya.

Berharap semua ini berakhir. Setelah bebatuan itu runtuh menimpa tubuh Fang. Si penyihir menyeringai lebar. Sekarang saatnya untuk mengincar apa yang seharusnya dia cari. Penyihir pelangi itu.

"Kerja yang bagus," sahut seseorang dari belakangnya.

Si penyihir menoleh, "Oh, kau rupanya. Terimakasih atas informasimu," ujarnya tersenyum manis.

"Tak ada kata terimakasih dalam kesepakatan," balas pria itu. Tak ada wajah yang bisa dideskripsikan. Karena, wajah itu tertutup topeng hitam putih.

"Aku tak bisa menjamin pria itu takkan mengganggu. Tugasmu sekarang yang mengawasinya," ujar penyihir itu.

"Dengan senang hati," balas si pria. Ia tak membalas tatapan. Tengah mengelus leher burung gagak yang kini di tangannya.

Penyihir kembali menggerakkan jemari lentiknya, membentuk alunan melodi sihir. Aura hitam mulai menyelimuti dirinya. Membungkus tak tersisa. Dan ketika angin berhembus menerbangkan aura itu. Sosok tadi telah tiada. Ia melakukan teleport.

"Kau wanita yang sangat menarik Yue," sahut pria bertopeng itu.

Tapi kemudian, reruntuhan tebing tadi tampak bergerak. Menarik perhatian si pria. Batu-batu padat perlahan bergerak. Perlahan kemudian menjadi-jadi. Tak lama setelah itu, terdengar suara dentuman. Dan Fang memperlihatkan tubuhnya yang masih kokoh. Meski ada beberapa guratan darah yang menggores di sana-sini.

Si pria tersenyum. Fang menatap tajam ke arahnya. Aura abu-abu itu semula padam. Tapi kini kembali menguar bersamaan dengan timbulnya otot-otot baja. Batu besar yang berada tepat di hadapannya ia angkat dengan satu tangan. Mengarahkannya ke arah pria bertopeng, dan..

"Wusshhh"

Seperti anak kecil yang melempar mainan bola kepada temannya. Sama sekali tanpa beban.

Pria bertopeng sontak terkejut melihat batu besar itu melayang ke arahnya. Dengan cepat, ia segera menghindar. Sekaligus memperpendek jarak antara ia dengan Fang. Tentu saja guna serangan balasan.

[Elemen petir - serangan berjarak]! - Salah satu bentuk serangan cepat. Namun, serangan yang dikeluarkan tak beraturan dan memiliki rasio rendah untuk mengenai lawan. Kekuatan daya serang akan meningkat jika elemen air bergabung.

Fang sigap mengambil batu lain dan melemparnya ke arah petir yang sedang bergerak cepat menyerangnya. 

Tepat sasaran. Batu itu meledak dan berhamburan. Di balik topeng, si pria menyeringai kagum. Kedua tangannya kembali beraliran listrik. Di sisi lain, Fang juga tak kalah dengan tangan otot besinya. Kali ini, Fang takkan segan. Permainan sesama pria.

***

Mata Jim mengerjap, kemudian sempurna terbuka. Pandangannya masih buram. Tapi berangsur membaik. Ia mulai menggerakan tubuhnya untuk bangun, kemudian menatap sosok yang kini di hadapannya.

"Tuan putri? Anda tak apa-apa?" tanyanya seketika. Ada rasa kecemasan di balik kalimat itu.

"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja," jawab sang putri tersenyum. Senyum yang selalu bisa membuat jiwa siapapun tenang melihatnya.

"Oh iya, ngomong-ngomong dimana Fang?" tanyanya setelah menyadari ketiadaan temannya itu.

"Dia sedang melakukan tugasnya. Tenang saja, dia akan kembali," jawab sang putri.

"Aku merasakan ada sesuatu yang datang yang mulia," sahut salah satu kusir yang membuat mereka seketika siaga.

"Aku juga merasakan hal yang sama," balas sang putri. Mata bulatnya menatap sekitar.

Jim segera bangkit dan menghunus dual blade-nya. Siluet sinar mentari menembus dedaunan. Menyiram wajah Jim dengan rambut pirangnya. Kilau pedang memantulkan cahayanya.

Di salah satu sudut, dekat pohon yang paling besar yang ada di sini. Sesuatu berwarna hitam tampak menguar di sana. Membulat kemudian membentuk sosok tubuh manusia. Angin kemudian berhembus. Mengungkap siapa sosok di balik benda hitam itu.

Jim terperangah. Membuatnya semakin mencengkram kedua pedangnya. Sosok itu menatapnya dengan tatapan layu. Seolah baginya mereka sama sekali bukan tandingannya.

"Siapa kau!?" bentak Jim.

"Setelah menghabisi anak buahku dalam satu serangan, tak mungkin kau tak mengenalku," balasnya santai. Seperti biasa, ia menggerakkan jemari lentiknya membentuk melodi sihir yang kapanpun bisa digunakan.

"Omong kosong!! Mana mungkin wanita cantik sepertimu yang melakukannya!!" aneh, memuji tapi membentak. Tapi kejujuran adalah poin plus dari seorang Jim.

"Apa maumu Yue?" putri Daria maju selangkah melewati Jim.

"Ah, putri. Kukira kau sama sekali takkan mengenaliku," ujarnya kemudian tertawa kecil. "Umm, sebenarnya hanya sesuatu yang mudah. Sedikit sampel dari darahmu sudah cukup," ujarnya sambil memainkan jari.

"Tidak tuan putri!" sahut si kusir - namanya Sean, yang tadi memperingatkan adanya kedatangan, bukan keluarga Junbi.

"Tidak setetes pun," lanjutnya, kalimat itu membuat semua tatapan terarah kepadanya.

"Hey, siapa anak muda yang tak tau sopan santun ini?" sahut penyihir Yue.

"Apa rencanamu kali ini Yue? Tak bisakah kau membiarkan kami lewat?" kata putri Daria.

"Untuk menemui Jhae Kong? Huh, tidak Daria, kau lebih baik pergi bersamaku daripada berguru kepadanya," balas Yue.

"Apa saja, aku mohon, selain darahku," pinta Daria.

"Tak ada negoisasi tuan putri. Kau yang memberikannya, atau aku yang akan mengambil paksa," seringai Yue.

Jim geram. Cukup sampai di sini basa-basinya. Ia mengalirkan elemen angin dalam kedua pedangnya.

"Takkan kubiarkan kau melakukannya! Aku tak peduli meski kau wanita cantik sekalipun!! Aku tak peduli!" teriak Jim mengacungkan salah satu pedang yang sudah teraliri arus elemen.

Kalimat itu disambut tawa oleh penyihir. "Hahahaha.."

"Kau lucu sekali anak muda, berapa kali kau harus mengulang kalimat itu?" ujarnya. Jim merasa konyol dengan lecehan itu.

"Tapi, baiklah jika itu keputusannya. Berarti aku sendiri yang akan mengambilnya?" lanjut Yue.

Kalimat ancaman. Putri Daria bersiap dengan tongkatnya. Jydanh - sang kusir Junbi, bersiap dengan belatinya.

Jemari Yue mulai menari-nari. Membentuk alunan melodi sihir. Satu dua portal kecil mulai terbentuk di sembarang arah. Mengepung putri Daria dan yang lain.

[Sihir Kegelapan - Serangan Beruntun]! - menembak dari tempat yang di tentukan (bisa portal udara/tanah). Daya serang tingkat menengah. Efek : membutakan pandangan.

Benar saja. Dari sembarang arah, peluru-peluru sihir gelap (baca:dark) menyerang tanpa ampun. Putri Daria mengeluarkan sihir pelindung.

[Sihir pelangi - Biru! Perlindungan!] - menciptakan shield yang dapat menyerap serangan sihir sampai pada poin tertentu. Semakin lama menggunakannya, semakin menguras tenagamu.

Dark Bullets - peluru-peluru itu, hancur saat mengenai lapisan pelindung nona Daria. Yue juga tampak fokus menyerang, memperkuat serangannya. Ia beralih ke skil lain. Menghentikan serangan Dark Bullet. Kedua tangannya mengumpul seolah membentuk lingkaran bola. Dalam waktu cepat, sihir gelap berbentuk bola muncul. Semakin lama, semakin membesar. Ukuran yang cukup membuat Jim dan yang lain kalap.

[Sihir Gelap - Gelombang Bola Sihir]! - Serangan beruntun berupa Bola seukuran bola sepak. Memiliki daya serang sangat tinggi. Mampu memusnahkan lawan.

Jim putus harapan. Padahal ia sama sekali belum menggunakan pedangnya untuk melawan penyihir ini. Tapi, setidaknya ia bisa berguna dengan mengorbankan tubuhnya untuk yang kedua kali. Melindungi putri Daria.

Tapi, apa yang dipikirkan Jim tak terjadi rupanya. Pikiran bahwa ia akan segera lenyap setelah bola-bola itu mengenai tubuhnya, yaitu saat ia memejamkan mata membelakangi serangan itu, ternyata tak terjadi. Padahal sang putri masih ada di hadapannya sekarang. Rupanya, beberapa detik sebelum serangan itu mengenainya..

[Elemen angin - Panah pelindung]! - menciptakan benteng angin. Meski tembus pandang, kuatnya bukan main. Semakin banyak panah membentuk garis benteng. Semakin kuat pertahanannya.

[Elemen angin - teknik badai penghancur]! Memusatkan angin pada satu pusaran. Menembak seperti terjangan badai.

Dua skil sekaligus. Satu pelindung yang sangat efektif. Satu lagi berhasil membuat Yue terpukul mundur.

Jim segera berbalik mencari pemilik skil itu. Dan matanya membulat ketika sosok itu menampakkan dirinya.