Pukul tujuh malam, aku selesai membersihkan rumah dan beristirahat sejenak di kamar. Kemudian, aku merapikan dan membersihkan diriku. Saat aku sedang membersihkan diri, aku teringat dengan tas besar yang diberikan oleh suster di rumah sakit. Aku pun mempercepat mandiku dan segera berpakaian. "Tas itu tadi kuletakkan di ruang tamu," pikirku. Aku keluar dari kamarku dan turun melewati tangga menuju ruang tamu. Sesampainya disana, segera kubawa tas itu ke dalam kamarku untuk aku periksa.
Kuletakkan tas itu di atas kasurku, kubuka tas itu dan kukeluarkan satu-persatu barang yang ada di dalamnya. Ada banyak barang di dalam tas itu, barang-barang disana mengingatkanku tentang keluargaku. Ada barang milik ayah, ibu, kakak, dan ada juga barang milikku sendiri. Aku pisahkan barang-barang itu berdasarkan kepemilikannya, ada dompet, perhiasan, pakaian, sepatu, jam tangan, dan boneka beruang biru mudaku. Setelah aku pisahkan, aku letakkan barang-barang itu di kamar masing-masing pemiliknya. Kemudian, aku tidur pada pukul sembilan malam sambil memeluk boneka beruangku.
***
Kring... kring... kring...
Suara alarm membangunkanku. Kubuka mataku dan kutatap langit-langit kamar, begitu ramai hiasannya tetapi tidak mengubah suasana di kamar ini yang terasa begitu sepi, sunyi, gelap, dan seolah-olah mampu memancarkan suasana hatiku yang sedang bersedih.
Kumiringkan badanku dan kutatap gorden yang menutupi cahaya untuk masuk ke dalam kamarku. Tidak ada lagi yang akan membukakan gorden itu di pagi hari atau menutupnya di sore hari untukku. Tiba-tiba setetes air mengalir di pipiku, aku teringat ibuku yang selalu membangunkanku di pagi hari, aku rindu omelannya yang dulu sangat mengganggu, aku rindu suaranya, aku rindu ibuku...
Hiks... hiks... hiks... aku menangis di pagi ini bersama dengan datangnya hujan yang seolah mengerti perasaanku. "Ibu... aku rindu padamu..."
***
Pukul sebelas aku terbangun lagi dengan kepala yang terasa berat dan mata sembab. "Sepertinya aku menangis lama sekali tadi pagi," pikirku. Aku bangkit dari tidurku dan segera merapikan tempat tidurku. Lalu, aku menuju kamar mandi dan membersihkan diri.
Setelah melakukan itu semua, perutku terasa lapar. Aku pun segera menuju ruang makan dan aku terdiam beberapa saat. Aku menatap meja makan, aku tiba-tiba teringat suasana yang biasa ada disana. Masakan ibuku yang sudah terhampar, celotehan kakakku bila menungguku yang lama bersiap, dan ayahku yang duduk tenang sambil meminum kopi panasnya. Setetes air mata tiba-tiba meluncur melewati pipiku. Segera kuhapus dan aku langsung menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. "Melati, kamu tidak boleh cengeng. Kalau kamu menangis terus, nanti mereka sedih. Kamu harus kuat, pasti ayah, ibu, dan kakak akan bangga," aku menyemangati diriku.
Hari ini aku mengenakan pakaian serba hitam, mulai dari dress hingga sepatu dan tas yang berwarna hitam. Aku berencana mengunjungi makam keluargaku, meskipun terasa berat, aku tidak ingin menunda-nunda untuk pergi kesana dan berdoa untuk keluargaku.
Setelah sarapan, aku langsung mengambil kunci mobil dan menuju garasi. Perjalanan menuju pemakaman tidak terlalu lama, hanya sekitar 30 menit dari rumahku. Tidak lupa aku membawa boneka kesayanganku.
***