webnovel

Jalanku Membunuhmu

Aku termenung untuk kesekian kalinya tentang apa yang telah kulakukan, aku mulai merasa keputusan yang dulu kami ambil adalah kesalahan yang akan mengakibatkan hal yang fatal dalam hidup kami, keputusan yang aku dan Hyunggu ambil dalam dendam yang begitu membara saat kami berdua masih remaja.

Namun setelah semua kejadian ini aku merasa benar-benar menjadi orang yang jahat, aku tidak berkata ayah Seunghee adalah orang baik ia sama saja dengan kami, bahkan dia yang mulai semua ini namun apakah kami berdua harus membalasnya.

Semuanya telah terjadi dan inilah jalan yang kami berdua putuskan.

Malam itu aku tak bisa tidur,aku benar-benar gelisah dan merasa putus asa.

Disisi lain hatiku tidak ingin membunuh Seunghee dan disisi lain lagi Hyunggu mendesakku membuat aku sungguh ingin gila sekarang.

Apa yang harus ku perbuat?.

Aku terus berbolak-balik di sofa itu, membalikkan badanku ke kiri dan ke kanan terus seperti itu dan kembali terduduk lagi lalu kembali berbaring lagi begitu terus sampai pukul 3 pagi.

Mataku yang tadinya terpejam kini kembali terbuka lebar aku benar-benar tidak bisa tidur.

Pikiranku sungguh tak sejalan dengan hatiku, dendam di dalam diriku terus meronta-ronta untuk mendesakku membunuh Seunghee namun hatiku berkata lain.

"Tidak ada jalan untuk bersamanya, jika kau membiarkannya hidup maka ia akan membencimu setelah tahu jika kau adalah sang pembunuh yang selama ini membunuh keluarganya, kau tahu apa yang terjadi kau akan sakit hati setelah dibenci oleh wanita yang sangat kau cintai apalagi saat kau tahu ia akan menikah dengan pria lain, Sungjae ..kau tak punya kesempatan apapun karena dosa-dosamu" bisikan -bisikan itu terus menghantuiku malam ini.

"Akhirnya Seunghee tetap akan membenciku" gumamku pelan, tiba-tiba saja aku merasakan air keluar dari mataku "apa aku sedang menangis?".

Seingatku, terakhir kali aku menangis saat orang tuaku meninggal dan sekarang aku kembali menangis, menangisi seorang perempuan.

Aku memeras kepalaku sendiri dengan keras yang kini mulai sakit lagi,sepertinya sakitnya karena aku terlalu banyak berpikir akhir-akhir ini.

"Kau pilih menjadi pria paling dibenci olehnya selamanya atau membunuhnya?".

"Aku tidak tahu!" jawabku pada bisikan itu.

"Tolong hentikan semua ini!" aku menangis tak tahan akan bisikan mengerikan itu yang entah dari mana.

Apa mungkin dari pikiranku sendiri?.

Entahlah.

Aku tidak ingin melihat Seunghee menikah dengan pria lain,aku ingin memilikinya seutuhnya, tapi itu mustahil karena ku tahu ia akan membenciku selamanya.

Apalagi jika tahu aku yang membunuh ibunya.

Membunuh maupun tidak tetap saja ia akan membenciku karena aku adalah seorang pembunuh yang selama ini membuat hidupnya selalu diiming-imingin kematian dan membuatnya banyak menangis.

Akhirnya akan tetap sama

Jadi bukankah lebih baik melihatnya mati daripada melihatnya mencintai pria lain.

Ya... aku benar, lebih baik dia mati.

Aku bangkit dari tidurku tadi dan perlahan melangkahkan kakiku menuju kamarnya yang tertutup itu.

Aku menarik gang pintu secara perlahan sebelum itu aku telah duluan sampai dapur dan mengambil pisau dapur ditanganku.

Mataku menelusuri kamarnya yang gelap namun sebenarnya tidak terlalu gelap karena cahaya bulan di malam yang dingin ini masuk kesela-sela jendelanya.

Dengan jelas aku bisa melihatnya tidur dengan pulas membelakangiku.

Entah kenapa air mataku kembali turun setelah melihatnya, aku sungguh mencintainya, namun hanya inilah jalan satu-satunya.

Ku sentuh bahunya dan kubalikkan badannya agar aku bisa melihat wajahnya yang cantik dan manis itu.

Wajah Seunghee saat tidur begitu menggemaskan seperti seorang bayi perempuan yang manis, aku sungguh suka padanya meski aku tidak bisa mengungkapkannya sampai akhir

Aku mulai naik kekasurnya bukan, tepatnya naik di perutnya secara perlahan agar ia tidak bangun

Tangan kananku gemetaran saat memegang pisau dapur itu,apa ada jalan membunuhnya tanpa merasakan sakitnya, jika ada pasti akan kulalui.

Tapi itu tidak mungkinkan.

Tangan kiriku kembali menyentuh pipinya dengan lembut "Seunghee aku adalah pria jahat apa pantas aku mendapatkan cintamu yang selalu bermekaran itu?" batinku.

Aku menggelengkan kepalaku hingga air mataku yang deras itu jatuh begitu saja, namun ini adalah keputusanku yang sudah bulat, aku tetap akan membunuhnya apapun yang terjadi.

Aku kembali membulatkan tekadku tadi.

Aku kini telah memegang pisau dapur yang tajam itu dengan kedua tanganku diatas Seunghee yang tertidur pulas, ya aku akan membunuhnya sekarang.

Mungkin ini adalah kebodohan yang akan membuatku menyesal karena telah membunuh orang tersayangku.

Tapi inilah jalan yang ku ambil.

Setelah itu aku mulai melayangkan pisau itu ke perutnya namun aku tersadar jika ternyata Seunghee telah bangun dari tidurnya.

Aku membeku setelah tatapan kami bertemu digelapnya malam itu

"Jadi ini jalan yang kau ambil Sungjae?" tanyanya pelan.

"Lakukanlah, jangan diam saja jika ini membuatmu puas bunuhlah aku, aku sudah menunggu saat-saat ini sejak lama" katanya membuatku tak percaya.

"Saat kau datang kerumah ini dengan luka berat aku sudah curiga padamu,aku mencoba menolongmu karena aku sadar kau benar-benar pembunuh itu setelah melihat gerak-gerikmu menonton film pembunuhan dan menjelaskan dengan baik padahal sebenarnya aku sangat paham film itu karena aku telah menontonnya berulang kali,aku juga tahu kau memberikan racun di jus ku saat itu namun aku tidak paham kenapa kau dengan sengaja kembali membuangnya,aku sudah menunggumu datang membunuhku dan jika sekarang adalah waktunya maka lakukanlah" jelasnya terlihat butiran air matanya mulai keluar.

Pisau itu masih ada dihadapannya namun sekuat tenaga pun aku ingin melayangkan pisau itu kearahnya namun aku tidak bisa.

"K- Kau tidak membenciku?" tanyaku

"Apa benar kau adalah warga desa di Yongin yang ayahku rampas perkebunannya dan menjadikan orang orang itu sebagai tumbal untuk sebuah proyek?" ia kembali bertanya padaku yang membuatku melongo.

"Ya" jawabku singkat.

"Sudah kuduga, ayahku telah berbuat jahat pada kalian, sekarang aku tahu semuanya maka dari itu aku tidak keberatan dibunuh olehmu apalagi kau adalah pria yang aku cintai" sambungnya.

"Kau tidak membenciku?" tanyaku lagi.

Ia menggeleng "Tidak.. aku sudah bilang kan sekali cinta aku akan tetap mencintaimu" tegasnya.

"Meski aku membunuh ibumu?" lanjutku.

Ia terdiam cukup lama "Sungjae kau pria baik, aku tahu kau melakukannya karena dendammu,aku hanya ingin bilang aku mau menjadi target terakhirmu tapi tidak ada lagi target berikutnya"

"Yang artinya kau mau menjadi yang terakhir dibunuh olehku?" aku memastikannya apa aku tidak salah.

Ia mengangguk "Aku tidak mengerti jalan pikiranmu" ucapku.

"Aku hanya ingin kau berhenti melakukan kejahatan dan hidup seperti manusia pada umumnya,berteman,bekerja,menikah dan punya anak" jelasnya lagi.

"Lalu kau pikir semudah itu, kenapa kau bisa berpikir setelah aku membunuhmu maka aku dengan mudah hidup bahagia seperti orang-orang!" aku meninggikan suaraku.

Ia tersentak "Kau mau tahu apa yang akan terjadi, setelah kau mengakui semuanya dan aku tetap membunuhmu aku akan dihantui rasa kasihan dan rasa bersalah setiap hari,bahkan sebenarnya aku tidak tahu apakah aku bisa hidup setelah membunuhmu!" kataku dengan keras.

"Kau jahat Seunghee, kau menjebakku dengan rasa nyaman dan bahagia yang kau berikan dirumah ini setelah itu kau menyuruhku membunuhmu,bukankah kau sangat jahat membiarkanku hidup sengsara dimasa depan setelah membunuh wanita yang sangat aku cintai" Akhirnya aku bisa mengatakan cinta dihadapannya meski waktunya benar-benar tidak tepat.

Pisau yang sedari tadi ada ditanganku itu aku lemparkan kelantai begitu saja dan langsung memeluk tubuhnya dengan sangat erat.

"Tahukah kau betapa bimbangnya aku memilih antara membunuhmu atau tidak,aku sangat ingin hidup bersamamu tapi aku didesak untuk membunuhmu rasanya aku ingin gila" bisikku ditelinganya.

Ia terus menangis didekapanku begitupun aku yang benar-benar tidak bisa menahan air mataku,sekarang apa yang akan kami lakukan berdua, apakah kami bisa bertahan.