webnovel

Matahari Dan Gelap Malam

"Kau tahu aku suka sekali saat melihat matahari terbit".

Aku meliriknya sejenak "benarkah, kalau aku suka matahari terbenam".

Sinar matahari yang mulai menampakkan dirinya terpancar melalui jendela-jendela dari kamar Seunghee, kaca jendela itu sangat besar hingga yang didalam bisa melihat yang ada diluar.

"Tapi bukankah kebanyakan orang menyukai matahari terbenam?" Tanyaku yang kini mengelus kepalanya yang berada di dadaku.

"Aku suka matahari terbit karena saat itu juga bunga-bunga bermekaran sedangkan kalau matahari terbenam bunga-bunga akan kembali menutup dirinya itulah alasannya" jawabnya.

Aku mengangguk mengerti jadi itu alasannya, gadis itu benar-benar seperti bunga yang selalu bermekaran saat pagi hari.

Seunghee mempererat pelukannya, ia melingkari lengannya di perutku "Apa tidak apa-apa sekarang kita seperti ini?" ia kembali berucap hal yang bahkan aku juga tidak tahu.

"Entahlah sekarang aku tidak tahu harus bagaimana" jujurku.

"Apa kau tidak bisa menghentikan atau menyuruh adikmu untuk berhenti?".

"Aku tidak tahu bagaimana caranya, sebenarnya Hyunggu punya trauma dan dendam yang sangat dalam sejak itu, hingga akhirnya sekarang kepribadiannya berubah" jelasku.

"Bahkan dirinya yang dulu sangat berbeda dari yang sekarang" jelasku lagi.

"Aku punya kenalan dokter psikiater bagaimana jika kita membawanya kesana, aku yakin dia sebenarnya sangat menderita, karena tidak adanya penanganan yang diberikan padanya saat ia trauma, makanya ia seperti itu" jelasnya lagi.

"Ya... aku sadar itu tapi dulu kami benar-benar tidak punya apa-apa bahkan untuk makan pun sangat sulit" aku mulai mengingat-ingat susahnya hidup kami saat setelah ditinggal oleh orang tua kami.

"Andai saja ayahku tidak melakukan itu maka kalian akan hidup normal seperti orang-orang pada umumnya,ayahku memang orang yang sangat serakah" katanya.

Aku menghela napas "Ini adalah garis yang ditentukan Tuhan untuk kami berdua" kataku.

"Tapi aku dan Hyunggu juga salah karena memilih membalas dendam, andai saja saat itu kami tidak melakukannya"

"Seharusnya tak perlu disesali karena semua telah terjadi" lanjutku.

"Yang aku pertanyakan kenapa kau memilih orang sepertiku-" Seunghee menyela ucapanku barusan "Bukankah aku sudah bilang, kenapa kau terus saja menyuruhku mengatakan itu Sungjae".

Aku tersenyum tipis "Aku tidak menyangka saja, kupikir aku akan menjadi pria yang paling kau benci di muka bumi ini tapi ternyata aku salah".

"Aku membayangkan jika jalan kita seperti orang biasa yang sedang jatuh cinta,bukankah pasti sangat indah" ucap Seunghee.

Khayalan indah itu juga hadir dipikiranku, aku yang mungkin saja akan berkuliah ditempat sama dengan Seunghee lalu kamu mulai mengenal dan saling jatuh cinta,lalu aku menyatakan perasaanku dan kami akhirnya mulai berkencan,mungkin akan ada sedikit hambatan namun kami bisa melewatinya lalu kami menikah dan juga punya anak 3,hidup sederhana namun bahagia setelah itu waktu akhirnya berlalu dan kami mulai menua.

Kami melihat anak kami besar dan menikah mempunyai cucu dan cicit jika kami berdua panjang umur.

Tak terasa aku tersenyum tipis membayangkan itu semua,kurasa pikiran kami sama.

"Sudah 3 jam kita seperti ini apa kau tidak lelah dengan gaya seperti itu?" Tanyaku yang sejujurnya mulai pegal dan lenganku mulai kesemutan.

Seunghee pun bangkit dan duduk di ranjangnya "Lelah, kau mau kubuatkan apa?" tanyanya seraya merenggangkan badannya.

"Terserah asal kau yang masak itu sudah sangat enak" ucapku dengan senyuman.

"Hahaha begitu, untung saja kau tidak bilang lihat wajahmu saja aku sudah kenyang" katanya sambil tertawa pelan.

Aku juga ikut tertawa "hahaha.. wajahmu kan bukan makanan".

Ia berdiri dengan mata yang masih melihatku " tapi pria lain sering mengatakan itu pada kekasihnya".

Aku bangkit dan duduk di ranjangnya " semua pria tidak sama" menurutku.

"Ya... dan kau yang paling special" tiba-tiba ia mencubit pipiku lalu kabur menuju dapur sedangkan aku hanya tersenyum sambil mengelus pipiku tadi, jadi begini indahnya jatuh cinta.

Apa aku juga harus mencarikan Hyunggu kekasih, siapa tahu dia ingin berubah namun tidak segampang itu untuk dia yang memang berwatak psiko tersebut, tidak sepertiku yang memang bisa berpikir jernih dan menyembuhkan lukaku sendiri meski sampai sekarang aku juga terkadang sedikit gila.

Waktu sangat cepat berlalu,setelah menyelesaikan semuanya dirumah Seunghee aku langsung bergegas pergi untuk menemui adikku dimarkas biasa.

Aku tidak usah berpura-pura kemana lagi atau berbohong pada Seunghee karena gadis itu sudah tahu semuanya, yang terpenting sekarang aku harus bertemu dengan Hyunggu adikku.

Akhirnya aku sudah sampai di tempat kumuh itu, rasanya aura gelap sudah menghampirinya hanya saat aku berada didepan pintunya.

"Apa sekarang?" suaranya tiba-tiba saja terdengar.

Ku lihat ada seseorang yang sedang terduduk dikursi goyang yang kumuh " Hyunggu kau kah itu?" tanyaku untuk memastikannya.

Ia berdiri dan berkata "Ya... memangnya siapa lagi Hyung?".

"Kupikir target barumu, kaukan sering mendudukkan mereka dikursi penyiksaan" jawabku.

Ia menghela napasnya " ada apa datang kemari?".

"Hyunggu aku ingin kau membunuh ayah Seunghee secepatnya, ini adalah jalan keluar untuk kita, setelah membunuhnya kita berdua tidak akan hidup dengan kegelapan seperti ini kan?" ucapku menatap matanya paling dalam.

"Lalu bagaimana dengan kekasihmu itu pasti dia tidak akan percaya kekasihnya ini berucap seperti ini, apa ucapanku sudah seperti malaikat?" ia tersenyum miring seraya menatapku juga.

Aku tahu dia sedang mengujiku "Soal Seunghee serahkan saja padaku yang perlu kau lakukan cukup menghabisi pak tua sombong itu".

Semenjak kejadian semalam aku berpikir bahwa inilah jalan satu-satunya agar Hyunggu tidak menyentuh Seunghee , dengan Hyunggu melampiaskan dendamnya pada ayah Seunghee mungkin setelah itu anak ini bisa berubah dan tidak mendendam terus menerus , ya seharusnya yang kami lakukan dahulu adalah membunuh Tuan Oh itu,tapi karena kami ingin membuatnya menyesal dan mengalami penderitaan seperti kami dengan membunuh satu persatu keluarganya jadi kami masih membiarkannya hidup sampai sekarang namun sepertinya tidak ada pengaruh yang besar setelah kami membunuh keluarganya, apa mungkin Tuan Oh itu memang pria yang cukup gila?.

Bukan, tapi memang sangat gila, bisa saja dia sebenarnya tahu siapa pelaku yang membunuh keluarganya namun ia hanya diam saja dan menunggu permainan kami, entahlah.

"Baiklah, malam ini aku akan ke apartemen pak tua itu untuk menghabisinya" ucapnya menyetujuiku.

"Emm.. aku akan ikut bersamamu" kataku berubah pikiran, pikirku lebih baik aku ikut bersamanya karena kurasa dendam dalam diriku bisa redah jika melihat kematiannya, kupikir aku sudah bisa mengendalikan diriku namun nyatanya kehidupan gelapku dimasa lalu memang tidak pernah mati.

Maafkan aku Seunghee, aku selalu berubah-ubah, entahlah.

Aku benar-benar tidak paham akan pikiranku ini, disisi lain dendam masih ada dalam diriku tapi disisi lain lagi aku mencintaimu membuatku ingin hidup normal seperti yang kau ceritakan itu.

Hidup dan jatuh cinta seperti orang-orang.

Terkadang aku seperti matahari yang membuat hari menjadi cerah namun sebenarnya aku mempunyai hidup yang gelap, itulah diriku...