webnovel

Chapter 03

Yutani medesah pelan, "Siapa lagi ini?"

Dia cemberut, matanya memicing saat mencoba menerka Bounty Hunter yang menghampirinya. Yutani cuma bisa memegang lesu sabitnya, tenaga yang sudah terkuras di pertarungan pertama benar-benar berdampak sekarang. Yutani bersandar, ia terkulai lemas sampai  kedua kakinya tak sanggup untuk tetap dalam posisi tegak. Dia pun duduk.

"Sulit dipercaya, ada orang yang bisa menghajarmu rupanya. Siapa pula itu?" kontras dengan Algojo Tuhan, suara orang itu rendah. Hal ini menggugah rasa penasaran Yutani.

Sabit besar itu tergeletak begitu saja, bahkan Yutani nampak tidak bersemangat meraihnya. Dan saat itu pula Kedua tangannya yang bersayat-sayat luka ia angkat tanpa pikir panjang, seperti yang biasa orang lakukan ketika ditodong oleh pistol . Hanya saja situasinya agak berbeda tetapi, tujuannya tetap yaitu memberi isyarat menyerah.

"T-tidakkah ini terlalu cepat Yutani?" si pemburu dengan kemampuan listrik itu gemetaran tak karuan. Kepalanya melihat saling bergantian antara Yutani dan orang aneh dengan rambut mirip jengger ayam.

Sebaliknya Yutani diam saja memperhatikan. Apa dia tak kuasa manahan gejolak kegembiran, setidaknya hal itu yang Yutani tangkap.

Dan dugaan Yutani seratus persen tepat. "Wow, apa-apaan ini?" Bounty Hunter itu seperti melirik ke kiri atas sembari memegang bagian dagu. "5000 dan 1000 jadi 6000 Gil."

"Kau menganggapku seolah barang jualan saja, manusia macam apa kau ini?" Yutani berkata dengan mengencangkan pita suaranya. Dia nampak tidak merasa terancam sedikit pun. Barangkali dia sudah terbiasa berpapasan dengan berbagai situasi yang menjepit dirinya. "Electrix!"

Electrix menyudahi delusinya. "Apa?"

"Mari buat penawaran!"

Bukan jawaban yang Yutani langsung dengar. Malah Electrix mendekat, dan dari tiap sisi jaketnya memercik kilatan-kilatan listrik yang biru seperti langit. Yutani faham, Electrix mencoba memberi isyarat bahwa dia tidak dalam kondisi yang tepat untuk bernegosiasi. Tapi, sesuatu dapat menjadi lebih buruk dari yang biasa diprediksi.

Electrix menekuk lututnya, wajahnya yang terbungkus topeng memandang dekat wajah Yutani. Topeng itu memiliki 2 buah kaca berwarna merah di bagian mata, serta lubang yang mirip masker penyaring racun di bagian antara mulut dan hidungnya. Tidak diketahui seperti apa ekspresi dibalik topengnya, namun itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi Yutani. Electrix menyambar mulut Yutani dengan cengkraman yang mungkin saja sanggup mematahkan rahang. Ditambah lagi listrik yang terkumpul mengelilingi lengan Electrix kapan saja bisa melumpuhkan Yutani. Dia menegaskan,

"Dengar, hari ini kau milikku." tapi Electrix bukanlah pemburu yang anarkis. Dia menjauhkan diri dari Yutani, serta menunjukan niat ingin mencairkan suasana. "Aku senang pekerjaanku jadi lebih mudah, mendapat dua Bounty sekaligus. Ah sial, nikmat mana lagi yang hendak aku dustakan," ucapnya kesenangan.

"Dengar baik-baik, aku lebih setuju ditangkap oleh dirimu daripada seorang maniak, " jelas Yutani tegas. Dia menghela nafas, lalu kepalanya ia arahkan pada Electrix. Ia berkata kembali, "Orang itu, masih akan mengejarku, dan kau tidak akan mendapatkan hasil apapun bila itu terjadi."

Electrix tidak menghiraukannya. Ia berdiri kembali, lalu berjalan menghampiri pria yang sekarat itu. Electrix mengikatnya dengan kawat di sekitar perut dan area tangannya. Kawat itu nampak kuat dan dialiri listrik, sepertinya Electrix tidak ingin membiarkan buruannnya lolos.

Yutani termenung, Electrix adalah seorang Breaker yang senang memburu penjahat untuk ditukar dengan uang. Dia tak menganggapnya melakukan aksi heroik layaknya pahlawan di film-film, karena Electrix tidak melakukannya secara sukarela. Bahkan Electrix pernah berujar pada Yutani kala itu bahwa dirinya memandang ini adalah pekerjaan, tapi suka atau tidak Electrix dan kepolisian memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Electrix tidak pernah membunuh buruannya, semua ia percayakan pada aparat. Oleh karena itu Yutani tak merasa khawatir bila ia harus melawan Electrix. Meski Electrix adalah orang yang kuat dan selalu berhasil melaksanakan pekerjaan. Akan tetapi, Electrix tak pernah dilibatkan dalam operasi penangkapan penjahat yang lebih berbahaya dari dirinya. Setidaknya itu yang Yutani ketahui, sejauh ini Yutani yakin betul kepolisian serta militer mampu mengatasi Breaker dengan EP yang tinggi. Dia mengernyitkan dahi melihat Electrix.

"Siapa dia? Penjahat kelas rendahan lagi," tanya Yutani. Electrix menjawab,

"Kau jangan melihat dari penampilannya, ia memiliki level yang sama dengan mu." suara Electrix begitu lirih, cukup untuk membuat Yutani terkaget.

"Kalau dia kuat, seharusnya dia ada dalam dataku."

"Dia cuma preman yang senang memalak. Bahkan aku dengar ia mencoba memalak seorang pendeta Dominus," Electrix menjelaskan dengan tempo lambat.

Ketika Electrix berbincang dengan perempuan itu, tak jauh dari lorong samping kanan terdengar suatu derap. Yang semakin lama semakin terngiang jelas di telinga mereka. Bunyi yang terdengar seperti kaki yang dialasi dengan permukaan yang keras, Electrix dan Yutani cuma bisa melongo. Terutama perempuan yang nilainya setara sebuah motor sport kelas bawah, yah setidaknya itu yang Electrix terka. Kedua alisnya yang seperti permen gula kapas saling menyudut berdekatan. Dia tentu saja menduga bahwa itu pastilah orang yang membuat Yutani bonyok sebelumnya.

Dan orang itu muncul, mengenakan kain hitam yang elastis dan dilapisi sesuatu yang kokoh mengkilap. Suatu kostum yang unik, menurut kesan Electrix Algojo Tuhan seperti kesatria suci di sebuah dunia fantasi. Untuk beberapa alasan itu membuatnya bersemangat, tapi Algojo Tuhan tidak akan tahu betapa gandrungnya Electrix. Itu membuatnya ingin kenal siapa di balik zirah tersebut. Tidak ada cara lain, Electrix lalu menyapanya hangat,

"Aku menahannya di sini. Kita bisa saling berbagi bukan. Ngomong-ngomong siapa kamu? Aku tak pernah melihat Bounty Hunter seperti dirimu?"

Dia tidak serta merta menjawab sapaannya. Itu sedikit menyebalkan buat Electrix, tapi mau bagaimana lagi. Setiap orang punya watak yang berbeda. Algojo Tuhan melengkah ke arah mereka, tidak lebih tepatnya pada Yutani. Electrix tak berpikir dia akan berbagi dengannya, karena Algojo Tuhan itu nyelonong saja sambil berkata dengan ketus,

"Bukan urusanmu."

Electrix cuma tergertak sedikit, ia lumayan jengah dibuatnya. Tapi, buat Electrix itu bukanlah sesuatu yang dibenarkan, sebab Algojo Tuhan bisa saja ujung-ujungnya tidak mau berbagi hasil. Hanya saja ketika Electrix kembali menatap lurus Yutani , dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Apa yang wanita itu lakukan hanya mengusap-ngusap darah dari mulutnya, sedangkan wajahnya terlihat kuat namun itu tidak lebih dari mimik belaka.

"Hey, pria listrik!!" seru Yutani. dia pun bersikeras membuat pernyataan yang sama pada Electrix, "Kau tidak akan mendapat sepeser pun."

Perkataan itu mengganggunya, tapi karena dia tahu betul Yutani seperti apa. Electrix menyangkalnya, di kepala yang tertutupi topeng itu, dia besungguh-sungguh berusaha menampiknya. Dan merespon,

"Tutup mulutmu dan terima kekalahan Yutani," Electrix berniat membungkamnya dengan kenyataan.

Kemudian siapa yang menyangka hal yang tidak menyenangkan dari Algojo Tuhan itu, mulai menunjukan pertanda-tanda. Dari balik sarung lengannya yang terbuat dari besi berwarna perak, menyembul sebuah belati tipis yang mengerucut panjang. Dia tidak berpikir dua kali, bahkan menganggap seolah tidak terdapat orang lagi selain dia dan Yutani di sana. Bilah di tangannya yang tipis itu ketajamannya sungguh kentara, Algojo Tuhan hendak mengayunkannya dari samping. Itu bukanlah niat untuk melumpuhkan akan tetapi, hal yang lebih keji lagi. Algojo Tuhan ingin memisahkan kepala Yutani dari badannya.

"Sudah jatuh dan tertimpa tangga pula. Tuhan akan selalu tahu ke mana pun kau pergi pendosa," ujar Algojo Tuhan.

Menurut Electrix, rasanya itu tak lebih dari kepuasan dari membunuh. Electrix bergumam kecil,

"Orang ini gila."