webnovel

Chapter 02

Dengan tenaga maksimal benda mirip senjata malaikat kematian tersebut membelah kencang udara. Dan menghasilkan suatu sinar merah yang meletup-letup seperti gelembung. Bunyinya bagaikan granat yang meledak, keras menggema. Getaran menjalar ke tembok-tembok, debu beserta serpihan semen pun sampai berjatuhan.

Asap mengepul di sekitar yang menyatu dengan debu dari serpihan dinding yang hancur. Yutani mengap-mengap, ujung sabitnya pun masih menancap di permukaan. Serangan barusan itu seharusnya cukup untuk membunuh Algojo Tuhan, tidak peduli seberapa tebal zirah yang ia kenakan.

Karena bangunan sudah hancur Yutani lekas keluar, mencermati tiap sudut area. Dia berdiri di persimpangan, di sebuah jalan yang digunakan untuk pejalan kaki. Bangunan masih terlihat sama, kotor bernoda hitam dan retak-retak. Meski begitu dia tak henti-hentinya memeriksa. Tidak ada istilah leha-leha kalau seorang musuh belum dipastikan statusnya. Yutani meyakini si maniak itu entah bagaimana meloloskan diri.

"Tch, kemana dia?"

Menunggu adalah salah satu yang paling banyak dibenci orang. Pelan tapi pasti ketidaksabaran mulai menggerogoti. Bibir perempuan itu perlahan merekah, tak ingin lagi menahan rasa yang kuat untuk menyenggak,

"Hey, Bedebah. Aku tak akan berhenti sampai nyawamu melayang. Keluarlah, kau masih hidup kan?"

Algojo Tuhan adalah individu yang tidak senang bila seseorang bertindak di luar dari sistem yang dia yakini. KETAHUILAH TEMPATMU adalah kalimat cocok mengenai jalan hidupnya. Seorang yang baik, wajib di sanjung, dihormati. Sementara seorang pendosa perlu dihukum sesegera mungkin tanpa kecuali. Dan jika pendosa koar-koar menentang hukuman dia akan selalu naik pitam.

"Kekuatan sehebat itu, penjahat tak pantas memilikinya." Algojo Tuhan hendak menyambar Yutani lewat atas, meski gagal karena instingnya telah terpoles lama.

Yutani bersikeras, "Aku sudah bilang bukan, jangan coba bermain petak umpet. Itu menjengkelkan."

Yutani melakukan serangan balik, membuat senjata mereka tertahan. Mereka saling dorong tanpa satupun ingin mengalah, itu sudah menjadi kodrat, mengalah dalam hal mempertaruhkan nyawa itu tidak mungkin. Tapi, keberadaan Algojo Tuhan menimbulkan tanda tanya di benak Yutani. (Pemburu itu selamat dari teknik semacam itu.) Algojo Tuhan juga tidak menunjukan kalau dirinya akan mundur. Kegigihannya terlampau kuat, dan itu bukan sesuatu yang baik untuk diapresiasi. Seseorang dengan tekad gigih dalam membunuh, itu adalah mimpi buruk.

Algojo Tuhan mempunyai tenaga yang lebih kuat. Yutani mundur beberapa langkah, melompat ke belakang. Alih-alih menghindar, Yutani hendak menyerang musuhnya kembali. Kakinya yang bersapatu tanpa hak menemplok ke dinding, memijaknya kuat-kuat, lalu ia meluncur seakan-akan tembok itu melontarkannya seperti meriam.

"Hyaaaatt," Yunati berteriak. Dia menyambar Algojo Tuhan.

Pemburu itu tidak mencoba mengahadang, dia berguling ke samping. Serangan Yutani meninggalkan bekas guratan di jalan, tanpa melukai Algojo Tuhan sedikit pun. Algojo Tuhan sekarang berdiri di samping kanannya, melakukan ancang-ancang. Algojo Tuhan menghunuskan pedangnya yang melengkung, ujung bilah itu terlalu jauh untuk menghunus musuhnya. Namun, itu adalah serangan penyayat, suatu serangan yang bentuknya sesuai dengan arah ayunan senjata atau teknik yang digunakan, dan itu akan melaju, memotong apapun yang ada di depannya.

"Sial." Yutani tergopoh-gopoh bertahan dengan tongkat sabitnya. Dan Algojo Tuhan tidak melewatkan pembukaan itu, dia menusuk tepat ke arah tongkat sabit Yutani.

(Dia mengunciku.) Yutani dipaksa untuk menahan serangan. Melakukan kesalahan di kondisi genting, nyawanya pasti akan melayang. Bahkan bila ia meringankan tangan sedikit saja dan memfokuskan kaki untuk menendang, dirinya bisa berakhir tertusuk.

"Dengan menyebut nama Tuhan, setiap yang berjiwa akan mati menuai apa yang dia perbuat."

Karambit itu berpendar kuning terang sampai-sampai Yutani bisa merasakan energinya yang maha besar. Sementara dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Itu belum akan berakhir. Biar bagaimana pun Yutani telah bertarung dengan orang-orang yang kuat, yang mana tiap-tiap mereka lebih kuat daripada Algojo Tuhan. (Tangan yang hilang, masih ada kaki, kaki yang hilang masih ada sebuah tekad.) Terkadang pertaruhan yang besar akan selalu dijumpai dalam menghadapi persoalan yang pelik.

Kedua tangan Yutani melonggar, membuat bilah di tangan Algojo Tuhan menancap di perut. Meski begitu, dia bisa segera membuat jarak agar terhindar dari jurus kuat miliknya.

Algojo Tuhan menghunuskan senjatanya yang melengkung. "Rasakanlah taring dari utusan Tuhan."

Yutani terseret oleh sebuah bilah besar melengkung yang terlihat seperti taring binatang buas. Cahayanya benderang senada dengan senjata Algojo Tuhan. Tongkat dari sabitnya menahan terjangan dari serangan yang mampu membelah baja sekalipun dengan mudah. Tubuhnya terlempar dan nampak belum akan berhenti.

"Haaaatttt," Yutani memekik.

Tapi itu tidak akan menolongnya. kain tebal dibagian tangannya robek. Kulit-kulit kemerahan di lengan Yutani nampak dipenuhi luka yang bergaris-garis, dan goresan itu mengeluarkan darah. Yutani mempunyai banyak serangan mematikan, tapi dia tidak tahu cara bertahan dari serangan mematikan.

Tubuhnya mendarat di sebuah aspal setelah serangan Algojo Tuhan lenyap. Otot-otot Yutani terasa berat untuk digerakkan, mulutnya memuntahkan darah. (Apa-apaan ini, sayatan seperti itu bisa membuatku nyaris tumbang.) Yutani nampak tak percaya dirinya dikalahkan.

Nafas Algojo Tuhan tersengal-sengal. Jurus yang kuat selalu membutuhkan banyak energi. Algojo sama sekali tidak berniat melakukannya, tapi lawan terlalu kuat. Menahan diri sama saja dengan melalaikan aturan Tuhan, itulah prinsip Algojo Tuhan. Yutani adalah orang yang opertunis. Kapanpun ada kesempatan kabur, dia tidak segan berbuat demikian tanpa ragu, tanpa risau akan sebuah harga diri. Algojo sedikitnya mampu mengira kebiasaan Yutani. Maka dari itu dia menyambangi perempuan itu cepat-cepat.

Algojo Tuhan tidak pandai menyembunyikan kelelahan tubuhnya, dia terseok-seok. Sebuah celah untuk meloloskan diri. Tapi keadaan tidak semulus apa yang diilustrasikan kepala, untuk berdiri saja Yutani perlu bertumpu terlebih dahulu pada sabit. (Ini menyakitkan tapi aku bisa menahannya, Mengambil langkah seribu adalah pilihan terbaik.) Dia melompat ke platform yang berada di samping. Itu sungguh mendadak, tapi lebih baik daripada dirinya mati konyol di tangan pemburu gila.

"Kembali kau Tuhan akan mengadilimu," Algojo Tuhan berteriak kencang. Dia lekas mengerjarnya, melompat ke bangunan tinggi.

Yutani tahu dia tidak akan tinggal diam. Sikap bebal Algojo Tuhan itu mengerikan, selama dia masih hidup, tidak akan ada ketentraman bagi penjahat sepertinya dalam menjalani hidup. Kepalanya terasa berputar-putar, tanpa sadar membuat gerakan Yutani terhambat. Sekalipun dipaksakan, tubuh sudah terbebani di ambang batasnya.

Sedangkan Algojo Tuhan tidak melambat sedikit pun. Dia hinggap, dari bangunan satu ke yang lainnya, yang lebih mengkhawatirkan lagi Algojo Tuhan nampak melayang lebih jauh melewati beberapa bangunan.

Tidak ada yang bisa Yutani perbuat, masih bisa berlari serta melompat-lompat setelah menerima kerusakan hebat seperti keajaiban dunia. Sekarang Dia cuma bisa mengantisipasi.

Algojo Tuhan meluncur seperti peluru, dia mencoba menusuk. Yutani menepisnya sekuat mungkin, dia tidak begitu berhasil, malahan berakhir dengan terlempar hingga membentur pada gedung tepat di bagian jendela.

BLAR, jendela itu hancur berhamburan. Dia terlempar ke dalam, dan tidak langsung mendarat. Gedung itu berongga hingga bagian lantai paling bawah. Perempuan itu jatuh tersungkur membentur tiang serta beton. Bisa dibayangkan berapa jumlah tulang Yutani yang patah. Dan ditambah lagi dia terjatuh cukup jauh, tapi semua itu hanya akan terjadi pada manusia normal, beruntung karena ia seorang Breaker fisiknya jauh lebih kuat. Jatuh dari lantai puluhan meter tak begitu berdampak bagi mereka, bahkan mereka mampu melompat 10 sampai 20 kali lebih tinggi dari manusia pada umumnya.

Tubuh Yutani menindih beberapa box kardus. Ada sedikit kepulan setelah kardus ditimpa oleh fisikmya yang kuat, dia berpikir jatuh di atas tumpukan tepung. Beruntung isi di dalam kardus itu tidak meletus, kalau saja yang terjadi sebaliknya dia sudahlah seperti donat yang dilapisi gula bubuk.

Yutani segera bangkit berdiri, ia sadar tak ada kesempatan lagi untuk menang melawan Algojo Tuhan. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah memanfaatkan kesempatan dengan melarikan diri.

(Menyakitkan, lain kali aku harus lebih berhati-hati,) pikir Yutani. Ruangan di balik bangunan kosong itu tak begitu gelap, terdapat lampu yang menerangi sekitar, tapi itu sebuah lampu jinjing bukan lampu yang berada dilangit-langit. Dalam benaknya Yutani bertanya-tanya mengenai tempat itu, yang terhampar di sekelilingnya hanyalah beberapa tumpuk box serta bekas minuman dari kaleng dan botol.

"Sepertinya aku punya informasi menarik," gumamnya senang.

Tak jauh dari tempat ia berdiri cahaya biru menyala remang-remang menarik perhatian Yutani, itu membuat langkahnya menjadi lebih pelan. Kemudian dari arah cahaya itu seseorang terlempar. Yutani mengamati sebentar hanya untuk menilai kalau orang itu berpenampilan aneh, terutama di bagian rambutnya yang ditarik ke belakang. Di kedua sisinya berwarna putih sedangkan di tengahnya berwarna hitam yang ditata mirip jengger ayam. Tetapi, Yutani tidak ingin pikirannya teralihkan. Kedua alisnya menajam, serta tangannya mencengkram kuat pada tongkat sabit miliknya.

Dari arah tempat terlemparnya orang aneh tadi, muncul sesosok Breaker berselimut listrik mendekat. Ia menatap Yutani dengan topengnya dan tertahan untuk beberapa saat.

"Oh ternyata wanita 5000 Gil."

.

Erdereincreators' thoughts