webnovel

Bagian XXXVII

Ara mematikan ponsel dan menyimpannya dalam saku. Ia bisa lanjut menonton nanti. Sekarang ia harus memberi penjelasan pada Rindo yang sudah menampilkan mimik bertanya. Mempertanyakan kejelasan yang sebenarnya. Bahkan matanya melotot tajam, entah karena kaget atau karena marah. Namun, buat apa Rindo marah? Oh, tentu karena Ara sudah merepotkannya pasti. Lalu, jangan lupakan aura intimidasi Rindo yang menakutkan itu.

"Jadi seperti ini yang sudah kamu lakukan di Jakarta? Memiliki hubungan spesial dengan artis itu sampai ada yang menodong kamu lebih parah dari dulu?"

Ara ingin menjawab, tetapi ia malah menjadi gagap saat ingin berucap. Badannya merinding seketika. "En-..engg.. ga kayak.. gitu ga."

Ia merasa bingung ingin menjawab apa, walau nyatanya mereka tak memiliki hubungan spesial. Ara juga tak mengerti yang tengah Legra katakan itu. Pun ia tak pernah mendapati aura marah dari Rindo. Rindo yang ia kenal sangat baik hati sampai Ara tak tega bila membawa Rindo ke dalam masalahnya terus-menerus. Rindo yang ia kenal adalah orang yang tak pernah marah.

"Ra udah berapa kali sih aku bilang, kalau cari teman itu hati-hati, apa lagi cari yang Artis kayak Legra. Kita udah beda kaum Ra. Kita cuma orang kecil, kamu tahu?" kata Rindo mulai tenang saat melihat Ara ketakutan.

"Bahkan hubungan kalian sampai.." Rindo melirih tak sanggup untuk mengucapkannya.

Perlu kalian tahu, Rindo telah menyukai Ara begitu lama. Ya, pada dasarnya hubungan pertemanan antara laki-laki dan perempuan akan jarang dengan kata keduanya tidak memiliki rasa ketertarikan. Sangat jarang bahkan. Mereka yang tadinya merasa bisa saja, tetapi setiap hari selalu bersama akan tahu dunia keduanya. Tahu dunia kehidupan dari masing-masing pribadi walau tidak keseluruhan. Mereka menghabiskan masa muda dengan cara yang sama. Dari bermain, belajar, atau melakukan banyak hal lainnya.

Begitu pula dengan yang Rindo rasakan pada Ara. Dulunya, Ara adalah sosok yang lemah sampai orang-orang mengatakannya bodoh. Dalam kehidupan dan dalam mata pelajaran. Ara selalu mendapatkan peringkat dan nilai yang buruk. Semua temannya enggan ingin mendekat. Kebanyakan dari mereka beralasan tidak ingin berteman dengan orang bodoh. Dia juga tidak beruntung dalam hal mencari sosok teman. Sampai pada akhirnya Rindo datang untuk menemaninya dalam hal apa pun. Mengatakan bahwa dia adalah teman Ara.

Dari sudut pandang Ara, tentu Rindo adalah orang yang sangat baik. Dia mau menemaninya ketika orang lain menjauh darinya. Rindo mau membantu Ara belajar dan membantunya konsisten menuntun ilmu lebih tinggi. Bahkan, Ara bisa masuk SMA dengan jalur beasiswa karena semua itu Rindo yang mengatur. Rindo yang membawa Ara maju ke garis yang lebih tinggi.

Rindo itu baik sekali ya. Sangking baiknya, Ara menjadi tidak tega saat tahu bahwa ia telah membawa Rindo pada kebencian semua orang. Mereka membencinya saat tahu nilai Ara menjadi naik drastis karena Rindo. Mereka membencinya karena Rindo memilih selalu berpihak pada Ara. Rindo itu orang yang humoris, mudah bergaul, dan banyak temannya. Setelah mengenal Ara, Rindo menjadi jarang berkumpul dengan kawan-kawannya. Dia lebih memilih membantu Ara yang bukan siapa-siapa dia. Sampai mereka berbalik tak suka pada Rindo. Itulah alasan mengapa Ara ingin menjauh dari Rindo. Bukannya tidak tahu terima kasih, tetapi ia tak mau Rindo ikut dibenci semua orang hanya karena dirinya. Rindo sudah sangat baik padanya.

Ara yang tak mudah mengenal orang lain, selalu menjadi ketertarikan sendiri untuk Rindo. Ara yang tak mudah merengek menginginkan sesuatu menjadi hal yang paling Rindo sukai. Ia perempuan yang mandiri, Rindo suka itu. Namun, entahlah dengan perasaan Ara sendiri. Rindo tak tahu itu.

Lantas, siap yang tidak marah ketika mengetahui orang yang kita sayangi telah memiliki pendamping lain? Bahkan pendampingnya telah menyakiti orang yang kita sayang. Orang yang kita jaga dengan sepenuh hati diusik ketenangan hidupnya. Atau lebih tepatnya Rindo sedang menahan amarah dan cemburu yang membara?

"Do?"

"Ra, bolehkah aku jujur denganmu tentang suatu hal?"

Ara mengangguk meyakini. Ia juga masih bingung ingin menjelaskan dari mana.

"Aku merasa bahwa orang yang aku jaga dengan sepenuh hati, orang yang aku sayangi, mulai pergi jauh dari aku. Bukan hanya sekarang, tapi sudah dari lama. Bertahun-tahun lamanya dia selalu menghindar dari aku. Padahal aku sudah memberikan segalanya."

Ara meneguk ludahnya sendiri. Ia jadi tambah bingung ingin berkata. Apakah yang Rindo maksud adalah dirinya?

"Sewaktu SMP, aku yang menjadi perantara Tuhan untuk dia bangkit menuju hidup yang lebih baik. Aku mau melakukan itu karena aku rasa itu perlu. SMA, dia pergi mengais ilmu di kota lain yang lebih baik supaya terhindar dari manusia yang selalu menghakiminya. Aku terus berusaha agar selalu terhubung dengannya meski pun sangat susah. Dan saat dia kuliah, aku nyusul ke tempatnya, bekerja di sana supaya bisa menjaga dia agar aman. Sampai bekerja pun sama."

Netra Rindo menatap Ara lekat-lekat membuat dadanya bergemuruh. Apa yang sebenarnya ingin ia katakan? Mengapa Ara menjadi tegang seperti ini. Rindo yang Ara kenal tak pernah sekali pun berbicara sampai seserius saat ini. Ara menjadi was-was, mungkin Rindo akan menyindirnya selalu menghindar lagi. Atau dia akan mengatakan hal lain? Setelah sebelumnya Ara dibuat mati kutu karena tak menyangka akan hal yang telah Rindo lakukan selama ini.

"Ra, sudah bertahun-tahun kita saling kenal. Kita tahu diri kita masing-masing seperti apa. Tapi ada satu hal lagi yang perlu kamu tahu, Ra. Orang yang aku jaga, aku sayangi, rela aku ikuti kemanapun dia pergi, cuma satu. Dia adalah orang yang sangat aku cintai. Kamu jawabannya."

Setelah mengatakannya dan membuat Ara mematung, Rindo malah tertawa lebar. Tawa yang tidak terdengar bahagia, tetapi menyedihkan. "Tapi hati kamu milik orang lain yang bahkan baru kamu jumpa tidak lama ini 'kan?"

Melihat Ara hanya terdiam dan menundukkan kepalanya, Rindo anggap pertanyaannya terjawab benar. Ia sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi setelah mengetahui semua fakta yang ada. Dia pamit pulang pada Ara tanpa menunggu jawabannya. Dan dilajukan motor kesayangannya itu dengan cepat tanpa menoleh kembali pada Ara.

Ara akui, dirinya bukanlah orang yang peka. Dia tidak seperti putri malu yang selalu peka terhadap rangsang. Begitu Rindo mengucapkan semuanya, seharusnya dia mengatupkan pikirannya supaya tidak berkeliaran kemana-mana. Seharusnya dia katakan, "Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Legra. Kami hanya teman."

Namun, pada kenyataanya sang penguasa hati menolak Ara berkata demikian. Sebab kebenaran yang sebenarnya selalu datang dari hati kita masing-masing, "Dulu, aku memang menyukaimu Do. Tapi itu dulu. Setelah tahu bahwa hidupmu merugi karena aku, aku rasa aku bukanlah orang yang tepat untuk menjadi takdirmu. Sekarang aku malah menyukai Legra yang jelas-jelas malah membuat aku merugi."

Apakah iya hal tersebut bisa dikatakan merugi? Semua rasa datang dari hati yang tidak dapat kita pungkiri. Semua rasa tak dapat memilih atau pun menolak. Kita hanya bisa menjalani dan menerima hadirnya rasa itu. Menjalankan tandur Tuhan yang pasti sesuai dengan ketentuan. Tidak ada yang rugi perihal menerima rasa yang telah ada. Semuanya ada jalannya masing-masing. Mulai dari yang gelap sampai terang. Mulai dari pahit sampai manis. Dan mulai dari duka sampai dengan kebahagiaan yang tak terkira.

"Tapi semua rasa sudah di atur Ilahi," katanya.

Segera Ara hapus air matanya yang entah sejak kapan menetes. Ara bangkit dari duduknya. Kembali pada tempat peristirahatan duniawi yang sangat nyaman. Kasurnya yang empuk tiada kira. Tidak kalah nyaman dengan yang ada di Jakarta. Kembali pada realita dunia.

Hidup kita sudah ada yang mengatur jalannya.

Jika perihal hidup yang rumit saja mudah bagi Tuhan untuk mengatur itu, apa lagi kalau hanya perihal rasa.

Bukan apa-apanya itu.

yoi, gimana dengan part ini? kalian suka tentang kebenarannya?

mau doong follow instagram saya :) ehe

@anastasyaainn

@tasyaannz

yang mau tanya2 bisa DM ;)

Anastasya_Ainuncreators' thoughts