webnovel

Bachelor party

Setelah pertemuanku dengan Chris Raven yang masih meninggalkan beribu tanya di otakku, aku tak bisa berhenti berpikir tentangnya walau sedetikpun.

Apa maksudnya semua ini? Sikapnya yang seolah tak mengenal aku sama sekali, dan ucapannya di bridal butik pagi tadi yang bagiku penuh dengan teka - teki.

Dalam hati aku berpikir apakah ia sengaja melakukannya agar aku kesal karena mencampakkannya 6 tahun silam?

Tapi jika begitu kenapa ia mau menjadi menantu dari keluarga mckent? Bukankah dia dulu sangat membencinya?

Entahlah, kepalaku sakit jika memikirkan hal itu hingga sebuah bunyi pesan di ponselku membuatku beralih melihat siapa sang pengirim pesan. Sebuah nomer yang tak dikenal dan isi dalam pesan itu pun semakin membuatku terkejut untuk kedua kalinya.

[ Temui aku di Cerise Rooftop di pusat kota malam ini juga ]

[ Ku tunggu kau di sana ]

[ Kau akan tahu jawaban dari semuanya ]

Astaga ada apa ini?

Apakah ini pesan dari Chris?

Tak ada nama sama sekali, tapi aku yakin ini pesan darinya, besar kemungkinan dia tahu nomer ponselku dari Lindsay.

Setelah banyak berpikir dan menimbang banyak hal akupun terpaksa menyanggupi isi dalam pesan itu. Karena memang aku harus tahu jawabannya.

Malam itu sesuai yang dijanjikan akupun datang ke Cerise Rooftop. Cerise Rooftop adalah salah satu bar dan klub mewah di Chicago City.

Aku tak habis pikir kenapa ia memilih tempat itu untuk bertemu denganku? Apalagi sehari lagi adalah hari pernikahannya dengan Lindsay.

Mungkinkah dia mengadakan pesta bujangan ditempat ini dengan teman - temannya? Jika iya, kenapa ia harus melibatkan aku sebagai calon kakak iparnya di tempat ramai seperti ini. Sungguh aku tak tahu apa yang ada dipikirannya, Chris Raven yang dulu kukenal santun dan baik dalam waktu 6 tahun telah banyak berubah.

Malam ini aku mengenakan dress merah selutut yang simple namun tidak menutup bentuk indah tubuhku yang ramping. Dengan hati dan jantung sedikit berdebar aku mencoba sebaik mungkin mengatur nafasku agar kembali normal.

Kukirim pesan pada nomer Chris.

[ Aku sudah ada di sini, kau dimana? ]

Sambil menunggu jawaban dari pesanku, aku berjalan masuk di bar dengan langkah canggung, sengaja aku memilih tempat yang nyaman dan memesan minuman pada bartender karena memang aku tak terbiasa berkunjung ke sebuah bar ataupun klub sejak dulu, walaupun kehidupanku selama 6 tahun ini berada di kota besar New York.

Suasana dalam bar yang memang ramai, membuatku kurang nyaman.

"Hay, Miss. kau datang seorang diri? Mau kutemani?" tawar seorang pria bertubuh atletis mendekatiku, ia menampilkan senyum yang begitu sempurna seolah mencoba menggodaku.

"Tidak, terima kasih. Aku sedang menunggu seorang teman," aku menjawab singkat sebagai bentuk kesopanan.

"Sepertinya temanmu itu akan terlambat datang, bagaimana kalau kau kutemani minum sambil menunggu temanmu itu datang?" Sahutnya keras kepala, tanpa menunggu jawaban dariku pria berambut pirang itu kini duduk di sebelahku dan menawarkan diri untuk berjabat tangan.

"Perkenalkan, namaku Paul Dougles. Kalau boleh tahu siapa namamu cantik?" Tuturnya percaya diri.

Belum sempat aku ingin menolaknya, sebuah suara di belakangku mengejutkanku saat itu juga.

"Dia teman kencanku malam ini.

Jadi aku rasa kau tak perlu repot - repot menemaninya, bung" Sebuah suara yang familier kini tampak mendominasi.

Chris Raven kini tampak berdiri di sampingku, dengan memakai setelan jas abu dengan beberapa kancing kemeja yang terbuka di bagian atas membuat tampilannya semakin terlihat maskulin dan garang ketika tatapan tajamnya jatuh pada pria bernama Paul itu.

"Oh, ma-af kalau begitu. Baiklah aku permisi dulu, kalian lanjutkan saja kesenangan kalian." Pria bernama Paul Dougles itu pun segera bangkit beranjak meninggalkan kami berdua.

Aku dan Chris.

"Teman kencan? What?!" Seruku memprotes.

Namun Chris tampak acuh dengan sikapnya yang dingin ia mengandeng tanganku begitu saja keluar dari bar itu.

"Hey, kau belum menjawabku Chris! Kenapa kau bilang pada pria itu tadi aku adalah teman kencanmu?!" Tanyaku kesal.

"Dan lepaskan tanganku dari tanganmu itu! Setidaknya hormatilah aku sebagai calon kakak iparmu!" Aku berseru mengingatkan.

Maka saat itu juga, Chis pun menghentikan langkah kakinya setelah kami sampai dihalaman parkir dan kini dengan tatapannya yang tajam ia menatapku penuh arti.

"Aku rasa kau seharusnya berterima kasih padaku karena kau bisa selamat dari godaan pria hidung belang tadi. Kecuali kau sebenarnya ingin berkencan dengan pria itu tadi disana..." Ucapnya seraya menyunggingkan senyum mengejek padaku.

Kesal dengan ucapannya yang tampak melecehkan itu maka saat itu juga akupun melepas kasar tangannya ditanganku.

"Jaga ucapanmu, Chris Raven! Kau harus tahu batasanmu!

Jika bukan karena kau sendiri yang memintaku untuk datang ke Bar itu aku tidak akan menemui kesialan ini!" Sahutku marah.

"Apa aku juga yang memintamu untuk mengenakan gaun seksi dengan memamerkan auratmu itu pada tiap laki - laki, begitu?" Ucap Chis tak mau kalah, pandangannya menyapu seluruh tubuhku dengan balutan gaun pendek yang aku kenakan sekarang.

"Kau tidak berhak mengaturku!!" Dengusku kesal.

"Baiklah, terserah apa maumu. Sekarang seperti yang kujanjikan, jika kau mau sebuah jawaban ikuti aku sekarang sebelum teman - temanku di dalam sana menyadari kepergianku di bachelor partyku." Chris berkata dengan wajah serius kini.

Mau tidak mau, akupun akhirnya mengikuti Chris dan masuk ke mobil miliknya sekarang.

Entah ia akan membawaku kemana, aku tak tahu yang pasti sepertinya memang sekarang ia mencoba untuk lari dari pestanya malam ini karena dapat kucium bau alkohol yang menusuk saat aku berada di dekatnya saat ini.

"Kau tidak dalam keadaan mabuk kan Chris? Karena aku tak mau mati konyol bersama denganmu sekarang," sindirku.

Dengan acuh ia menyunggingkan senyum di sudut bibirnya.

"Tenang saja, aku masih waras Nat. Jika tidak aku tidak mungkin bisa kabur dari mereka sekarang." Sahutnya tenang dengan tatapan tetap fokus menyetir.

Sekitar 15 menit perjalanan, Chris pun kini menghentikan mobilnya di sebuah villa di tengah kota. Sepertinya villa ini milik seorang yang kaya, karena bangunan villa itu tampak megah dengan taman yang luas memperindah tampilannya walaupun di malam hari.

"Kenapa kau membawaku kesini? Ingat Chris kau jangan macam - macam denganku karena aku adalah calon kakak iparmu sekarang!" Ancamku terus mengingatkan.

"Heh, jika kau mau aku bisa membawaku ke tempat ramai sekarang. Itupun kalau kau sudah siap dengan hujatan banyak orang jika melihat kita bersama sehari sebelum hari pernikahanku," jawabnya acuh.

Mendengar ucapannya akupun mendelik seketika. "Kau memang sialan!" Makiku kesal.

"Aku anggap itu sebuah pujian, Natalie" sahutnya enteng.

Astaga! Sejak kapan pria ini berubah menjadi menyebalkan?! Dia benar - benar berbeda dengan Chris Raven yang kukenal dulu, pria yang pernah kucintai.

***