webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
430 Chs

Bab 24 Menghindar

Siang waktunya jam istirahat dimanfaatkan semua murid keluar dari dalam kelas untuk makan di kantin. Tidak semua murid istirahatnya ke kantin. Terutama Bela yang kini sedang keluar hendak menuju perpustakaan. Kali ini dia ingin pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan novel yang telah ia pinjam kemarin. Dan dia ada niatan untuk meminjam lagi buku yang sama itu untuk memmperpanjang lagi pinjamannya.

"Eh Bel, kamu mau ke kantin nggak?"tanya Puteri kepada Bela.

"Nggak. Kenapa?"taya Bela balik.

"Aku lapar. Tadinya aku mau ngajak kamu makan sekalian."ucap Puteri dengan kecewa. Dia kira Bela hendak pergi ke kantin.

"Aku mau mengembalikan buku ke perpustakaan hari ini. Lagian hari ini aku juga membawa bekal."jawab Bela sambil berdiri dan membawa novel.

"Oh gitu ya. Ya sudah aku ke kantin dulu yak. Kamu mau nitip nggak?"Bela langsung menggelengkan kepalanya.

Akhirnya Puteri sudah keluar duluan untuk pergi ke kantin karena sudah sangat lapar. Sedangkan Bela bersiap-siap menuju ke perpustakaan sendirian.

"Bel kamu mau kemana?"tanya Dirga kepada Bela yang sedang berjalan sambil membawa novel.

"Aku mau ke perpustakaan."jawab Bela sambil menoleh kearah Dirga yang sedang duduk dengan Doni di bangku belakang.

"Mau ikut dong."Dirga langsung berdiri meninggalkan bangku ternyamannya dibelakang.

"Kamu mau ngapain di perpustakaan, Ga?"tanya Doni dengan penasaran dan baru tahu.

Selama ini Dirga jarang bertamu ke perpustakaan sekolah. Dia lebih memilih untuk duduk diam diri di kelas atau nggak pergi ke kantin ketika jam istirahat tiba. Jadi disaat dirinya hendak pergi ke perpustakaan dengan Bela, tentu membuat Doni bertanya-tanya. Tumben Dirga mau pergi ke perpustakaan?

"Gue mau lihat buku-buku lah bro."jawab Dirga sambil menatap Doni dengan mata kedutan sebelah seperti memberi kode tersembunyi.

"Hmmm."Doni paham dengan maksud driga itu.

"Pepet aja terus ya bro."bisik Doni sebentar dengan lirih. Doni sudah tahu kalau Dirga sudah menaruh perasaan dengan Bela. Namun semua orang tidak tahu akan hal itu. Itu saja Doni disuruh diam saja dan nggak boleh membocorkan ke orang lain.

"Yoi bro."

Dirga langsung menghampiri Bela yang sudah menunggunya di depan kelas. Bela nampak kaget saat tahu Dirga hendak ke perpustakaan dengannya.

"Ayo Bel?"

"Kamu kok tumben mau ke perpustakaan?"tanya Bela sambil menatap Dirga dengan penasaran.

"Selama ini aku belum tahu isi perpustakaan. Dan hari ini aku mau lihat-lihat aja dulu. Siapa tahu ada yang nyantol bukunya di hati ku. "ucap Dirga sambil menatap kesekitar.

"Hmmm."Bela tidak menaruh curiga sama Dirga sedikitpun.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju perpustakaan. Bagi Bela, itu biasa saja saat bersama Dirga. Lagian Dirga adalah teman sekelasnya sendiri dan dianggapnya sebagai teman.

Selama perjalanan mereka berdua juga menyempatkan mengobrol satu sama lain membahas hal-hal yang lucu. Memang Bela akui, satu-satunya laki-laki di sekolahnya yang mampu membuatnya nyaman adalah Dirga. Bukan nyaman yang mengarah ke asmara tapi dalam hal bertukar cerita itu membuatnya nyaman. Sejauh ini dia belum ada kepikiran untuk mencari seorang laki-laki yang bisa menjadi pacarnya.

"Jadi kamu itu selalu berangkat sekolah bareng adikmu ya setiap hari?"Dirga membuka percakapan duluan untuk membuat suasana tidak hening diantara mereka berdua. Dirga tahu kalau Bela itu anaknya nggak suka banyak bicara. Paling kalau bicara hanya pas penting saja.

"Ya."

"Tuh kan dia itu nggak suka banyak bicara. Coba aku ajak cerita terus biar dia lebih terbuka sama aku."batin Dirga dalam hati.

"Seakrab itu kamu sama adik kamu itu ya."Dirga salut sekali sama Bela karena begitu sayang sekali sama adiknya, Rian.

"Setiap hari kalian selalu naik sepeda boncengan?"tanya Dirga sambil penasaran.

"Ya. Kita selalu boncengan terus kadang sepedanya dibawa adikku ke sekolahnya kadang aku juga yang bawa."ucap Bela sambil berjalan berdampingan dengan Dirga.

"Hmmm."

"Bel, aku mau nanya. Kamu akhir-akhir ini kok bisa sering bertemu eh maksudnya ada urusan sama Raka kenapa ya?"Dirga terlihat ingin mengetahui hubungan Bela dengan Raka.

"Kak Raka? Aku nggak ada apa-apa kok. Cuma kemarin dompet ku ketinggalan dan ditemukan dia. Jadi dia kemarin ke kelas itu untuk mengembalikan dompet aku aja."Bela langsung berterus terang karena tidak ingin ada kesalah pahaman.

"Oh gitu."Driga lega melihatnya.

Disaat Bela dan Dirga berjalan menuju perpustakaan, tiba-tiba dia dikejutkan dengan segerombolan anak laki-laki duduk di gazebo. Nampaknya mereka berdua tidak asing dengan orang-orang yang ada disana.

Tatapan mata mereka fokus kearah gazebo yang akan dilewati mereka berdua. Begitupula Bela juga nampak fokus menatap kearah laki-laki yang bergerombol disana yang jumlahnya kira-kira 5 orang itu. Ada dua cewek juga disana tapi agak samar-samar dari mata Bela.

"Itu bukannya Raka, Bel?"semakin mendekati kearah gazebo itu ternyata Raka beserta teman-temannya yang ada disana.

"Astaga dia lagi. Kenapa sih gue harus ketemu dia mulu?"batin Bela yang mulai takut lagi.

"Itu bukannya Raisa teman kita, Bel. Kok dia ada disana."Dirga menunjuk kearah Raisa yang sedang duduk dekat Raka.

"Ya sudah kita lewat situ aja Ga."Bela tidak mau lewat di depan gazebo yang diduduki Raka dan Raisa beserta teman-teman yang lain untuk menghindari masalah dengan Raka.

"Kenapa memang?"tanya Dirga.

"Udah ayo."Bela langsung menggandeng tangan Dirga untuk berjalan ke jalan yang satunya lagi agar tidak terlihat oleh Raka. Dirga langsung manut karena dalam hatinya juga merasa senang karena digandeng Bela.

Saat bela menarik tangan Dirga itu, ternyata kakinya terpeleset. Disana ada sebuah turunan yang harus dilalui tapi Bela tidak melihatnya. Alhasil dirinya langsung terjatuh ke tanah. Dirga yang ada dibelakangnya langsung kaget.

Brughhh

Suara saat Bela jatuh itu lumayan keras hingga terdengar kearah kerumunan di gazebo itu. Semua orang yang duduk di gazebo itu langsung melihat kearah sumber suara.

"Wkwkwkw. Ada orang jatuh."timpal Satria sambil menunjuk Bela yang sudah jatuh.

"Wkwkwk."semua orang yang ada di gazebo itu tertawa semua kecuali Raka. Bahkan Raisa yang duduk disana juga ikut tertawa keras sekali.

"Eh kamu kenapa kok bisa jatuh? Sini aku bantuin berdiri."Dirga langsung membantu Bela berdiri.

"Aku juga nggak tahu. Tahu-tahu langsung jatuh aja. Wkwkw."Bela malah jadi malu sama Dirga.

Dirga ingin ketawa tapi tidak bisa karena dia kasihan juga sama Bela. Tapi melihat Bela yang terus tertawa itu malah membuatnya juga ikut tertawa.

"Aku malu. Wkwkw."bisik Bela sambil tertawa karena malu dilihat banyak orang ke telinga Dirga.

"Ayo cepetan berdiri. Biar aku bantu."Dirga langsung melanting Bela berdiri. Bela hanya menunduk saja karena malu dilihat banyak orang.

"Udah nggak papa. Nggak ada yang terluka. Paling cuma kotor aja."Dirga jongkok sambil memperhatikan badan Bela terutama bagian kaki. Ternyata setelah jatuh tadi, rok panjang Bela terlihat kotor karena terkena tanah.

Dengan penuh perhatian Dirga langsung membersihkan rok Bela. Bela melihatnya langsung kagum. Tanpa diminta, laki-laki itu langsung memberihkan roknya.

"Aduh nggak usah. Biar aku bersihin aja."Bela menyingkirkan tangan Dirga dengan pelan.

"Sudah."Dirga sudah membersihkan rok Bela.

"Aduh, aduh nggak malu ya. Jatuh terpeleset tadi. Wkwkwk."Raisa tiba-tiba datang menghampiri Bela dan Dirga.

"Dirga kamu kok mau sih bersihin roknya dia. Kotor lah, tuh tangan kamu jadi kotor kan."Diana perhatian sama Dirga.

"Nggak lah."

"Eh , kamu jatuh tadi karena kamu mau minta perhatian sama semua orang kan. Termasuk kak Raka biar mau nolongin kamu."ucap Raisa kearah Bela dengan sinis.

"Nggak lah. Aku tadi emang jatuh terpeleset."jawab Bela yang tidak terima.

"Udah ya Sa. Teman lagi kena musibah malah digituin."Dirga langsung menyembunyikan Bela dibelakang badannya agar tidak terkena semburan amarah Raisa itu.

Untuk menghindari masalah yang berbuntut panjang, alhasil Dirga langusng menggandeng Bela langsung pergi meninggalkan Raisa dan Diana disana. Lagian sudah ada banyak orang-orang yang menontotni mereka. Kalau dilanjutkan terus pasti mereka berdua akan malu sendiri.

"Dia pacaran sama laki-laki itu?"Raka terpana melihat genggaman erat tangan Dirga ke tangan Bela.

"Kayaknya laki-lakinya itu suka sama cewek itu deh."bisik Satria.

"Mungkin mereka pacaran."tebak Brian

"Aku kesal deh lihat Dirga gitu sama Bela."ucap Diana dengan kecewa.

"Udah kamu itu nggak usah khawatir. Cewek culun kayak gitu masak disukai Dirga. Yang bener aja deh."ucap Raisa yang berusaha menenangkan Diana, teman sebangkunya itu yang sudah lama menyukai Dirga.