Bela berangkat pagi pagi sekali karena adiknya ada jadwal piket hari ini. Beruntung Bela sudah siap semuanya jadi tinggal berangkat saja. Seperti biasa dia yang memboncengkan adiknya. Meskipun kakinya masih terasa sedikit sakit nggak sesakit kemarin.
"Tapi dia sebenarnya baik sih. Karena sudah obati luka aku. Bahkan sampai memplester segala. Tapi itu kan karena dia. Jadi sudah sewajarnya kalau dia yang mengobati aku kemarin."batin Bela sambil mengayuh dan mengingat moment dimana kakinya diobati Raka.
"Kakak awas, ada orang itu."Rian memberitahu kepada Bela kalau di depan sepedanya itu terdapat orang yang mau menyeberang jalan.
Cetttt
Bela kaget karena dirinya hampir menabrak seorang ibu yang mau menyebrang jalan didepan mereka Jujur Bela saat itu memang sedang melamunkan Raka. Dia masih teringat dengan Raka saat mengobati lukanya.
"Astaga. Maaf ya bu."Bela menghentikan kayuhan sepedanya sambil menata kacamata bulatnya itu.
"Hati-hati dong dek kalau naik sepeda. Kalau nabrak saya tadi gimana."ucap ibu itu dengan kesal.
"Ya bu. Maaf ya bu."Bela terus meminta maaf karena dirinya mengaku bersalah karena mengendarai sepeda sambil melamun.
"Kakak itu kenapa sih? Kakak memalun ya?"Rian menanyai Bela.
"Nggak kok dek. Udah ayo kita langsung berangkat aja."ucap Bela yang tidak mau membuat Rian terlambat sekolah apalagi ada jadwal piket di kelas.
Mereka tidak mau mempermaslahkan kejadian tadi lagi. Lagian ibu tadi juga tidak kenapa-kenapa.
"Sudah sana."kata Bela.
"Hati-hati jangan melamun lagi kak."pesan Rian kepada Bela sebelum meninggalkannya.
"Hmmm."
Setibanya di kelas, Bela langsung duduk manis di kelas. Dia tidak sabar menerima pelajaran matematika hari ini. Entah kenapa kalau ada jam pelajaran matematika, dirinya selalu semangat dan antusias sekali. Memang dia akui dia sangat suka pelajaran yang berbau berhitung itu.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu Bela datang juga, yaitu Pak Bambang guru matematika di kelasnya. Selama ini Pak Bambang terlihat ceria dan kadang juga suka bercanda. Jadi yang biasanya pelajaran matemtika membuat banyak siswa takut karena pelajarannya susah dan rumit itu, jadi pelajaran yang kocak karena Pak Bambang yang memiliki karakter lucu dan suka bercanda saat mengajar di kelas.
"Selamat pagi anak-anak? Nggak semangat ini?"Pak Bambang datang dengan penuh keceriaan sekali maklum saja jam pertama di kelas dimulai dengan pelajaran matematika.
"Pagi pak."jawab semua murid kelas 11 ipa 1 secara serentak sambil melihat kedatangan Pak Bambang.
"Semangat dong pak."kata Diana dan Raisa dengan keras sekali.
"Bagus. Habisnya kalian nggak senang lihat bapak kesini tadi. cemberut aja"goda Pak Bambang.
"Mana ada pak. Justru kita sangat menunggu jam pelajaran Pak Bambang."ucap Doni teman sebangku Dirga.
"Masakkk, bapak nggak percaya tuh...?"tanya Pak Bambang yang terlihat ingin menggoda lagi sambil memasang muka lucu di depan kelas. Semua murid langsung tertawa melihatnya.
"Ya lah pak."jawab Diana sambil tertawa.
"Udah ayo kita mulai aja pelajarannya. Nanti malah keburu jam saya habis."Pak Bambang langsung mengambil spidol hendak menulis di papan.
Tok tok
Baru saja Pak Bambang hendak menjelaskan di depan, tiba-tiba ada suara ketuka pintu yang mengganggu konsentrasi Pak Bambang. Semua orang yang ada di dalam kelas 11 ipa 1 langsung menoleh dan fokus kearah pintu.
"Raka ada apa?"Pak Bambang berjalan menuju kearah pintu.
"Kak Raka?"Semua murid kelars 11 ipa 1 langsung memanggil dengan histeris kearah Raka yang sedang berdiri didekat pintu.
"Kak Raka ngapain kesini?"Raisa bertanya kearah Diana.
"Ya kok tumben."Diana juga bingung.
"Dia mau ngapain ?"tanya Bela dalam hati sambil menatap Raka.
"Aduh kak Raka tampan sekali sih."batin Puteri dalam hati. Wajah Raka nampak terlihat tamoan sekali apalagi masih pagi gini, jadi belum tersentuh debu dan panas terik matahari.
"Pak saya mau ketemu sama Bela."ucap Raka kepada Pak Bambang yang masih menenteng tas sekolah itu.
Seketika kelas 11 ipa 1 menjadi henting dan tatapan dari semua murid disana langsung mengarah Bela. Bela yang sekarang menjadi pusat perhatian semuanya hanya bisa bingung dan melotot saja.
"Kamu mau ada apa sama dia?"Pak Bambang menoleh kearah Bela yang sedang duduk manis didepan.
"Bela?"semua murid bertanya-tanya dengan penasaran terutama murid-murid perempuan.
"Bel, kak Raka mau ketemu sama kamu. "kata Puteri dengan bingung.
"Dia mau apa?"batin Bela dalam hati yang merasa bingung juga.
"Ada urusan bentar lah pak."jawab Raka dengan kesan dinginnya tapi masih sopan sama guru.
Semua murid kelas 11 ipa 1 yang tadinya fokus kearah Raka kini giliran fokus menatap Bela. Dimana Bela yang tadi juga merasa bingung kini malah jadi ketakutan sendiri. Sudah dilihat banyak teman-temannya kini malah harus berhadapan dengan Raka, laki-laki yang selama ini membuatnya ketakutan dan kesal sendiri.
"Dia itu ada hubungan apa sih sama kak Raka?"tanya salah satu murid perempuan kelas 11 ipa 1
"Eh Bela dekat sama Raka ya?"laki-laki yang duduknya tidak jauh dari bangku Bela kini ikut penasaran juga akan hubungan Bela sama Raka. Bukankah kemarin Raka juga sudah datang ke kelas mereka hanya ingin bertemu dengan Bela.
"Eh, kak Raka kok cari Bela sih?"Raisa terlihat cemburu melihat Raka mencari Bela.
"Eh Bela pacarnya Kak Raka?"celetuk salah satu teman perempuan Bela yang duduk di dekat bangku Bela.
"Aduh dia mau ngapain sih cari aku segala? Jadinya teman-teman aku banyak yang penasaran kan sama ku."batin Bela sambil melihat satu persatu teman-temannya yang sedang fokus kearahnya dengan tatapan penasaran dan tajam itu.
Seperti yang diketahui kalau di sekolah Bela itu banyak sekali yang mengagumi Raka jadi sekali Raka berurusan sama Bela langsung marah karena Bela mendapatkan posisi beruntung karena bisa dipanggil Raka. Sebagian besar siswi perempuan yang mengagumi Raka termasuk teman-teman Bela itu juga ingin berada di posisi Bela saat itu. Raisa yang selama ini sangat menyukai Raka begitu cemburu kepada Bela.
"Bel, ini dipanggil Raka."Pak Bambang terlihat senyum-senyum sendiri kearah Bela.
"Ya pak."Bela bangkit dari kursinya dengan pelan-pelan. Kakinya masih terasa sakit.
Bela berjalan dengan pelan-pelan kearah Raka yang sedang berdiri didekat pintu itu. Sesekali mata Bela menatap kearah teman-temannya ternyata semua temannya masih fokus kearahnya seperti ada yang tidak suka juga melihatnya dipanggil Raka.
"Dia mau ngapain sama Bela?"Dirge bertanya dalam hati dengan perasaan cemas.
"Sisweeet."Pak Bambang menggoda Bela.
"Permisi pak."Bela melewati Pak Bambang.
Pak Bambang langsung melanjutkan pelajarannya. Tapi disaat Pak Bambang sedang menulis ternyata fokus mata anak muridnya malah tertuju kearah luar. Semua murid kelas 11 ipa 1 penasaran dan ingin tahu Bela dengan Raka.
"Ayo anak-anak fokus kedepan bukan keluar."teriak Pak Bambang yang kecewa. Seketika semua mata murid kelas 11 ipa 1 langsung fokus menatap papan tulis.
Meninggalkan murid-murid kelas 11 ipa 1 yang sudah fokus sama pelajaran Pak Bambang, terlihat Raka sedang menarik tangan Bela keluar menjauh dari kelas Bela. Bela kaget melihat perlakuan Raka itu.
"Kak."Bela langsung melepaskan tangannya dari tangan Raka.
"Dia memang beda dari cewek-cewek lain."Raka membalikkan badan dan menatap Bela dengan kaget.
Setahu Raka selama ini banyak cewek yang selalu ingin dekat dirinya bahkan ingin juga digandengnya. Nah ini giliran dia memegang tangan Bela malah tangannya ditepis.
"Ada apa Kak Raka cari aku?"tanya Bela sambil menunduk. Dia takut bertatapan dengan Raka.
"Kalau bicara emang harus menunduk?"Raka menatap Bela dengan aneh. Bela langsung mendongak dan menatap Raka dengan paksa. Dia berharap urusannya segera selesai dengan Raka.
"Ada apa kak?"
"Ini dompet kamu."Raka langsung mengeluarkan dompet warna pink dari dalam tasnya.
Mata Bela langsung membelalak kearah dompet itu. Betapa kagetnya Bela saat tahu dompetnya itu ada pada Raka. Setelah sebelumnya dia telah teledor menyimpan dompetnya sendiri. Ternyata ini malah ada pada laki-laki yang selama ini selalu membuatnya takut.
"Kok bisa ada di kakak?"Bela menatap dengan bigung kearah Raka.
Raka bisa menatap wajah lucu dari Bela. Meskipun Bela memakai kacamata bundar di matanya, tetap saja paras imut baby face Bela tidak hilang. Baru kali ini Raka sampai kaget melihat Bela yang baru disadarinya ternyata imut juga.
"Hmmm."Raka tidak menjawabnya malah asyik melihat wajah Bela.
"Makasih ya kak."Bela mengambil dompetnya itu dari Raka dengan perasaan senang sekali. Dompetnya yang dia cari kemarin ketemu juga.
"Khmmm."
"Lukamu gimana?"tanya Raka yang masih ingin tahu keadaan kaki Bela yang kemarin sudah diobatinya.
"Coba lihat."Raka langsung menyingkap sedikit rok panjang Bela.
"Kak ."Bela langsung mundur menjauh dari Raka.
"Kenapa ? Aku mau cek aja."kata Raka sambil menatap Bela.
"Sudah baikan."jawab Bela dengan kesal.
"Dasar mesum."batin Bela dengan kesal.
Menurut bela perlakuan Raka itu tidak sopan padanya. Bagaimana bisa, Raka asal main singkap roknya itu. Tidak hanya hari ini saja tapi kemarin juga begitu. Tidak baik orang lain melakukan itu terlebih itu laki-laki. Bela sebagai perempuan merasa tidak nyaman. Tapi kalau Raka itu sudah biasa asal tidak mesum. Lagian Raka hanya ingin memastikan saja bukan mau berbuat yang tidak-tidak seperti yang ada dipikiran Bela saat ini..
"Sudah ya kak, aku masuk dulu. Makasih."Bela cepat-cepat kembali kedalam kelas.
"Dasar cewek aneh. Gue mau lihat aja malah dia yang pikirannya mesum."batin Raka sambil menggeleng-gelengkan kepala.