"Kenapa?" Luna menatap sang suami yang sudah siap menembaknya lekat-lekat. Tatapan kecewa, marah, juga putus asa terpancar dengan jelas di mata Luna saat ini. "KENAPA KAU MELAKUKAN INI PADAKU? AKU MEMANG MELAKUKAN KESALAHAN, TAPI AKU MASIH BERHAK UNTUK TETAP HIDUP! KAU TELAH MENGHANCURKAN KEHIDUPANKU, DARREL! SEHARUSNYA KAU TIDAK PERNAH HADIR DI HIDUPKU!"
Darrel tersenyum kecil melihat keputusasaan dan juga ketidakberdayaan sang istri. Dia merasa Luna seperti dirinya. Putus asa juga sangat frustrasi dengan semua yang telah terjadi. "Maafkan aku, Luna …. Mungkin kau benar. Seharusnya sejak awal kita tidak pernah bertemu satu sama lain. Seharusnya kita tidak pernah bersatu seperti ini."
Luna kembali menangis dengan tersedu-sedu juga menyayat hati. Kini hanya kenangan masa lalu juga penyesalan yang terus membayangi pikiran Luna.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com