"Kalau tidak ada yang Eyang Putri butuhkan lagi, Ana izin undur diri." Ana kemudian menunduk hormat kepada sang nenek.
Sementara sang nenek segera mengantungi pistol yang Ana berikan kepadanya. Ana memang selalu membawa pistol di manapun dia berada dan kapan pun saja. Hal itu sebagai bentuk antisipasi nya jika hal mendesak terjadi seperti saat ini. Sang nenek juga segera mengondisikan kembali raut wajahnya dan bersikap senatural mungkin agar ketiga pria yang sedang menyekapnya tidak curiga.
Saat Ana sudah melangkahkan kakinya keluar, ketiga pria asing yang sedang bersembunyi di walk in closet milik sang nenek lantas segera keluar dari tempat persembunyian mereka.
"Cepat katakan dimana cucumu Mataya?" ucap salah satu pria berbadan tinggi.
"Apa kalian bodoh? Tentu saja dia berada di gedung pengadilan. Bahkan persidangannya saja diliput oleh stasiun televisi besar. Apa kalian tidak punya tv di rumah kalian masing-masing? Apa perlu aku belikan?" jawab sang nenek.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com