Dimas mengembalikan ponsel tersebut kepada putrinya.
"Dan, apa pekerjaanmu sebelum ini, Kei?" tanya pria setengah baya yang tubuhnya lumpuh separo ke bawah itu pada Keisha.
Keisha tersenyum, seolah-olah ada bayang kesedihan di wajahnya dan Dimas bisa melihat hal tersebut.
"Maaf," ujar pemuda itu. "Saya belum pernah bekerja sama sekali. Karena satu dan berbagai alasan seperti yang tadi saya katakan pada Anda, saya hanya bisa menemani ibu dan adik perempuan saya di pedalaman Lampung sana, Pak Dimas."
"Begitu, ya?" Dimas pun kembali mengangguk-angguk.
Meskipun sebenarnya apa yang diucapkan Keisha itu tidak sepenuhnya sebuah kebenaran, sebab, Keisha sengaja menutupi aibnya sendiri di hadapan Dimas, terutama di hadapan Arni sendiri, hanyalah demi mengambil hati Dimas juga Arni untuk kepentingannya sendiri.
Hanya saja, Dimas dan Arni sepertinya mempercayai ucapan Keisha tersebut.
"Tapi," kata Dimas kemudian. "Itu tidak menjadi satu persoalan."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com