Latifa kembali memeluk sahabatnya itu. Bagaimanapun, ia menyayangi Delima seperti Delima yang juga menyayanginya. Mengusap-usap punggung sahabatnya tersebut.
"Aku rasa," ujar Latifa kemudian, "mungkin ini semua akibat dari apa yang pernah dilakukan Delisa, ibumu."
"Ya, mereka juga mengatakan hal yang sama kepadaku."
Kembali Latifa menghela napas dalam-dalam, memandang permukaan kolam yang memantulkan langit nan cerah di siang hari itu. Lalu ia mendongak, menatap langit yang membiru.
"Sungguh," ujar Latifa dengan begitu lirih. "Sebenarnya, aku juga sangat tertarik untuk mengetahui seperti apa sebenarnya dunia manusia. Seperti apa kehidupan mereka? Pekerjaan mereka? Apa saja yang mereka lakukan di atas Bumi ini?"
Delima memandang sayu wajah sahabatnya itu. Ia menemukan satu senyuman yang tidak pernah ia lihat sebelum ini di wajah Latifa. Seolah-olah ada harapan dan sekaligus kesedihan di dalam senyumannya itu.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com