Dalam perjalan kembali ke kantor yang cukup memakan waktu, semuanya tidak ada satu pun yang berani mengusik Arvin. Hal itu disebabkan oleh Elvan yang sebelumnya memberi isyarat pada dua rekannya yang lain untuk diam saja.
Terang saja, mereka bisa dengan mudah menebak apa yang telah terjadi. Suasana hati Arvin dibuat acak-acakan. Pun membuatnya uring-uringan seketika.
Jelas saja, Elvan tidak perlu memberi mereka isyarat sebenarnya. Karena ya ... mimik muka Arvin sudah mengatakan segalanya. Tampak sangat merah menahan amarah.
Begitu juga dengan aura yang terasa di sekitarnya. Sangat gelap dan seolah siap meluapkan semua yang sudah hampir membuncah itu, dengan menghancurkan barang. Atau lebih parah jika sudah hilang kendali, para rekannya itu bisa menjadi sasaran empuk untuk dijadikan samsak tinju.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com